Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Menjawab Rasa Ingin Tahu Anak, Kesempatan untuk Belajar

ilustrasi seorang anak (pexels.com/Maria Turkmani)
ilustrasi seorang anak (pexels.com/Maria Turkmani)

Besarnya rasa ingin tahu pada anak disebabkan segala hal di dunia ini masih asing baginya. Setiap hari mungkin ada hal baru yang dilihat dan membuatnya bingung sekaligus ingin memahaminya. Berbeda dengan orang dewasa yang merasa hampir semua hal di sekitarnya sebagai hal biasa.

Keingintahuan pada anak dapat diekspresikan dengan banyak pertanyaan, mengulang-ulangnya, hingga mencoba-coba sesuatu. Usahanya untuk memuaskan rasa penasaran bisa terasa menggangu bagi orangtua. Namun, orangtua dituntut untuk dapat menjembatani antara anak dengan berbagai pengetahuan baru. 

Peran orangtua selalu sangat penting buat tumbuh kembang anak termasuk dari segi pertambahan wawasannya. Di saat-saat yang kurang pas seperti kamu harus bergegas melakukan hal-hal lain pun tidak boleh menjawab pertanyaan anak secara sembarangan. Hadapi rasa ingin tahun anak dengan menerapkan enam tips berikut.

1. Sabar, bukan malah kesal

ilustrasi seorang anak (pexels.com/Grant Criddle)
ilustrasi seorang anak (pexels.com/Grant Criddle)

Menghadapi rasa ingin tahu anak memerlukan banyak kesabaran orangtua. Jika kamu malah jengkel, anak terpaksa menahan keingintahuannya dengan berhenti bertanya-tanya. Padahal, bertanya adalah caranya mendapatkan pengetahuan baru. 

Tanpa ia bertanya serta memperoleh jawaban yang memuaskan, wawasannya sulit bertambah. Bahkan bila kalimat pertanyaan anak saja sudah membuatmu bingung, bersabarlah dalam menggali maksudnya. Pahami bahwa sesuatu yang membuatnya penasaran masih asing baginya.

Anak sukar menemukan kata yang tepat dan orangtua perlu memberikan beberapa pancingan sampai sesuai dengan maksudnya. Baru kemudian kamu masuk ke jawabannya yang tentu lebih memerlukan kesabaran dalam menjelaskannya. Wajar jika anak tidak langsung paham dan terus mengejarmu dengan pertanyaan lanjutan. Bahkan besok pertanyaan serupa bisa kembali dilontarkan anak lantaran penjelasanmu belum dapat dimengerti olehnya.

2. Menjadikannya sesi diskusi

ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Suatu saat nanti anak juga akan belajar berdiskusi dengan teman-teman sekolahnya. Tapi sebelum itu, alangkah baiknya kalau anak mulai berdiskusi pertama kali dengan orangtua. Dengan demikian, dia tak lagi kagok saat kelak harus melakukannya di kelas.

Jadilah teman berdiskusi yang menyenangkan untuk anak. Dalam banyak kesempatan, orangtua mesti menjawab berbagai pertanyaan anak. Akan tetapi, kadang orangtua juga perlu balik bertanya padanya untuk mengetes pemahamannya atas penjelasanmu.

Atau, memancingnya buat berani berpendapat. Sekalipun pendapatnya terasa gak masuk akal dan lucu bagi orang dewasa, terbiasa mengemukakan pendapat bikin anak bersikap lebih terbuka serta suka berpikir. Ini tentu jauh lebih baik ketimbang ia selalu takut-takut, cuma ikut pendapat orang lain, dan menyimpan sendiri semua gagasannya.

3. Jika tak tahu jawabannya, ajak anak belajar bersama

ilustrasi seorang anak (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi seorang anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Hal yang paling mudah menghabiskan kesabaran orangtua dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan anak adalah ketika kamu gak tahu jawabannya. Satu sisi, egomu sebagai orang dewasa bisa membuatmu malu untuk mengakuinya di depan anak. Di sisi lain, pengakuanmu atas ketidaktahuan tersebut pun tak lantas menghentikan pertanyaan anak.

Ia malah bisa tambah rewel dan berisik karena tidak puas dengan jawaban orangtua. Lalu apa yang perlu orangtua lakukan? Daripada baik kesabaranmu maupun anak sama-sama terkikis lebih baik kamu mengajaknya buat mencari tahu jawabannya bersama-sama.

Orangtua masa kini dimudahkan oleh adanya internet sehingga jawaban atas pertanyaan anak dapat diperoleh dalam hitungan detik. Namun, pastikan kamu tidak hanya menyuruh anak buat mencarinya sendiri. Itu bisa bikin dia mulai jatuh cinta pada gadget dan internet kemudian dari waktu ke waktu screen time-nya tambah panjang.

Anak pada dasarnya juga masih sulit memahami informasi yang diperoleh dari internet serta membedakannya dengan informasi yang gak akurat. Pendampingan orangtua tetap wajib agar kalian bisa membacanya bersama-sama kemudian kamu menjelaskannya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami anak. Selain memanfaatkan kecepatan internet buat menemukan jawaban atas pertanyaan anak, jangan lupa selalu menambah koleksi bacaannya di rumah untuk meluaskan wawasannya.

4. Menanyakan alasannya ingin tahu sesuatu

ilustrasi seorang anak (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seorang anak (pexels.com/cottonbro studio)

Rasa penasaran anak yang kuat sekali terhadap sesuatu hendaknya juga memancing keingintahuan orangtua. Kenapa anak begitu penasaran dengan hal tersebut? Terjawabnya pertanyaan ini akan memperluas ruang diskusi kalian. Di samping kamu menjadi lebih tahu mengenai pengalaman anak sebelumnya.

Barangkali anak mendapati temannya mempunyai sesuatu yang baru dan terlihat menarik sekaligus misterius. Misalnya, kawannya memiliki motor mini yang belum pernah dilihatnya. Anak cuma tahu sepeda motor besar yang kerap dipakai orangtua.

Sebelum anak menginginkannya juga, dia bakal bertanya-tanya tentang benda tersebut. Apakah anak-anak boleh mengendarainya? Bagaimana cara menaikinya? Jadikan latar belakang dari rasa penasaran anak sebagai jalan untuk mengedukasinya.

Kamu yang gak mau anak menjadi rewel karena menginginkannya bisa berkata bahwa motor mini kurang aman untuk anak seusianya. Alasannya, kecepatannya lebih tinggi daripada sepeda dan jalanan terlalu ramai. Anak lebih cocok memakai sepeda biasa yang lebih mudah untuk dikendalikan. 

5. Lebih baik dijawab orangtua daripada orang yang gak bertanggung jawab

ilustrasi anak membuka pintu (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi anak membuka pintu (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pertanyaan anak kalau diajukan pada orang yang tak tepat bisa berakibat buruk. Contohnya, anak ingin tahu kenapa sekarang ia tidak boleh lagi tidur bersama orangtua? Tentu alasan utamanya adalah orangtua memiliki kebutuhan seks yang aktivitasnya gak boleh dilihat oleh anak.

Namun, kamu serta pasangan tak akan menjawabnya dengan selangsung itu. Kalian bakal memberikan penjelasan yang lebih tepat sesuai usianya. Misalnya, agar keberaniannya meningkat. Sebab bila anak terus tidur bersama orangtua, nanti hingga dia besar pun melakukan apa saja dan ke mana pun perlu ditemani.

Jika orangtua menolak menjawab pertanyaan tersebut lalu anak mengajukannya pada orang lain, jawabannya dapat jauh dari bijaksana. Orang tersebut bisa-bisa justru memberikan jawaban terlalu jujur dan berdampak buruk untuk anak. Seperti menjelaskan aktivitas suami istri sedetail mungkin. Jangan sampai itu terjadi, ya!

6. Mengajaknya mencoba secara langsung

ilustrasi mengamati jeruk (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi mengamati jeruk (pexels.com/Vlada Karpovich)

Rasa penasaran anak kadang juga gak bisa dipuaskan hanya dengan kata-kata. Anak lebih tertarik pada pengalaman langsung daripada penjelasan panjang lebar yang bukannya membuatnya paham, malah tambah bingung. Selama tidak berkaitan dengan hal-hal yang berbahaya, beri kesempatan anak untuk mengalami sendiri sesuatu.

Contohnya, ia penasaran tentang cara membuka buah jeruk yang kulitnya tebal. Biasanya kamu langsung menghidangkan jeruk yang telah dikupas bahkan dipotong-potong agar anak dapat memakannya dengan mudah. Kini ia mulai ingin tahu bagaimana buah bulat dan lebih besar dari genggamannya itu berubah menjadi kecil-kecil?

Ajak anak untuk mengupasnya bersama-sama. Jika kamu perlu menggunakan pisau, buat irisan-irisan pada kulitnya lalu beri contoh cara membuka salah satu bagian kulit tersebut. Kemudian berikan pada anak biar dia gantian mencobanya sampai berhasil. Urusan memotong-motongnya kembali menjadi tugasmu dan anak cukup menontonnya.

Keingintahuan yang kuat pada anak tidak sama dengan sikap kepo orang dewasa yang cenderung mengusik serta melanggar privasi orang lain. Rasa ingin tahu anak merupakan dorongan alami untuknya banyak belajar. Hindari menjawab pertanyaannya dengan asal-asalan apalagi memarahinya yang terdengar begitu ceriwis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us

Latest in Life

See More

30 Contoh Rapor Deep Learning TK, Jujur dan Objektif!

20 Des 2025, 09:30 WIBLife