Olahraga Olimpiade yang Dampaknya Paling Berat bagi Tubuh

Banyak menyebabkan cedera

Intinya Sih...

  • Ada beberapa cabang olahraga yang dianggap paling berat bagi tubuh karena menimbulkan lebih banyak insiden cedera.
  • Cabang olahraga yang paling berat bagi tubuh adalah tinju, panjat tebing, dan skateboard.
  • Cedera dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh, dengan lutut, otot paha belakang, bahu, pergelangan kaki, dan wajah sebagai yang paling sering terkena.

Olimpiade menampilkan atlet-atlet terbaik dunia dalam pertunjukan kekuatan, kecepatan, dan keterampilan. Karena mengandalkan kerja fisik yang keras, cedera hampir menjadi bagian yang tak terelakkan dari kehidupan atlet.

Para atlet dari semua cabang olahraga menghadapi risiko cedera yang konstan karena latihan dan kompetisi yang intensif. Cedera-cedera ini dapat berdampak besar pada atlet, baik secara fisik maupun mental, dan terkadang mengharuskan mereka untuk beristirahat sejenak dari olahraga tersebut.

Ada beberapa cabang olahraga yang dianggap paling berat bagi tubuh karena menimbulkan lebih banyak insiden cedera. Penasaran apa saja?

1. Kategori olahraga

Ahli fisiologi membagi olahraga ke dalam dua kategori besar: olahraga yang melibatkan kontak fisik langsung dan olahraga yang menguji keterampilan daya tahan tubuh.

Olahraga yang melibatkan kontak fisik melibatkan peralatan berbahaya, seperti sepeda atau kuda, dapat menyebabkan cedera traumatis. Di sisi lain, olahraga yang menguji keterampilan daya tahan tubuh lebih mungkin menyebabkan masalah kronis dan penggunaan berlebihan (overuse). 

Informasi cedera yang dikumpulkan oleh International Olympic Committee selama Olimpiade cenderung mengarah pada cedera traumatis atau akut. Sementara itu, cedera akibat overuse kurang diperhatikan karena cedera ini cenderung terjadi selama persiapan menuju Olimpiade atau setelahnya.

2. Olahraga Olimpiade yang dampaknya paling berat bagi tubuh

Olahraga Olimpiade yang Dampaknya Paling Berat bagi Tubuhilustrasi laki-laki berlatih tinju (pexels.com/RDNE Stock project)

Berdasarkan data cedera pada Olimpiade Tokyo 2020, insiden cedera tertinggi terjadi pada cabang tinju dengan 14 persen kasus membutuhkan perawatan medis selama Olimpiade; diikuti oleh pemanjat sebanyak 12,5 persen kasus; dan pemain skateboard sebanyak 11 persen.

Selama Olimpiade, olahraga kecepatan tinggi, kekuatan tinggi, dan olahraga bela diri menyebabkan kasus cedera yang paling banyak. Sementara itu, perenang atau pelari maraton lebih mungkin mengalami cedera yang disebabkan oleh gerakan berulang akibat latihan bertahun-tahun.

Cedera yang disebabkan oleh insiden selama kompetisi, seperti robekan otot dan patah tulang, biasanya dapat diperbaiki dengan mudah. Di sisi lain, cedera yang disebabkan oleh overuse bisa bersifat kronis sehingga bertahan lama dan belum tentu dapat diperbaiki.

Baca Juga: Apa Saja Cedera Olimpiade yang Paling Umum?

3. Seberapa parah cederanya?

Menurut data dari Olimpiade Tokyo 2020, sebanyak 56 persen cedera diperkirakan tidak membuat para atlet harus mengundurkan diri karena cedera tersebut. Namun, 24 persen mengakibatkan atlet tidak dapat berolahraga hingga seminggu; 11 persen mengakibatkan tidak dapat berolahraga selama 1–4 minggu; dan 9 persen mengakibatkan tidak dapat berolahraga selama lebih dari 4 minggu.

Sementara itu, bagian tubuh yang paling sering mengalami cedera adalah:

  • Lutut.
  • Otot paha belakang.
  • Bahu.
  • Pergelangan kaki.
  • Wajah.

Ketegangan otot dan terkilirnya ligamen merupakan cedera yang paling sering dialami oleh atlet Olimpiade.

4. Dampak jangka panjang

Olahraga Olimpiade yang Dampaknya Paling Berat bagi Tubuhilustrasi laki-laki mengalami cedera lutut (freepik/Wayhomestudio)

Baik cedera yang disebabkan oleh insiden selama kompetisi maupun akibat gerakan berulang selama bertahun-tahun sama-sama dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang.

Cedera akut, seperti patah tulang, robekan otot, atau kerusakan sendi dapat menyebabkan masalah di kemudian hari.

Kerusakan berulang dapat menyebabkan insiden yang makin tinggi dan hasil buruk jangka panjang, termasuk radang sendi parah, bahkan hingga diperlukan penggantian sendi.

Selain itu, beberapa jenis olahraga juga dianggap berat karena mengakibatkan banyak bagian tubuh berisiko cedera pada satu waktu. Salah satunya adalah senam artistik atau gymnastic.

Selama gymnastic, atlet dapat mendarat dengan kepala atau mendarat dengan kaki. Gymnastic juga menimbulkan risiko cedera kronis yang tidak terlihat. Setiap sendi dalam melakukan gerakan gymnastic rentan terhadap masalah.

5. Pencegahan cedera

Cedera terbagi ke dalam beberapa tingkatan. Untuk cedera ringan, atlet masih bisa melanjutkan kompetisi dan latihan seperti biasa. Untuk cedera berat, atlet harus beristirahat dari kompetisi dan latihan selama beberapa waktu.

Mengetahui kapan perlu beristirahat sangat penting untuk mencegah cedera parah dan memastikan atlet tetap berlatih pada tingkat optimal selama mungkin.

Kemajuan teknologi yang konstan juga membantu atlet dan pelatih untuk lebih terlindungi dari cedera. Misalnya, video tentang bagaimana pemain basket mendarat setelah melompat, dapat membantu menghindari potensi cedera.

Memperkuat otot-otot di sekitar lutut dan pinggul, dan berfokus pada teknik yang tepat selama beraktivitas juga dapat menurunkan risiko cedera.

Selain itu, memperhatikan hal-hal seperti nutrisi dan tidur juga penting untuk memulihkan tubuh dan mencegah cedera.

Jadi, tinju, panjat tebing, dan skateboard dianggap menjadi olahraga yang dampaknya paling berat bagi tubuh karena cabang olahraga ini memiliki kasus cedera yang paling banyak. Meskipun begitu, semua jenis olahraga berisiko menyebabkan cedera.

Baca Juga: Penanganan Cedera dengan PEACE and LOVE, Apa Maksudnya?

Referensi

East Alabama Health. Diakses pada Juli 2024. Common Olympic Sports Injuries and How to Prevent Them.
SV Sports Therapy. Diakses pada Juli 2024. Injuries in Olympic Athletes.
Time. Diakses pada Juli 2024. Which Olympic Sport Is Hardest on the Body?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya