5 Penyebab Utama Tottenham Hotspur Susah Meraih Trofi

Bahkan pelatih papan atas pun gagal meraih trofi

Fans Tottenham Hotspur kembali kecewa dengan timnya yang kehilangan peluang meraih trofi pada 2023/2024. Mereka kalah melawan Fulham lewat adu penalti usai imbang 1-1 selama 90 menit pada babak kedua Piala Liga Inggris, Rabu (30/8/2023) dini hari WIB. Kekalahan ini makin membuat Tottenham mendapatkan kecaman dari kalangan penggemar yang sudah terlalu lama menantikan tim kesayangannya mengangkat trofi.

Tottenham terakhir kali memenangi trofi bergengsi saat menjadi juara Piala Liga 2007/2008. Saat itu, klub asal London Utara itu dilatih Juande Ramos, pelatih yang sebelumnya memenangi Piala UEFA (kini Liga Europa) 2 tahun berturut-turut bersama Sevilla. Tottenham juga masih diperkuat para pemain bintang seperti Robbie Keane, Dimitar Berbatov, dan Aaron Lennon.

Setelah kemenangan tersebut, Tottenham Hotspur kesulitan meraih trofi. Meskipun saat ini sudah dianggap sebagai salah satu klub besar di Inggris, prestasi mereka kalah jauh dari para pesaingnya, seperti Chelsea, Arsenal, Liverpool, Manchester United, dan Manchester City. Kegagalan Tottenham dalam meraih trofi pada tiap musim bisa jadi karena lima faktor ini.

1. Penunjukan dan pemecatan pelatih yang tidak tepat

5 Penyebab Utama Tottenham Hotspur Susah Meraih TrofiNuno Espirito Santo (tottenhamhotspur.com)

Tottenham Hotspurs sudah pernah memiliki 14 manajer sejak Enic Group mengambil alih klub pada 2001. Daniel Levy, yang ditunjuk sebagai Chairman Spurs, pernah menunjuk pelatih medioker, seperti Martin Jol, Andre Villas-Boas, Tim Sherwood, dan Nuno Espirito Santo, sampai pelatih papan atas, seperti Jose Mourinho, Mauricio Pochettino, dan Antonio Conte. Hasilnya, dari 14 manajer yang Levy tunjuk, hanya Juande Ramos yang berhasil meraih trofi Piala Liga Inggris pada 2007/2008.

Ketika Spurs bermain buruk dalam beberapa laga English Premier League (EPL), Levy sering kali memecat pelatihnya pada saat yang tidak tepat. Contohnya, Mourinho dipecat beberapa hari sebelum laga final Piala Liga 2021. Antonio Conte juga dicopot dari jabatannya saat EPL menyisakan sepuluh pertandingan pada 2022/2023. Padahal, saat itu Spurs tengah berjuang untuk finis di posisi empat besar EPL agar lolos ke Liga Champions Eropa. Akibat pemecatan itu, Spurs hanya finis di peringkat ke-8 EPL dan tidak lolos ke kompetisi Eropa.

2. Ketiadaan direktur olahraga yang memiliki filosofi dalam klub

5 Penyebab Utama Tottenham Hotspur Susah Meraih TrofiFabio Paratici (tottenhamhotspur.com)

Selama kepemimpinan Enic Group, Tottenham Hotspur pernah punya lima direktur olahraga. Mereka terdiri dari David Platt, Frank Arnesen, Damien Comoli, Franco Baldini, dan Fabio Paratici. Akan tetapi, para direktur olahraga tersebut kerap berselisih dengan Daniel Levy, terutama masalah transfer pemain.

Sementara itu, Paul Michels, pencari bakat yang datang bersama Mauricio Pochettino dari Southampton, juga berselisih dengan Levy pada 2016. Akibatnya, Michels mundur dari posisinya pada 2016. Padahal, Michels adalah sosok yang menemukan pemain-pemain berbakat, seperti Dele Alli, Son Heung Min, Kieran Trippier, dan Toby Alderweireld.

Para pencari bakat dan direktur olahraga tersebut tidak bisa menerapkan sebuah filosofi permainan kepada Tottenham. Selama tidak sejalan dengan apa yang Daniel Levy inginkan terkait transfer pemain, sulit bagi pelatih maupun direktur olahraga menerapkan sebuah filosofi sepak bola di Tottenham. Akibatnya, para pemain Tottenham harus beradaptasi dengan skema permainan baru tiap kali ganti pelatih.

Baca Juga: 5 Klub yang Pernah Dibela Harry Kane, Tidak Hanya Tottenham Hotspur!

3. Tidak memiliki jaringan pemandu bakat yang luas

5 Penyebab Utama Tottenham Hotspur Susah Meraih TrofiHarry Kane (premierleague.com)

Tottenham Hotspur tidak memiliki jaringan pemandu bakat yang menyebar ke seluruh dunia. Tidak seperti klub-klub Big Six lainnya, Tottenham kurang membangun koneksi dengan para pemandu bakat di berbagai negara. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan mengorbitkan pemain-pemain muda berbakat yang berasal dari luar Inggris.

Tottenham memang memiliki akademi sendiri. Harry Kane menjadi salah satu lulusan akademi terbaik. Akan tetapi, Kane saja tidak cukup untuk membawa Tottenham meraih trofi secara berkelanjutan. Akhirnya, sang pemain memutuskan hengkang ke Bayern Muenchen pada musim panas 2023. Tottenham bahkan belum menemukan pengganti Kane, baik dari transfer pemain maupun akademi.

4. Tidak memiliki mental juara

5 Penyebab Utama Tottenham Hotspur Susah Meraih TrofiAntonio Conte (uefa.com)

Faktor lainnya yang membuat Tottenham Hotspur begitu sulit meraih trofi adalah mental juara yang tidak dimiliki oleh para pemain. Hal ini pernah diungkapkan secara terang-terangan oleh Antonio Conte usai timnya bermain imbang 3-3 melawan Southampton pada 2022/2023. Konferensi pers Conte ini menjadi tajuk utama di dunia sepak bola karena membeberkan beberapa masalah internal klub kepada media.

Conte mengatakan para pemain Tottenham tidak terbiasa bermain untuk sesuatu yang penting seperti memenangi trofi. Mereka juga tidak mau bermain di bawah tekanan, stres, dan mengutamakan kepentingan tim. Menurut Conte, permasalahan Tottenham bukan soal taktik atau skema permainan, tetapi lebih kepada soal mental pemain yang tidak memiliki hasrat untuk meraih trofi.

Apa yang diungkapkan Conte memang benar adanya. Tottenham lebih memprioritaskan lolos ke Liga Champions Eropa ketimbang meraih trofi karena bermain di kompetisi tertinggi Eropa akan menghasilkan banyak keuntungan dari segi finansial. Hal ini pernah diungkapkan Mauricio Pochettino yang secara terang-terangan dengan mengatakan Tottenham tidak perlu mengejar trofi 'kecil' seperti Piala Liga dan Piala FA. Lolos ke Liga Champions jauh lebih penting. Maka tak heran, manajemen Tottenham berani memecat Mourinho hanya beberapa hari sebelum final Piala Liga 2021 karena trofi memang bukan prioritas klub.

5. Kepemimpinan Daniel Levy menjadi masalah

https://www.youtube.com/embed/UpND9INj2hY

Semua faktor di atas pada akhirnya akan merujuk kepada kebijakan Daniel Levy selaku Chairman Tottenham Hotspur. Levy yang memiliki latar belakang sebagai seorang pebisnis lebih memprioritaskan keuntungan klub secara finansial daripada prestasi. Terbukti, ia lebih mengutamakan lolos ke Liga Champions karena keuntungan finansialnya lebih besar ketimbang meraih Piala Liga atau Piala FA.

Tottenham juga kerap menjual pemain bintangnya dengan harga mahal, tetapi tidak menggantinya dengan sosok yang sepadan. Seperti saat Tottenham tidak mencari sosok pengganti Gareth Bale yang hengkang ke Real Madrid pada musim panas 2013. Bahkan, hingga artikel ini ditulis, Tottenham belum mendapatkan pengganti Harry Kane yang pindah ke Bayern Muenchen. Padahal, bursa transfer musim panas 2023 ditutup pada 31 Agustus 2023.

Hal ini membuktikan Levy memang tidak memiliki ambisi kuat untuk mempersembahkan trofi bergengsi bagi Tottenham. Para direktur olahraga, pencari bakat, dan pelatih juga sering kali berselisih dengan Levy yang berujung pada pemecatan dan pengunduran diri. Kebijakan ini membuat fans Tottenham geram dan meminta agar Levy beserta jajaran manajemen Tottenham segera pergi dari klub.

Levy menunjuk Ange Postecoglu untuk mengisi posisi pelatih mulai pada 2023/2024. Postecoglu memiliki rekam jejak yang cukup apik di klub-klub sebelumnya, seperti meraih treble winner kompetisi domestik bersama Celtic pada 2022/2023. Akan tetapi, tersingkirnya Tottenham pada babak kedua Piala Liga Inggris membuat fans sudah meragukan kapasitas Postecoglu dalam meraih trofi. Menarik untuk melihat bagaimana Postecoglu membangun ulang skuad Tottenham demi meraih trofi yang sudah lama dinantikan fans.

Baca Juga: 5 Selebritas Penggemar Tottenham Hotspur, Ada Adele

Audi Rahmantio Photo Verified Writer Audi Rahmantio

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya