Studi: Scrolling Video Online Memperburuk Rasa Bosan

Gara-gara tindakan digital switching

Intinya Sih...

  • Sebuah studi menemukan bahwa peralihan digital (digital switching), yaitu tindakan cepat beralih antar video dan mempercepat saat melihatnya, sebetulnya memperburuk kebosanan.
  • Jika menginginkan pengalaman yang lebih menyenangkan saat menonton video, cobalah untuk tetap fokus pada konten dan meminimalkan digital switching.

Saat bekerja atau saat di rumah kamu merasa bosan. Kamu mengambil smartphone dan mulai membuka aplikasi media sosial dan mulai menggulirkan layar, tetapi tidak ada yang cukup menarik perhatian. Akhirnya kamu menggulirkan layar lebih cepat, tidak menonton semua konten sampai habis, melainkan hanya menonton beberapa detik video berbeda yang tak terhitung jumlahnya untuk mencari hiburan.

Pernah begitu?

Banyak orang mengandalkan smartphone untuk mencari hiburan dan mengusir rasa bosan. Namun, apa yang kamu lakukan itu malah bisa memperburuk kebosanan, menurut temuan studi.

Digital switching dan rasa bosan

Studi: Scrolling Video Online Memperburuk Rasa Bosanilustrasi media sosial (pexels.com/Cottonbro Studio)

Studi baru dalam Journal of Experimental Psychology menemukan bahwa peralihan digital (digital switching), yaitu tindakan cepat beralih antar video dan mempercepat saat melihatnya, sebetulnya memperburuk kebosanan.

Berdasarkan studi tersebut, studi sebelumnya menunjukkan bahwa, rata-rata, individu beralih antar aplikasi seluler yang berbeda 101 kali setiap hari, berganti-ganti konten di komputer setiap 19 detik, beralih ke tugas sekunder seperti media sosial setiap 6 menit saat belajar, dan memeriksa smartphone sekitar 35 kali sehari.

Para peneliti di Universitas Toronto, Kanada, berhipotesis bahwa orang sering melakukan digital switching untuk menghindari dan melepaskan diri dari kebosanan, dan hal ini justru memperburuk kebosanan.

Studi tersebut, yang terdiri dari tujuh eksperimen dengan total lebih dari 1.200 peserta, menemukan bahwa meskipun individu mengira digital switching akan membuat mereka tidak terlalu bosan, tetapi ini justru membuat mereka makin bosan, sementara menonton video secara keseluruhan mengurangi kebosanan.

Dalam salah satu eksperimen, peserta pertama-tama harus menonton video YouTube berdurasi 10 menit tanpa opsi untuk melewatinya. Di bagian kedua, mereka diberi opsi untuk beralih melalui 7 video berdurasi 5 menit yang berbeda dalam waktu 10 menit.

Setelah eksperimen tersebut, para peserta melaporkan bahwa rasa bosan mereka berkurang ketika mereka menonton satu video penuh. Mereka juga menemukan bahwa pengalaman menonton satu video lebih memuaskan, menarik, dan bermakna dibandingkan saat mereka menelusuri ketujuh video tersebut.

Penulis studi utama Katy Tam, PhD, peneliti pascadoktoral di Universitas Toronto, berpendapat bahwa digital switching dapat meningkatkan kebosanan karena penontonnya tidak punya waktu untuk memahami atau terlibat dengan konten, sehingga tampak relatif tidak bermakna.

“Jika masyarakat menginginkan pengalaman yang lebih menyenangkan saat menonton video, mereka dapat mencoba untuk tetap fokus pada konten dan meminimalkan digital switching,” kata Tam dalam sebuah rilis.

“Sama seperti membayar untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam di bioskop, kenikmatan yang lebih besar datang dengan membenamkan diri dalam video online daripada melihat banyak video namun tidak benar-benar menontonnya."

Baca Juga: Duh! Penggunaan Media Sosial ternyata Tingkatkan Risiko Gangguan Makan

Referensi

American Psychological Association. Diakses pada Agustus 2024. Swiping Through Online Videos Increases Boresom, Study Find.
Tam, Katy Y Y, dan Michael Inzlicht. “Fast-forward to boredom: How switching behavior on digital media makes people more bored.” Journal of Experimental Psychology General, 19 Agustus 2024.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya