Pakai Kondom Masih Tertular HIV, Apa Penyebabnya?

Kondom tidak 100 persen mencegah penularan HIV

Intinya Sih...

  • Kondom menciptakan penghalang yang mencegah HIV masuk tubuh saat berhubungan seks.
  • Faktor utama dalam menentukan risiko penularan adalah viral load atau jumlah virus dalam cairan tubuh. Ketika viral load tidak terdeteksi, HIV tidak dapat ditularkan secara seksual.
  • Kondom bekerja paling efektif jika dikombinasikan dengan bentuk pencegahan lainnya, contohnya konsumsi PrEP.

Kondom menciptakan penghalang yang menghentikan HIV menyentuh dan memasuki tubuh saat berhubungan seks. Kondom dapat mencegah HIV selama semua jenis hubungan seks dan saat menggunakan mainan seks.

Selain itu, kondom juga dapat mencegah infeksi menular seksual lainnya serta mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Namun, mungkin kamu pernah mendengar atau membaca bahwa ada orang yang tertular HIV padahal pakai kondom saat beraktivitas seksual. Kejadian seperti ini bisa saja terjadi. Apa penyebabnya?

1. Risiko penularan per paparan

Risiko paparan bukanlah ilmu pasti dan tidak sama untuk setiap orang. Tingkat risiko setiap orang berbeda, tergantung pada gaya hidup, status kesehatan, dan akses ke layanan medis serta pendidikan.

Faktor utama dalam menentukan risiko penularan adalah viral load atau jumlah virus dalam cairan tubuh. Ketika viral load tidak terdeteksi, HIV tidak dapat ditularkan secara seksual.

Jika pasangan positif HIV, bisa dipahami kalau kamu bertanya-tanya tentang risiko penularan. Kabar baiknya, dengan kemajuan dalam pengobatan terapi antiretroviral) berarti bahwa pasangan serodiskordan (salah satu pasangan hidup dengan HIV dan yang lainnya tidak) secara efektif tidak memiliki risiko penularan HIV.

Aidsmap, sebuah lembaga amal/nirlaba di Inggris, membuat perkiraan risiko HIV per paparan serta menunjukkan risiko dalam berbagai skenario seksual untuk pasangan serodiskordan.

  • Seks vaginal, perempuan ke laki-laki, tanpa kondom: 0,04 persen (1 dari 2.380).
  • Seks vaginal, perempuan ke laki-laki, tanpa kondom, viral load tidak terdeteksi: 0 persen.
  • Seks vaginal, laki-laki ke perempuan, tanpa kondom: 0,08 persen (1 dari 1.234).
  • Seks vaginal, laki-laki ke perempuan, tanpa kondom, viral load tidak terdeteksi: 0 persen.
  • Seks anal reseptif, tanpa kondom: 1,38 persen (1 dari 72).
  • Seks anal reseptif, tanpa kondom, viral load tidak terdeteksi: 0 persen.
  • Seks anal insertif, tanpa kondom: 0,11 persen (1 dari 909).
  • Seks anal insertif, tanpa kondom, viral load tidak terdeteksi: 0 persen.
  • Seks oral reseptif, tanpa kondom, viral load tidak diketahui: Perkiraan berkisar dari 0,00 persen hingga 0,04 persen (1 dari 2.500).
  • Kehamilan dan persalinan, tidak ada tindakan pencegahan: 22,6 persen (1 dari 4).
  • Kehamilan dan persalinan, viral load tidak terdeteksi: 0,14 persen (1 dari 715).
  • Penggunaan narkoba suntik: 0,63 persen (1 dari 158).
  • Cedera tertusuk jarum dengan darah yang terkontaminasi 0,23 persen (1 dari 435).
  • Transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi: 92,5 persen (9 dari 10).

2. Kondom tidak 100 persen mencegah HIV

Pakai Kondom Masih Tertular HIV, Apa Penyebabnya?ilustrasi kondom (freepik.com/ freepik)

Apakah mungkin tertular HIV jika berhubungan seks menggunakan kondom? Jawabannya mungkin saja.

Penggunaan kondom merupakan cara terbaik untuk mencegah HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Namun, kamu tetap berisiko tertular jika:

  • Kondom terlepas.
  • Kondom terbelah atau robek.

Jika ini terjadi, sebaiknya jalani tes HIV dan IMS lainnya.

Kondom plastik (poliuretan) atau karet sintetis baik untuk orang yang alergi terhadap lateks. Namun, kondom plastik lebih sering robek daripada kondom lateks. Kondom berbahan membran alami (seperti kulit domba) memiliki lubang kecil dan tidak boleh digunakan untuk mencegah HIV atau IMS lainnya.

Metaanalisis studi pada pasangan heteroseksual memperkirakan bahwa efektivitas penggunaan kondom secara konsisten berkisar antara 69 persen dan 94 persen. Hasil serupa (efektivitas 70 persen hingga 91 persen) telah diamati dalam studi pada laki-laki gay, biseksual, dan laki-laki lain yang berhubungan seks dengan laki-laki.

3. Kesalahan dalam penggunaan kondom

Kondom akan jauh kurang efektif jika digunakan secara tidak benar. Kesalahan penggunaan kondom—termasuk kondom robek, terlepas, dan penggunaan inkomplet (kondom dipakai setelah hubungan seks penetrasi dimulai dan/atau dilepas sebelum hubungan seks penetrasi berakhir)—terjadi hingga 40 persen dari hubungan seksual.

Pada tahun 2012, tim peneliti dari Kinsey Institute menerbitkan analisis terhadap 50 penelitian mengenai penggunaan kondom di 14 negara. Ditemukan bahwa antara 17 dan 51 persen responden mengatakan bahwa mereka memakai kondom di tengah hubungan seksual. Secara total, antara 1,5 dan 25 persen pengalaman seksual melibatkan pemakaian kondom yang terlambat dalam proses hubungan seksual. Hal ini meniadakan manfaat perlindungan kondom, karena cairan dipertukarkan selama hubungan seksual dan tidak hanya saat ejakulasi.

Kesalahan lain yang paling umum saat menggunakan kondom meliputi:

  • Melepas kondom lebih awal: Antara 14 dan 45 persen individu dalam penelitian tersebut melepas kondom sebelum hubungan seksual berakhir. Penelitian lain menemukan bahwa pelepasan kondom lebih awal terjadi antara 1 dan 27 persen dari hubungan seksual. Membuka gulungan kondom sebelum memakainya: Antara 2 dan 25 persen orang melaporkan membuka gulungan kondom sepenuhnya sebelum memakainya.
  • Tidak ada ruang di ujung: Gagal meninggalkan tempat penampungan air mani dilaporkan oleh antara 24 dan 46 persen responden.
  • Gagal mengeluarkan udara: Hampir setengah (48 persen) perempuan dan 42 persen laki-laki melaporkan hubungan seksual yang mana udara tidak keluar dari ujung kondom.
  • Kondom terbalik: Antara 4 dan 30 persen orang melaporkan menggulung kondom terbalik dan kemudian membaliknya, yang berpotensi membuat pasangannya terpapar cairan tubuh.

Menghindari kesalahan-kesalahan di atas penting untuk mencegah kondom robek dan memastikan kamu terlindungi dengan baik terhadap penularan HIV.

Baca Juga: HIV Mungkin Bisa Dicegah dengan Dua Suntikan Ini Setiap Tahun

4. Seberapa sering kondom robek atau rusak?

Pakai Kondom Masih Tertular HIV, Apa Penyebabnya?ilustrasi kondom (unsplash.com/Lovense Toys)

Angka frekuensi kondom robek, terlepas, atau bocor sangat bervariasi di antara berbagai penelitian. Dalam studi dari Kinsey Institute (disebutkan di atas), antara 0,8 dan 41 persen peserta pernah mengalami kondom robek. Sementara beberapa penelitian melaporkan tingkat yang jauh lebih tinggi, tingkat kerusakan per tindakan seksual dalam sebagian besar penelitian adalah antara 0 dan 4 persen.

Misalnya, sebuah penelitian di Amerika terhadap 8.603 laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki menemukan bahwa 4 persen peserta melaporkan kondom robek saat terakhir kali mereka menggunakannya. Tidak ada perbedaan antara laki-laki yang melaporkan hubungan seks reseptif atau insertif, tetapi laki-laki yang lebih muda, laki-laki yang memiliki lebih banyak pasangan seksual, dan laki-laki yang "high" saat berhubungan seks lebih mungkin mengalami kerusakan kondom.

Hingga sepertiga laki-laki melaporkan masalah dengan kecocokan dan rasa kondom, yang pada gilirannya dikaitkan dengan kondom yang robek atau terlepas. Memilih kondom yang ukurannya sesuai dengan penis mengurangi risiko kerusakan.

5. Cara yang 100 persen efektif untuk mencegah penularan HIV

Satu-satunya cara yang 100 persen efektif untuk mencegah penularan HIV dan IMS secara seksual adalah dengan berpantang (abstinence)—menghindari semua hubungan seks vaginal, anal, dan oral.

Menggunakan kondom laki-laki atau kondom perempuan lateks dapat mengurangi risiko penularan HIV dan IMS secara signifikan, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkannya. Berpantang adalah satu-satunya metode untuk sepenuhnya menghilangkan kemungkinan penularan HIV atau IMS secara seksual.

6. Kondom yang dikombinasikan dengan profilaksis pra pajanan (PrEP) atau viral load yang tidak terdeteksi

Pakai Kondom Masih Tertular HIV, Apa Penyebabnya?ilustrasi obat pre-exposure prophylaxis atau profilaksis pra pajanan (PrEP) (unsplash.com/Michał Parzuchowski)

Kondom bekerja paling efektif jika dikombinasikan dengan bentuk pencegahan lainnya.

Sebuah studi pemodelan tahun 2015 menemukan, laki-laki Afrika-Amerika yang berhubungan seks dengan laki-laki yang selalu menggunakan kondom dan yang mengonsumsi PrEP selama 90 persen hari diperkirakan memiliki risiko HIV 92 persen lebih rendah daripada mereka yang tidak pernah menggunakan kondom atau PrEP.

Studi tersebut berasumsi bahwa penggunaan kondom yang konsisten mencegah 70 persen infeksi.

Pada orang yang hidup dengan HIV, pengobatan HIV yang efektif yang mempertahankan viral load yang tidak terdeteksi merupakan bentuk pencegahan HIV yang lebih efektif daripada penggunaan kondom yang konsisten. Risiko penularan HIV adalah nol. Namun, kondom memberikan manfaat tambahan dalam hal mencegah IMS dan kehamilan yang tidak diinginkan.

7. Cara HIV menular

Jika orang dengan HIV memiliki viral load yang terdeteksi, mereka dapat menularkan HIV melalui cairan tubuh berikut:

  • Darah.
  • Air mani, termasuk cairan pra ejakulasi.
  • Cairan vagina.
  • Lendir dubur.
  • Air susu ibu (ASI).

Kamu bisa tertular HIV melalui:

  • Seks vaginal/frontal dan anal tanpa kondom.
  • Berbagi peralatan suntik narkoba.
  • Berbagi mainan seks.
  • Penularan dari ibu ke anak selama kehamilan.
  • Bersentuhan dengan darah yang terkontaminasi.

Sebagian besar aktivitas tidak menimbulkan risiko tertular atau menularkan HIV. HIV TIDAK DAPAT ditularkan melalui:

  • Berciuman.
  • Berpelukan.
  • Berjabat tangan
  • Berbagi tempat atau ruangan dengan seseorang.
  • Berbagi toilet.
  • Berbagi barang-barang rumah tangga seperti cangkir, piring, peralatan makan, atau seprai.
  • Kontak sosial umum lainnya.

Berapa lama HIV dapat bertahan hidup di luar tubuh?

Begitu berada di luar tubuh, HIV biasanya tidak dapat bertahan lama. Kontak dengan darah atau air mani yang telah berada di luar tubuh umumnya tidak menimbulkan risiko penularan HIV.

Demikian pula, risiko menularkan HIV kepada orang lain jika seseorang memiliki viral load yang terdeteksi dan terdapat luka juga sangat rendah. Cuci darah dengan sabun dan air panas, lalu tutup luka dengan plester atau perban.

Baca Juga: Tes HIV: Jenis, Prosedur, Manfaat, Hasil, Kerahasiaan

Referensi

Aidsmap. Diakses pada September 2024. Estimated HIV risk per exposure.
CATIE - Canada's Source for HIV and Hepatitis C Information. Diakses pada September 2024. Condoms for the prevention of HIV transmission.
Aidsmap. Diakses pada September 2024. Do condoms work?
Sanders, Stephanie A., William L. Yarber, et al. “Condom Use Errors and Problems: A Global View.” Sexual Health 9, no. 1 (January 1, 2012): 81.
SH:24. Diakses pada September 2024. Is it possible to get HIV if you had sex using a condom?
New York State Department of Health. Diakses pada September 2024. Frequently Asked Questions (FAQs) About Condoms.
Smith, Dawn K., Jeffrey H. Herbst, and Charles E. Rose. “Estimating HIV Protective Effects of Method Adherence With Combinations of Preexposure Prophylaxis and Condom Use Among African American Men Who Have Sex With Men.” Sexually Transmitted Diseases 42, no. 2 (January 13, 2015): 88–92.
CDC. Diakses pada September 2024. Preventing HIV with Condoms.
Terrence Higgins Trust. Diakses pada September 2024. How HIV is transmitted.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya