Ibu Hamil yang Anemia Berisiko Lahirkan Anak Berperilaku Negatif

Bisa dicegah sebelum kehamilan

Intinya Sih...

  • Anemia pada perempuan hamil dapat menyebabkan efek jangka panjang negatif pada anak yang dilahirkan.
  • Kurang darah menandakan hemoglobin (Hb) di bawah normal, yang bisa mengakibatkan pertumbuhan negatif kognitif yang tidak bisa dikoreksi.
  • Untuk mencegah masalah anemia, persiapan fisik, mental, dan sosial sebelum kehamilan sangat penting bagi kesehatan ibu dan anak.

Kurang darah atau anemia yang dialami oleh perempuan hamil bisa menyebabkan efek jangka panjang mengerikan bagi anak yang dilahirkan.

Ibu hamil yang anemia bisa memberikan irreversible kognitif negatif behavior pada anak yang dilahirkan, menurut Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Ulul Albab, SpOG di Jakarta, pada Selasa (30/07/2024). Kok bisa? Berikut ini penjelasannya!

Baca Juga: 5 Penyebab Kaki Gatal saat Hamil, Ada yang Serius

Efek mengerikan anemia

Ibu Hamil yang Anemia Berisiko Lahirkan Anak Berperilaku NegatifSekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Ulul Albab, Sp.OG di Jakarta, pada Selasa (30/07/2024) (IDN Times/Misrohatun)

Anemia pada perempuan hamil bisa menyebabkan adanya pertumbuhan negatif yang tidak bisa dikoreksi atau irreversible kognitif.

"Ada beberapa penelitian yang mengatakannya. Kriminal, korupsi, pencuri dan lain-lain, dulunya anemia dan lahir dari ibunya yang anemia," kata dr. Ulul.

Kurang darah menandakan hemoglobin (Hb) yang di bawah normal, sementara Hb fungsinya untuk mengikat oksigen. Jika oksigen tidak sampai ke otak, maka otaknya akan mengerut dan tidak bisa diperbaiki lagi.

Persiapan fisik, mental dan sosial

Lebih dalam dr. Ulul menjelaskan, agar anak yang dilahirkan sehat, perempuan harus melakukan persiapan yang menyangkut fisik, mental, dan sosial.

Bicara fisik, perempuan tersebut harus berusia di atas 20 tahun. Kemudian jarak antara anak harus lebih dari 3 tahun.

Pemeriksaan fisik lainnya meliputi berat badan, Hb, terhindar dari infeksi human immunodeficiency virus (HIV), sifilis, hingga hepatitis.

"Secara mental juga harus siap. Makanya disarankan hamil jika dalam proses pernikahan yang sah," ujar dr. Ulul.

Dari segi sosial, harus ada dukungan dari suami maupun keluarga agar kehamilannya sehat.

Sejak awal kehamilan, perempuan harus diperiksakan. Terkadang ada yang tesnya positif namun ternyata tidak hamil, kemungkinan karena janin tidak berkembang, hamil di luar kandungan atau hamil anggur.

"Periksa minimal empat kali, termasuk wajib USG dari trimester 1 sampai 3. Kalau (USG) setiap bulan lebih bagus," dr. Ulul menjelaskan.

Melakukan koreksi sebelum hamil

Ibu Hamil yang Anemia Berisiko Lahirkan Anak Berperilaku Negatifilustrasi ibu hamil dan suami (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Perempuan yang memiliki masalah pada fisik sangat dianjurkan untuk dikoreksi lebih dulu kondisinya sebelum hamil. Misalnya ketika dia memiliki Hb rendah atau punya masalah gula, bisa dilakukan intervensi dengan obat-obatan.

"Prinsipnya untuk melahirkan bayi yang sehat itu gak instan. Jadi gak ada ibu hamil tanpa kontrol, pas lahir anaknya sehat, gak mungkin," papar dr. Ulul.

Ketika kehamilannya tidak sehat, ada potensi bayi lahir dengan berat badan rendah, prematur, kematian ibu, kematian bayi, hingga risiko jangka panjang seperti stunting.

Menurutnya, pencegahan dari masalah anemia ini sedang digalakkan. Kehamilan seharusnya disiapkan dari jauh-jauh hari sebelum hamil sampai perempuan tersebut dinyatakan layak hamil.

Jika sudah terjadi, pengobatannya bukan lagi pada anemianya, tetapi melibatkan psikiater atau psikolog. Oleh sebab itu, kondisi kurang darah ini sebaiknya jangan sampai terjadi.

Baca Juga: Waspada, Anemia Bisa Akibatkan Terhambatnya Tumbuh Kembang Anak

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya