Hipoksemia Nokturnal, Kondisi Rendahnya Kadar Oksigen saat Tidur

Membuat tubuh tidak berfungsi dengan baik

Intinya Sih...

  • Ketika seseorang tertidur dan kadar oksigen dalam darahnya kurang atau sama dengan 90 persen, itu didefinisikan sebagai hipoksemia nokturnal.
  • Tergantung pada tingkat keparahan dan durasinya, hipoksemia dapat menyebabkan gejala ringan atau bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.
  • Kadar oksigen dalam darah yang turun terlalu rendah akan membuat organ dan jaringan tidak menerima cukup oksigen untuk berfungsi dengan baik.

Mendapatkan tidur malam yang berkualitas akan membuat kamu bangun dengan tubuh yang segar. Namun, banyak orang mengalami masalah tidur yang menghalangi untuk mendapatkan istirahat yang dibutuhkan.

Hipoksemia nokturnal adalah suatu kondisi ketika kadar oksigen dalam darah turun terlalu rendah saat tidur, yang disebabkan oleh masalah medis yang mendasarinya.

Mempelajari lebih lanjut tentang kondisi ini dan cara mengelolanya dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Baca terus untuk tahu informasi penting mengenai hipoksemia nokturnal.

1. Apa itu hipoksemia nokturnal?

Hipoksemia terjadi ketika kadar oksigen darah lebih rendah dari biasanya. Jika terjadi pada malam hari saat sedang tidur, kondisi ini disebut hipoksemia nokturnal. Kadar oksigen darah yang terlalu rendah akan membuat tubuh tidak berfungsi dengan baik.

Kadar oksigen darah yang sehat biasanya berkisar antara 95–100 persen. Biasanya, orang diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan kadar oksigen saat sedang tidur. Namun, bagi orang-orang dengan kondisi medis tertentu, penurunan kadar oksigen tersebut bisa terlalu rendah.

Ketika seseorang tertidur dan kadar oksigen dalam darahnya kurang atau sama dengan 90 persen, itu didefinisikan sebagai hipoksemia nokturnal.

2. Bagaimana hipoksemia nokturnal bisa terjadi?

Hipoksemia Nokturnal, Kondisi Rendahnya Kadar Oksigen saat Tidurilustrasi bernapas (pexels.com/Thirdman)

Normalnya, oksigen masuk ke darah melalui paru-paru. Saat bernapas, oksigen dari udara mengalir melalui paru-paru ke dalam kantung udara kecil (alveoli). Pembuluh darah (kapiler) bergerak dekat dengan alveoli dan mengambil oksigen. Akhirnya, oksigen mengalir melalui darah ke jaringan.

Hipoksemia terjadi jika kamu tidak dapat menghirup cukup oksigen atau jika oksigen yang dihirup tidak dapat mencapai darah. Aliran udara dan darah harus mendapatkan cukup oksigen dalam darah. Inilah sebabnya mengapa penyakit paru-paru dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipoksemia.

Tergantung pada tingkat keparahan dan durasinya, hipoksemia dapat menyebabkan gejala ringan atau bahkan bisa sampai menyebabkan kematian.

Gejala ringannya berupa sakit kepala dan sesak napas. Dalam kasus yang parah, hipoksemia dapat mengganggu fungsi jantung dan otak. Kondisi ini dapat menyebabkan kekurangan oksigen pada organ dan jaringan tubuh (hipoksia).

Hipoksemia dapat terjadi dalam jangka waktu singkat yang menyebabkan gagal napas akut. Masalah jangka panjang akan berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, yang disebut sebagai gagal napas kronis.

3. Siapa yang bisa terkena hipoksemia?

Kondisi apa pun yang mengurangi jumlah oksigen dalam darah atau membatasi aliran darah dapat menyebabkan hipoksemia.

Orang yang hidup dengan penyakit jantung atau paru-paru seperti gagal jantung kongestif, penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), atau asma memiliki peningkatan risiko mengalami hipoksemia. 

Beberapa penyakit menular, seperti influenza, pneumonia, dan COVID-19 juga dapat meningkatkan risiko.

Kondisi lainnya yang juga dapat meningkatkan risiko termasuk sleep apnea dan penyakit paru-paru ringan, serta berada di ketinggian yang membuat kamu sulit bernapas saat berada di pegunungan.

Kondisi medis lainnya yang dapat menyebabkan hipoksemia antara lain:

  • Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
  • Anemia.
  • Bronkitis.
  • Kelainan jantung bawaan.
  • Gagal jantung kongestif.
  • Emfisema.
  • Pneumotoraks (udara di ruang sekitar paru-paru atau paru-paru yang kolaps).
  • Edema paru (cairan dalam paru-paru).
  • Emboli paru (pembekuan darah pada paru-paru).
  • Fibrosis paru (jaringan parut pada paru-paru).
  • Hipertensi paru.

4. Gejala hipoksemia

Hipoksemia Nokturnal, Kondisi Rendahnya Kadar Oksigen saat Tidurilustrasi tidur (pexels.com/Ivan Oboleninov)

Kadar oksigen yang rendah dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kesulitan fokus, kelelahan berlebihan, kecemasan, sesak napas, napas cepat, dan perubahan detak jantung, yang lebih mudah diketahui saat kamu terjaga.

Jika kamu menyadari bahwa kulit atau bibir membiru, kerap merasa bingung, dan mengalami detak jantung serta pernapasan yang cepat, segera cari bantuan medis.

Gejala hipoksemia cukup bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab yang mendasarinya. Beberapa meliputi:

  • Sakit kepala.
  • Kesulitan bernapas atau sesak napas (dispnea).
  • Denyut jantung cepat (takikardia).
  • Batuk.
  • Mengi.
  • Kebingungan.
  • Warna kebiruan pada kulit, kuku, dan bibir (sianosis).

5. Pengobatan

Tergantung penyebabnya, obat atau perawatan tertentu dapat membantu meningkatkan kadar oksigen darah. Dokter mungkin menggunakan oksigen tambahan melalui tangki oksigen atau konsentrator oksigen.

Dalam kasus berat, terutama dengan ARDS, pasien mungkin menggunakan ventilator. Jika hipoksemia tidak teratasi, suatu kondisi yang dikenal sebagai hipoksemia refrakter, obat atau terapi tambahan dapat digunakan.

Perawatan yang berfokus pada penyebab yang mendasarinya mungkin termasuk:

  • Inhaler dengan bronkodilator atau steroid untuk membantu penderita penyakit paru-paru seperti PPOK.
  • Obat yang membantu membuang kelebihan cairan di paru-paru (diuretik).
  • Masker tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP) untuk mengobati sleep apnea.
  • Oksigen tambahan dapat digunakan untuk mengatasi risiko hipoksemia yang berkelanjutan. Ada berbagai macam perangkat oksigen, tetapi kamu bisa mendapatkan mesin yang mengalirkan oksigen ekstra melalui masker pernapasan atau tabung kecil (kanula), menerima oksigen di rumah, atau dengan mesin portabel saat bepergian atau di rumah sakit.

6. Kemungkinan komplikasi

Hipoksemia Nokturnal, Kondisi Rendahnya Kadar Oksigen saat Tidurilustrasi terkena hipoksemia (freepik.com/stefamerpik)

Kadar oksigen dalam darah yang turun terlalu rendah akan membuat organ dan jaringan tidak menerima cukup oksigen untuk berfungsi dengan baik. Itu disebut hipoksia, dan jika berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan serius.

Beberapa kemungkinan komplikasi hipoksemia nokturnal adalah:

  • Efek kardiovaskular: Oksigen rendah pada malam hari telah dikaitkan dengan tekanan darah tinggi pada penderita obstructive sleep apnea (OSA).
  • Gangguan kognitif: Kadar oksigen darah yang rendah saat tidur dapat membuat pasien merasa sangat lelah di siang hari, sehingga sulit fokus, menyelesaikan masalah, dan mengingat berbagai hal.
  • Mengurangi kualitas hidup: Masalah pernapasan saat tidur, seperti OSA, dapat menurunkan kadar oksigen darah. Hal ini dapat mengganggu kualitas tidur, menyebabkan kesulitan pada siang hari dan menurunkan kualitas hidup.

Mencegah hipoksemia nokturnal biasanya melibatkan pengelolaan kondisi kesehatan yang bisa memicu kondisi tersebut dan meminimalkan faktor risiko berkembangnya penyakit yang berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen saat tidur, seperti OSA.

Cara yang mungkin dilakukan adalah dengan menjaga gaya hidup sehat dan menghindari rokok, alkohol, serta obat penenang.

Baca Juga: 5 Makanan Ini Punya Nutrisi yang Baik Dikonsumsi Penderita Hipoksemia

Referensi

Healthnews. Diakses pada Juni 2024. Nocturnal Hypoxemia: Reasons for Low Oxygen Levels While Sleeping.
Cleveland Clinic.
Diakses pada Juni 2024. Hypoxemia.
Mayo Clinic.
Diakses pada Juni 2024. Hypoxemia Symptoms.
Yale Medicine.
Diakses pada Juni 2024. Sleep-Related Hypoxemia.
Liang, Jingjing, Brian E. Cade,  dkk. “Sequencing Analysis at 8p23 Identifies Multiple Rare Variants in DLC1 Associated with Sleep-Related Oxyhemoglobin Saturation Level.” American Journal of Human Genetics 105, no. 5 (1 November, 2019): 1057–68.
Nagaoka, Mika, Ayumi Goda, dkk. “Nocturnal Hypoxemia, But Not Sleep Apnea, Is Associated With a Poor Prognosis in Patients With Pulmonary Arterial Hypertension.” Circulation Journal 82, no. 12 (24 November, 2018): 3076–81.
Yaffe, Kristine, Alison M Laffan, dkk. “Sleep-Disordered Breathing, Hypoxia, and Risk of Mild Cognitive Impairment and Dementia in Older Women.” JAMA 306, no. 6 (August 10, 2011).

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya