Studi: Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesuburan

Kalau sedang promil, perhatikan kualitas udara di tempatmu

Polusi udara menjadi masalah di berbagai belahan dunia, bahkan masalah ini menjadi makin parah dari waktu ke waktu. Berbagai penelitian terus dilakukan untuk mencari tahu apa saja dampak polusi udara bagi kesehatan.

Salah satu dampak yang paling nyata adalah pada pernapasan. Namun, selain itu, sejumlah penelitian menemukan bahwa polusi udara juga menurunkan kesuburan.

Berikut ini kita akan membahas studi tentang bagaimana polusi udara mengganggu kesuburan.

1. Berkurangnya kesuburan di daerah dengan polusi udara tinggi

Studi: Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesuburanilustrasi polusi udara (pexels.com/EVG Kowalievska)

Paparan polusi udara secara signifikan meningkatkan risiko infertilitas. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di China yang melibatkan 18.000 pasangan, menemukan bahwa paparan polusi udara secara signifikan meningkatkan risiko infertilitas.

Analisis yang dipublikasikan dalam jurnal Environment International (2021) tersebut menunjukkan bahwa mereka yang hidup dengan tingkat polusi partikel kecil yang cukup tinggi memiliki risiko infertilitas 20 persen lebih besar. Dalam hal ini, infertilitas didefinisikan sebagai tidak hamil dalam waktu satu tahun setelah berusaha.

Sekitar 30 persen infertilitas tidak dapat dijelaskan penyebabnya, meskipun kita tahu bahwa faktor-faktor seperti berat badan dan merokok dapat berkontribusi terhadap infertilitas. Studi ini menunjukkan bahwa polusi udara mungkin menjadi faktor penyebab infertilitas yang tidak dapat dijelaskan selama ini.

2. Bagaimana polusi udara memengaruhi kesuburan

Studi: Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesuburanilustrasi polusi udara (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Partikel polusi diketahui menyebabkan peradangan dalam tubuh, yang dapat merusak produksi sel telur dan sperma. Studi lainnya dalam jurnal Epidemiology (2021) terhadap 600 perempuan yang mengunjungi klinik infertilitas di Amerika Serikat menemukan bahwa peningkatan paparan polusi udara dikaitkan dengan lebih rendahnya jumlah sel telur yang matang di ovarium.

Udara kotor juga diketahui meningkatkan risiko aspek reproduksi lainnya, termasuk kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Tingkat umum nitrogen dioksida sama buruknya dengan merokok dalam hal meningkatkan risiko keguguran dan partikel polusi telah ditemukan di sisi janin dari plasenta. Penelitian ini menunjukkan bahwa calon orang tua harus sangat waspada dengan polusi udara karena dikaitkan dengan risiko kehamilan.

Baca Juga: Jenis Masker yang Aman Dipakai untuk Polusi Udara, Apa Saja?

3. Dampak global

Studi: Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesuburanilustrasi polusi udara (pexels.com/Pixabay)

Banyak orang berpikir bahwa penurunan angka kelahiran merupakan hal yang positif. Alasannya, populasi yang lebih kecil akan mengurangi emisi karbon, mengurangi deforestasi, dan mengurangi kebutuhan manusia terhadap sumber daya bumi.

Namun, para peneliti menyoroti bahwa penurunan populasi dapat menyebabkan banyak masalah sosial, politik, dan ekonomi. Menurut laporan yang diterbitkan oleh International Strategic Analysis, penurunan angka kelahiran akan menyebabkan jumlah pekerja menjadi lebih sedikit, yang memicu kekurangan tenaga kerja, dan pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Menurunnya angka kelahiran juga berarti bahwa rata-rata usia manusia mengalami peningkatan. Dan, jika penduduk lanjut usia tidak produktif, maka ini dapat menjadi beban perekonomian. Para lansia mungkin tidak dapat membayar layanan kesehatan, tidak dapat bekerja, dan tidak ada yang merawat.

Selain dampak ekonomi, masalah infertilitas juga memiliki dampak emosional. Banyak masalah kesehatan mental dan pernikahan hancur disebabkan oleh ketidaksuburan.

4. Apa yang bisa dilakukan agar tetap aman dari polusi udara?

Studi: Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesuburanilustrasi pencemaran udara (IDN Times/Nathan Manaloe)

Penting untuk mengikuti perkembangan Air Quality Index (AQI) di wilayahmu. Nilai AQI di bawah 100 umumnya dianggap baik. American Lung Association merekomendasikan untuk melakukan hal-hal berikut pada hari-hari ketika kualitas udara berwarna oranye, merah, ungu, atau merah marun:

  1. Kurangi waktu yang dihabiskan di luar ruangan hingga maksimal 30 menit.
  2. Jika harus keluar rumah, pakai masker. Perlu dicatat, tidak semua masker diciptakan sama dalam hal kemampuan menyaring partikel halus. Masker N95 atau KN95 yang dipasang dengan baik memiliki kemampuan filtrasi yang lebih baik dan mungkin bermanfaat pada saat AQI tinggi.
  3. Jagalah kesehatan udara di dalam ruangan dengan menutup jendela dan pintu. Jalankan AC dengan pengaturan resirkulasi atau gunakan pembersih udara HEPA portabel.

5. Kapan harus menemui dokter?

Studi: Polusi Udara Sebabkan Masalah Kesuburanilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Siapa pun yang mengalami masalah kesuburan atau mengkhawatirkan kesehatan reproduksinya, penting untuk menemui dokter. Nantinya, dokter akan melakukan tes dan evaluasi untuk mengidentifikasi potensi penyebab infertilitas dan memberikan pilihan pengobatan yang tepat. Mencari pertolongan medis sejak dini dapat meningkatkan peluang keberhasilan pembuahan dan kehamilan.

Kalau kamu sedang dalam program hamil, penting untuk memperhatikan kualitas udara di tempat kamu berada.

Baca Juga: Studi: Polusi Udara Lebih Berbahaya daripada Rokok

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya