Okronosis Eksogen, Kelainan yang Bikin Kulit Tampak Gosong

Bisa terjadi akibat penggunaan krim pemutih

Intinya Sih...

  • Okronosis eksogen adalah penyakit kulit dengan deposisi pigmen kebiruan akibat penggunaan krim pemutih.
  • Mayoritas terjadi pada individu berkulit gelap di Asia, dengan gejala berupa lesi hiperpigmentasi cokelat-abu-abu atau biru-hitam.
  • Pencegahan dan penghentian penggunaan bahan penyebab, perlindungan terhadap sinar matahari, dan terapi laser merupakan tata laksana yang efektif.

Okronosis eksogen atau exogenous ochronosis adalah salah satu penyakit kulit dengan gambaran deposisi pigmen kebiruan pada wajah yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang hidrokuinon dalam krim pemutih topikal.

Okronosis eksogen mayoritas terjadi pada individu berkulit gelap terutama dari Afrika Selatan. Insidensi okronosis eksogen secara global masih belum diketahui, tetapi angkanya relatif rendah di Asia dengan peningkatan insidensi terutama di India, China, Thailand, dan Singapura.

Prevalensi okronosis eksogen lebih dominan pada perempuan (42 persen) dibanding laki-laki (15 persen) kelompok usia 40–49 tahun, dengan 70 persen terutama pada pengguna pencerah kulit, berdasarkan laporan dalam jurnal Pigment International tahun 2019.

Penyebab

Okronosis Eksogen, Kelainan yang Bikin Kulit Tampak Gosongilustrasi produk skincare yang mengandung hidrokuinon (pexels.com/Sora Shimazaki)

Menurut artikel dalam majalah ilmiah MDVI Volume 4 tahun 2022, okronosis eksogen berkembang dengan cepat setelah penggunaan krim pemutih konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang lama pada pasien berkulit gelap. Hal ini bahkan terjadi pada 2 persen pasien berkulit putih.

Selain penggunaan krim pemutih yang mengandung idrokuinon, penggunaan fenol,
antimalaria seperti kina, zat benzena, resorsinol, merkuri, atau asam pikrat juga berkontribusi pada terjadinya kasus ini.

Berdasarkan kasus yang dilaporkan, hidrokuinon memiliki hubungan terkuat dengan kejadian okronosis eksogen jika dibandingkan faktor yang lain.

Gejala

Okronosis Eksogen, Kelainan yang Bikin Kulit Tampak Gosongilustrasi okronosis eksogen (e-ijd.org/Bhattar PA, Zawar VP, Godse KV, Patil SP, Nadkarni NJ, Gautam MM. Exogenous Ochronosis. Indian J Dermatol 2015;60:537-43)

Menurut laporan dalam International Journal of Dermatology tahun 2008, gejala okronosis eksogen dapat meliputi:

  • Serat kuning kecokelatan berbentuk seperti pisang.
  • Papula yang tampak seperti kaviar.
  • Hiperpigmentasi cokelat-abu-abu atau biru-hitam.

Sebagian besar lesi terlihat pada area tubuh yang paling banyak terkena sinar matahari.

Baca Juga: 5 Fakta Hidrokuinon, Salah Satu Bahan Populer Skincare

Diagnosis

Okronosis Eksogen, Kelainan yang Bikin Kulit Tampak Gosongilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Biopsi merupakan pemeriksaan baku emas dari okronosis eksogen. Penggunaan dermoskopi saat ini telah digunakan sebagai prosedur diagnostik penunjang terkini untuk membedakan lesi hiperpigmentasi, salah satunya untuk membantu penegakan diagnosis okronosis eksogen terhadap diagnosis banding lainnya.

Pengobatan

Okronosis Eksogen, Kelainan yang Bikin Kulit Tampak Gosongilustrasi terapi laser untuk wajah (pexels.com/Anna Shvets)

Langkah terpenting dalam tata laksana non farmakologi adalah menghentikan penggunaan obat atau produk yang menjadi penyebab, seperti hidrokuinon.

Pemakaian rutin perlindungan terhadap sinar matahari dikatakan dapat mencegah perkembangan okronosis lebih lanjut, seperti memakai topi bertepi yang lebar, kacamata pelindung matahari, dan pakaian pelindung matahari.

Sulitnya terapi okronosis eksogen membuat pencegahan menjadi hal yang penting dalam penanganan penyakit ini. Penggunaan hidrokuinon dalam konsentrasi yang lebih rendah, perlindungan terhadap sinar matahari, dan diagnosis dini merupakan faktor kunci dalam terapi.

Penggunaan tabir surya spektrum luas dan menghindari paparan sinar matahari sangat penting. Suatu penelitian menyebutkan bahwa kombinasi asam retinoid 0,05% dan tabir surya dengan faktor perlindungan matahari yang tinggi merupakan pengobatan yang efektif, walaupun hasilnya dapat bervariasi pada masing-masing individu.

Menurut European Society of Laser Dermatology, terapi okronosis eksogen cukup menantang dengan hasil yang tidak terduga dan sering kali tidak sesuai ekspektasi.

Penggunaan fotoproteksi menjadi elemen yang relevan dalam pendekatan awal karena
dapat memperlambat perkembangan lesi dan mencegah munculnya hiperpigmentasi baru.

Beberapa kasus mencapai respons parsial dengan retinoid topikal dan asam glikolat dalam konsentrasi rendah, begitu juga dengan penggunaan terapi oral tetrasiklin pada lesi
papular atau lesi yang menyerupai sarkoidosis.

Beberapa penelitian telah merekomendasikan asam retinoat topikal, kortikosteroid, dan tetrasiklin bersama dengan perlindungan matahari dan antioksidan berupa vitamin C dan E. Namun, ini belum terbukti sebagai pengobatan yang efektif.

Untuk tata laksana prosedural, pengelupasan kimiawi dengan asam glikolat atau asam trikarboksilat telah digunakan untuk pengobatan okronosis eksogen dan bisa menunjukkan perbaikan pigmentasi. Pengobatan kombinasi abrasi kulit dan laser juga dilaporkan menunjukkan perbaikan.

Selain itu, terapi laser juga bisa dipertimbangkan. Teknologi laser dalam terapi
okronosis eksogen meliputi Q-Switched Ruby (694 nm), Q-Switched Alexandrite (755 nm), Q-Switched Nd:YAG (1064 nm), laser CO2, dan laser picosecond.

Okronosis eksogen merupakan suatu kelainan kulit yang ditandai dengan munculnya hiperpigmentasi asimtomatik, lesi berwarna hitam kebiruan atau keabu- abuan.

Penyebab okronosis eksogen yang umum merupakan akibat dari efek samping penggunaan krim pencerah kulit yang mengandung hidrokuinon dalam jangka panjang.

Beberapa modalitas terapi yang tersedia berupa tata laksana non farmakologi, farmakologi, prosedural, dan terapi laser.

Baca Juga: Apakah Paraben dalam Kosmetik Perlu Diwaspadai?

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya