Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pelajaran Berharga dari Curhatan di Facebook Gundam Diambil Ponakan

ilustrasi gundam (pixabay.com/Samueles)
ilustrasi gundam (pixabay.com/Samueles)

Baru-baru ini media sosial Twitter ramai oleh curhatan seorang laki-laki di Facebook yang mainan gundamnya diambil oleh keponakan. Demi memastikan adanya "pencurian", masih dari curhatan tersebut, ibu dari si anak justru meminta laki-laki tadi untuk mengikhlaskan mainannya karena dianggap memiliki harga Rp50 ribu. 

Padahal gundam sendiri terbilang koleksi yang cukup mahal, lho. Terlepas dari fakta harganya, banyak warganet yang turut menyayangkan sikap sang tante karena dianggap tidak mendidik anaknya dengan baik. Lewat curhatan gundam yang diambil keponakan ini kita bisa ambil beberapa pelajaran berharga, lho.

1. Ada etika meminjam barang yang wajib dilakukan

ilustrasi bermain bersama anak (unsplash.com/Marisa Howenstine)
ilustrasi bermain bersama anak (unsplash.com/Marisa Howenstine)

Kalau mau meminjam barang orang lain, tentu harus minta izin lebih dulu pada yang punya. Itulah yang dinamakan hidup yang beretika. Barang itu bukan milik kita, jadi gak seharusnya mengambil begitu saja saat menginginkannya.

Bukankah mengambil tanpa izin itu namanya mencuri? Sekalipun niatnya hanya meminjam sebentar lantas dikembalikan, tanpa sepengetahuan pemiliknya, kita tetaplah pencuri. Kalau sudah tahu etikanya, jangan pernah ambil barang orang tanpa permisi, ya.

2. Jangan asal ambil barang orang meski masih keluarga

ilustrasi anak bermain (unsplash.com/George Bakos)
ilustrasi anak bermain (unsplash.com/George Bakos)

Kadang, mengambil dengan tujuan meminjam di antara keluarga kerap dianggap hal biasa yang wajar terjadi. Mau orang dewasa atau anak-anak, izin dirasa bukan hal yang mendesak hanya karena masih ada hubungan keluarga dan tinggal dalam satu rumah.

Padahal, baik orang lain maupun keluarga, namanya mau pinjam ya tetap harus minta izin dulu. Kita gak pernah tahu barang tersebut sedang dibutuhkan pemiliknya atau tidak, barang berharga atau tidak. Jadi, izin itu tetap diperlukan meski statusnya adalah keluarga.

3. Hapus mindset "namanya juga anak-anak"

ilustrasi ibu dan anak (unsplash.com/Paige Cody)
ilustrasi ibu dan anak (unsplash.com/Paige Cody)

Beberapa orangtua kerap menyepelekan kebiasaan mengambil barang yang dilakukan anak-anak. Alasannya sederhana, hanya karena mereka masih kecil dan belum paham etika. Padahal, justru orangtua harus menanamkan etika ini sejak dini pada anak mereka.

Sebab, kalau terus dimaklumi semakin besar usia anak, ia akan terus menuntut pemakluman di masa depan. Bahkan saat sudah punya anak, mereka pun akan mendidik dengan cara yang sama. Bak siklus "sesat", anak akan terus tumbuh dalam dunia tanpa etika.

4. Selesaikan masalah di ruang pribadi

ilustrasi media sosial (pexels.com/ Tracy Le Blanc)
ilustrasi media sosial (pexels.com/ Tracy Le Blanc)

Meski dalam curhatan tersebut sikap sang tante cukup disorot, tapi sebenarnya polemik ini bermula dari sikap pemilik gundam yang membagi masalahnya di ruang publik. Padahal masalah ini sebenarnya cukup diselesaikan secara kekeluargaan, tanpa harus diketahui netizen. 

Sikap sang tante memang kurang tepat dalam merespon, tapi hal ini gak bisa jadi pembenaran untuk curhat ke media sosial. Orang lain di luar situasi ini mungkin saja malah akan memperkeruh situasi di saat masalah ini sebenarnya sudah selesai secara baik-baik.

5. Koleksi pribadi sebaiknya simpan dengan benar

ilustrasi koleksi gundam (unsplash.com/Daily Choice)
ilustrasi koleksi gundam (unsplash.com/Daily Choice)

Terlepas dari kesalahan si keponakan dan respon ibunya yang kurang tepat, seharusnya masalah ini jadi pembelajaran untuk lebih berhati-hati menyimpan mainan atau barang berharga lain. Jika mainan atau barang itu mahal, jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Jika memungkinkan, beri penjelasan pada anak kalau koleksi tersebut tidak bisa disamakan dengan mainan miliknya. Kalaupun ingin main, harus bilang dulu dan dalam pengawasan pemiliknya. Dengan begini, anak paham etika dan kita pun gak kehilangan barang berharga. 

Terkadang, masalah yang terkesan sepele bisa menjadi besar saat ada pihak luar yang ikut campur dengan membawa niat memihak. Selesaikan di ruang pribadi, meminta maaf atas kesalahan, dan mencari solusi adalah langkah terbaik untuk semua pihak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
T y a s
EditorT y a s
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Cara Membangun Kebiasaan Baru yang Konsisten, Gak Cuma Wacana!

20 Des 2025, 11:15 WIBLife