Studi: Paparan Logam Tingkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular

Paparan yang rendah pun memengaruhi kesehatan kardiovaskular

Intinya Sih...

  • Paparan logam akibat polusi lingkungan dikaitkan dengan peningkatan penumpukan kalsium di arteri koroner.
  • Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan paparan logam sebagai faktor risiko signifikan untuk aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular.

Paparan logam akibat polusi lingkungan dikaitkan dengan peningkatan penumpukan kalsium di arteri koroner pada tingkat yang sebanding dengan faktor risiko tradisional seperti merokok dan diabetes, menurut sebuah studi dari Columbia University Mailman School of Public Health.

Temuan ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan paparan logam sebagai faktor risiko signifikan untuk aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Dan, ini dapat mengarah pada strategi pencegahan dan pengobatan baru yang menargetkan paparan logam.

Temuan studi ini dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology pada 18 September 2024.

Paparan logam merupakan faktor risiko baru untuk penyakit kardiovaskular

Aterosklerosis adalah kondisi ketika arteri menyempit dan mengeras karena penumpukan plak, yang dapat membatasi aliran darah dan menyebabkan terbentuknya gumpalan. Kondisi ini merupakan penyebab utama serangan jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer, bentuk penyakit kardiovaskular yang paling umum.

Aterosklerosis menyebabkan kalsium arteri koroner (KAK), yang dapat diukur secara non invasif dari waktu ke waktu untuk memprediksi kejadian jantung di masa mendatang.

Paparan terhadap polutan lingkungan seperti logam merupakan faktor risiko yang baru diketahui untuk penyakit kardiovaskular, tetapi belum banyak penelitian tentang hubungannya dengan KAK.

Baca Juga: Studi: Paparan Logam Beracun Bisa Membahayakan Ovarium

Detail studi

Studi: Paparan Logam Tingkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskularilustrasi aterosklerosis (commons.wikimedia.org/Blausen.com)

Para peneliti dalam studi ini berusaha menentukan bagaimana kadar logam dalam urine, biomarker paparan logam, dan dosis internal logam memengaruhi KAK.

Para peneliti menggunakan data dari Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA), yang melacak 6.418 laki-laki dan perempuan berusia 45–84 tahun dari berbagai latar belakang ras yang bebas dari penyakit kardiovaskular klinis, untuk mengukur kadar logam dalam urine pada awal studi pada tahun 2000–2002.

Mereka meneliti logam nonesensial (kadmium, tungsten, uranium) dan esensial (kobalt, tembaga, zink). Keduanya terkait dengan penyakit kardiovaskular.

Pencemaran kadmium, tungsten, uranium, kobalt, tembaga, dan zink yang meluas terjadi dari penggunaan pertanian dan industri seperti pupuk, baterai, produksi minyak, pengelasan, pertambangan, dan produksi energi nuklir. Asap tembakau merupakan sumber utama paparan kadmium.

Hasilnya memberikan bukti bahwa paparan logam dapat dikaitkan dengan aterosklerosis selama 10 tahun dengan meningkatkan kalsifikasi koroner.

Dengan membandingkan kuartil kadmium urine tertinggi dengan terendah, kadar KAK 51 persen lebih tinggi pada awal penelitian dan 75 persen lebih tinggi selama periode 10 tahun. Untuk tungsten, uranium, dan kobalt urine, kadar KAK yang sesuai selama periode 10 tahun masing-masing adalah 45 persen, 39 persen, dan 47 persen lebih tinggi.

Untuk tembaga dan zink, estimasi yang sesuai turun masing-masing dari 55 persen menjadi 33 persen dan dari 85 persen menjadi 57persen, setelah disesuaikan dengan faktor-faktor seperti faktor risiko kardiovaskular seperti tekanan darah dan obat-obatan tekanan darah, kolesterol tinggi, dan diabetes melitus.

Kadar logam dalam urine juga bervariasi menurut karakteristik demografi. Kadar logam dalam urine yang lebih tinggi ditemukan pada peserta yang lebih tua, peserta China, dan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Peserta dari Los Angeles memiliki kadar tungsten dan uranium dalam urine yang jauh lebih tinggi, dan kadar kadmium, kobalt, dan tembaga yang agak lebih tinggi.

Makalah sebelumnya tentang aterosklerosis (MESA) oleh tim peneliti mempelajari metodologi untuk memvalidasi konsentrasi elemen ultra-jejak dalam urine untuk volume sampel kecil dalam studi epidemiologi besar.

"Ada sejumlah kecil logam ini yang ditemukan di mana-mana, tetapi penelitian ini benar-benar menyoroti bahwa paparan yang rendah pun memengaruhi kesehatan kardiovaskular," kata Kathrin Schilling, Ph.D., asisten profesor Environmental Health Sciences di Columbia Mailman School, salah satu penulis studi.

"Bahkan dengan upaya untuk mengendalikan paparan logam dalam air, udara, dan makanan, kita perlu lebih memperhatikan analisis logam beracun dalam populasi untuk pencegahan dan intervensi paparan."

Polusi merupakan risiko lingkungan terbesar bagi kesehatan kardiovaskular. Mengingat meluasnya kemunculan logam ini akibat aktivitas industri dan pertanian, penelitian ini menyerukan peningkatan kewaspadaan dan langkah-langkah regulasi untuk membatasi paparan dan melindungi kesehatan kardiovaskular.

Baca Juga: Aterosklerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatan

Referensi

McGraw, Katlyn E., Kathrin Schilling, Ronald A. Glabonjat, et al. “Urinary Metal Levels and Coronary Artery Calcification.” Journal of the American College of Cardiology, September 1, 2024.
Columbia University. Diakses pada September 2024. Metal Exposure Can Increase Cardiovascular Disease Risk.
Medical Xpress. Diakses pada September 2024. Metals in the body from pollutants associated with progression of harmful plaque buildup in the arteries.
Schilling, Kathrin, Ronald A. Glabonjat, Olgica Balac, et al. “Method Validation for (Ultra)-Trace Element Concentrations in Urine for Small Sample Volumes in Large Epidemiological Studies: Application to the Population-Based Epidemiological Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA).” Analytical Methods 16, no. 2 (January 1, 2024): 214–26. 

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya