Dalam 5 Tahun, Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Hanya 3,5 Persen

Deteksi dini meningkatkan harapan hidup hingga 85 persen

Kanker paru-paru jangan dianggap remeh! Menurut Global Cancer Statistic 2020, tercatat 1.796.144 kematian akibat kanker paru-paru secara global. Di Indonesia, kasus kanker ini meningkat, dari 30.023 di tahun 2018 menjadi 34.783 pada tahun 2020. Angka kematiannya pun naik, dari 26.069 pada tahun 2018 menjadi 30.843 pada tahun 2020.

Salah satu faktor risiko kanker paru adalah paparan asap rokok, terutama perokok yang 20-50 kali lebih berisiko. Bahkan, non-perokok yang terpapar asap rokok di rumah atau tempat kerja (perokok pasif) juga mengalami kenaikan risiko terkena kanker paru sebesar 20-30 persen!

Untuk membahas kanker paru lebih dalam, PT Takeda Indonesia dan Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) mengadakan virtual media briefing bertema "Hari Kanker Paru Sedunia 2021: Situasi dan Penanganan Kanker Paru pada Masa Pandemi COVID-19" pada Kamis (26/8/2021).

Acara daring ini menghadirkan Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, spesialis penyakit dalam (hematologi dan onkologi medik) RSCM; dr. Evlina Suzanna Sinuraya, SpPA, spesialis patologi anatomi RS Dharmais; dan Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, spesialis penyakit dalam (hematologi dan onkologi medik) RSCM. Simak, yuk!

1. Kanker paru menduduki peringkat pertama dari segi kasus dan angka kematian

Dalam 5 Tahun, Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Hanya 3,5 Persenilustrasi pemeriksaan paru (rediff.com)

Data dari GLOBOCAN 2018 menunjukkan bahwa kasus baru dan kematian akibat kanker paru berada di urutan teratas dari jenis kanker lainnya. Terdapat 2,094 juta kasus baru kanker paru atau sekitar 11,6 persen dari seluruh kasus baru. Dari segi mortalitas, terdapat 1,8 juta kematian akibat kanker paru atau sekitar 18,4 persen dari seluruh kematian akibat kanker.

Bagaimana dengan situasi di Indonesia? Menurut Prof. Aru, pada laki-laki, kanker paru berada di peringkat pertama dengan 25,8 kasus per 100.000 dengan tingkat kematian 23,2 per 100.000. Sementara, pada perempuan, di urutan teratas adalah kanker payudara dengan 40,3 kasus per 100.000 dengan tingkat kematian 16,6 per 100.000.

Terdapat jurang yang lebar terkait kanker paru di kalangan laki-laki dan perempuan di Indonesia. Menurut GLOBOCAN 2020, angka kejadian kanker paru pada laki-laki adalah 20,1 kasus per 100.000 penduduk. Sementara, pada perempuan 'hanya' 6,2 kasus per 100.000 penduduk, dr. Evlina memaparkan.

2. Merokok adalah penyebab utama kanker paru

Dalam 5 Tahun, Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Hanya 3,5 Persenilustrasi perokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Seperti yang bisa ditebak, merokok adalah faktor risiko utama kanker paru. Melansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), merokok dikaitkan dengan 80-90 persen kematian akibat kanker paru. Ini karena lebih dari 7.000 bahan kimia beracun yang ada dalam asap tembakau.

Menurut Dr. Ikhwan, penyebab kanker paru yang bisa diubah, dihindari, atau dicegah adalah:

  • Merokok, baik aktif maupun pasif.
  • Diet tinggi daging merah, sering makan daging yang kering dan hangus yang mengandung zat karsinogenik nitrosamin.
  • Terpapar radon, yaitu hasil pemecahan uranium pada tanah dan batu-batuan.
  • Paparan asbes, jika serat asbes dihirup maka akan mengendap di paru-paru lalu menyebabkan peradangan, luka, dan kerusakan jaringan paru.
  • Paparan zat tertentu, seperti kromium, radioaktif, silika, diesel, polycyclic aromatic hydrocarbons, dan logam berat lainnya.
  • Mengonsumsi terlalu banyak beta-karoten.
  • Meminum air yang mengandung arsenik.
  • Memiliki penyakit paru seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan tuberkulosis (TB).

Sementara itu, penyebab kanker paru yang tidak bisa diubah adalah:

  • Memiliki riwayat keluarga dengan kanker paru.
  • Pernah mengalami kanker paru sebelumnya.
  • Polusi udara akibat asap kendaraan atau asap hasil buangan industri.
  • Polimorfisme gen.
  • Memiliki kelainan pada kromosom.

Dicurigai, rokok elektrik atau vaping memiliki hubungan dengan kanker paru. Dikatakan oleh Dr. Ikhwan, studi terhadap tikus atau mencit yang terpapar rokok elektronik selama 54 minggu menunjukkan perkembangan adenokarsinoma paru. Kondisi ini terjadi pada 9 dari 40 mencit atau sekitar 22,5 persen.

3. Gejala utama kanker paru adalah batuk, sesak, dan rasa tidak enak di dada

Dalam 5 Tahun, Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Hanya 3,5 Persenilustrasi batuk (mydr.com.au)

Seperti apa gejala kanker paru yang bisa dikenali? Menurut Dr. Ikhwan, gejala primernya adalah batuk, rasa tidak enak di dada, sesak, hingga batuk darah. Ketika sel kanker sudah menyebar ke dalam dada, gejala yang dirasakan adalah suara serak, nyeri dada, susah menelan, muka dan tangan bengkak, serta sindrom Horner.

Akan lebih parah jika sudah menyebar ke luar dada. Gejalanya seperti nyeri tulang, sakit kepala, pembesaran kelenjar getah bening, mual, muntah, lemah, berat badan turun, kebingungan, perubahan kepribadian, patah tulang, kejang, sampai kelumpuhan!

Kanker paru tidak boleh disepelekan karena memiliki mortality rate yang tinggi dan survival rate yang rendah. Menurut Prof. Aru, dalam waktu 5 tahun, harapan hidup pasien kanker paru hanya 3,5 persen. Artinya, dari 100 orang, yang berhasil survive hanya 3-4 orang saja.

Baca Juga: Deteksi Dini Tingkatkan Keberhasilan Pengobatan Kanker Prostat

4. Dengan deteksi dini, harapan hidup meningkat hingga 85 persen

Dalam 5 Tahun, Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Hanya 3,5 Persenilustrasi CT scan (uab.edu)

Namun, angka kematian bisa ditekan jika kanker terdeteksi pada tahap awal. Dengan deteksi dini dan operasi (sebelum sel kanker menyebar ke seluruh tubuh), tingkat harapan hidup pasien kanker paru bisa mencapai 85 persen, ungkap Prof. Aru.

Menurut dr. Evlina, ada empat pemeriksaan umum pada pasien suspek kanker paru, seperti foto toraks (hasil 2 dimensi), computed tomography (CT) scan (hasil 3 dimensi), positron emission tomography (PET) scan, serta magnetic resonance imaging (MRI).

CT scan digunakan untuk melihat penyebaran kanker, di mana kita bisa memperoleh informasi yang presisi mengenai ukuran, posisi, dan bentuk kanker. PET scan menggunakan cairan glukosa yang mengandung zat radioaktif dan dipakai untuk deteksi penyebaran kanker. Jika ingin melihat apakah kanker sudah menyebar ke otak, maka MRI yang digunakan.

Terkadang, pengambilan sampel perlu dilakukan untuk memeriksa jenis sel kanker paru. Ada tiga metode, yaitu biopsi melalui dinding dada, biopsi melalui bronkoskopi, dan bedah toraks dengan bantuan video (video-assisted thoracoscopic surgery atau VATS).

"Kanker paru bisa disembuhkan dengan pembedahan, radiasi, atau kemoterapi, tapi harus deteksi dini. Kami berharap kepedulian seseorang akan paru-parunya. Mulai usia 20-25 tahun sudah bisa melakukan screening. Jangan menunggu batuk berkepanjangan atau gejala berat muncul, baru memeriksakan diri," dr. Evlina mewanti-wanti.

Senada dengan rekan sejawatnya, Dr. Ikhwan mengatakan bahwa 57 persen kanker paru terdeteksi saat stadium lanjut. Padahal, jika terdeteksi di stadium awal, sebanyak 57 persen pasien kanker paru masih hidup dalam 5 tahun ke depan.

5. Apa pengobatan yang tepat untuk kanker paru?

Dalam 5 Tahun, Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Hanya 3,5 Persenilustrasi kemoterapi (newscientist.com)

Menurut Dr. Ikhwan, pada kanker paru stadium lanjut, yang diberikan adalah pengobatan sistemik seperti kemoterapi, imunoterapi, dan terapi target. Penentuan terapi sistemik didasarkan pada ada atau tidaknya mutasi pada gen yang bertanggung jawab mengendalikan kanker, seperti EGFR dan ALK.

Selain itu, perlu dilihat seberapa besar persentase programmed death ligand-1 (PD-L1), yaitu zat atau substansi yang bisa menghambat kerja sistem imun tubuh dalam membunuh sel kanker. Pemeriksaan EGFR, ALK, dan PD-L1 idealnya dikerjakan bersamaan dengan pengambilan sampel jaringan untuk menegakkan diagnosis serta memastikan apakah benar kanker paru dan jenisnya apa.

"ALK positif berhubungan dengan peningkatan risiko penyebaran ke otak dan hati. Mutasi ALK mengaktifkan berbagai signal sehingga pembelahan sel tidak terkontrol," jelasnya.

Terapi target terbukti meningkatkan harapan hidup pasien kanker paru. Contohnya, ALK inhibitor meningkatkan harapan hidup sebesar 89,6 bulan dan EGFR inhibitor 24,3 bulan. Namun, ALK inhibitor mungkin menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, diare, dan gangguan fungsi hati. Sementara, efek samping EGFR inhibitor adalah ruam kulit, diare, stomatitis (peradangan pada mulut), dan paronikia (peradangan di sekitar kuku).

Bagaimana cara mencegah kanker paru? Sederhana saja. Jauhi rokok, mengonsumsi banyak buah dan sayur, meminimalkan paparan zat karsinogen, hindari pajanan radon, dan rutin melakukan aktivitas fisik, saran Dr. Ikhwan. Lebih baik mencegah daripada mengobati!

Baca Juga: Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Pap Smear dan Vaksin HPV

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya