Ketakutan Kena Serangan Jantung, Mungkin Itu Cardiophobia

Terus merasa khawatir padahal hasil pemeriksaan negatif

Intinya Sih...

  • Kardiofobia adalah ketakutan yang tidak rasional dan berlebihan terhadap masalah jantung atau sistem kardiovaskular.
  • Kardiofobia dapat menyebabkan gejala seperti jantung berdebar-debar, nyeri dada, dan ketakutan akan serangan jantung meskipun hasil tes medis negatif.
  • Faktor risiko kardiofobia meliputi pengalaman traumatis, genetika, penularan informasi, dan ketakutan yang dipelajari dari orang lain.

Dengan meningkatnya jumlah kasus serangan jantung, terutama di kalangan usia muda, ini tentu bisa mengkhawatirkan dan selalu baik untuk waspada dan mencari pertolongan jika mengalami gejala apa pun yang terkait dengan kondisi jantung.

Namun, jika ketakutan tersebut berubah menjadi tidak rasional, itu dapat menyebabkan stres dan kecemasan, yang menyebabkan gejala jantung seperti jantung berdebar-debar dan nyeri dada, bahkan tanpa adanya masalah jantung. Kondisi ini disebut kardiofobia (cardiophobia) atau neurosis jantung.

Baca Juga: Thalassophobia: Fobia terhadap Laut Dalam

1. Apa itu kardiofobia?

Kardiofobia adalah salah satu bentuk patofobia, yaitu ketakutan akan kematian akibat penyakit mematikan yang tiba-tiba muncul.

Pengidap kardiofobia akan hidup dalam ketakutan dan kecemasan berlebihan terpusat di sekitar jantung atau sistem kardiovaskular, atau kemungkinan mengidap penyakit yang berhubungan dengan jantung.

Ketakutan yang dirasakan ini tidak rasional dan terus berlanjut meskipun telah banyak konsultasi medis yang negatif.

Orang yang mengalami kardiofobia cenderung sangat menyadari detak jantung mereka dan mungkin salah mengartikan sensasi tubuh yang normal sebagai tanda-tanda masalah jantung. Ketakutan yang meningkat ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka secara signifikan.

Meskipun tes medis telah dilakukan dan secara aktif menyingkirkan kondisi patologis organik, ketakutan masih terus ada dalam pikiran pasien.

2. Bukan fobia yang umum

Ketakutan Kena Serangan Jantung, Mungkin Itu CardiophobiaIlustari orang dengan gangguan kecemasan(pexels.com/Pixabay)

Walaupun tidak diketahui secara pasti jumlah orang yang mengidap kardiofobia, tetapi sebuah studi menemukan bahwa sekitar 30 persen orang yang menemui ahli jantung untuk kunjungan baru memiliki gejala nyeri dada non jantung akibat kecemasan, depresi, atau kondisi kejiwaan lainnya. Dalam studi yang sama, fobia ini menyumbang 2 hingga 5 persen dari semua kunjungan ke unit gawat darurat.

Kardiofobia kurang dikenal atau dipelajari secara luas seperti fobia lainnya, dan tidak jelas seberapa umum hal itu terjadi. Kardiofobia tidak sama dengan hipokondriasis, sebuah kondisi yang terpisah dan tampaknya lebih umum.

Hipokondriasis adalah istilah yang sudah ketinggalan zaman, digantikan dengan gangguan kecemasan terhadap penyakit hingga menjadi intens untuk menjadi sakit parah, yang berlebihan, atau tidak proporsional berdasarkan situasinya.

Individu tersebut takut akan serangan jantung karena mungkin mengalami satu atau beberapa gejala yang menyerupai serangan jantung. Bayangan akan gejala-gejala tersebut kemudian disebut gangguan somatisasi atau somatic symptom disorder (SSD).

3. Penyebab

Fobia terjadi ketika otak membawa rasa takut dan cemas ke tingkat yang ekstrem. Sering kali perasaan ini dapat membantu, bahkan melindungi—​​kecemasan memberi tahu bahwa ada sesuatu yang salah atau berbahaya. Cemas merupakan respons dari "melawan atau lari" (fight or flight).

Namun, terkadang respons ini terjadi pada saat yang tidak tepat atau tidak perlu, hingga akhirnya berkembanglah fobia.

Para peneliti tidak tahu mengapa beberapa orang mengalami kardiofobia. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap rasa takut akan berhentinya detak jantung, di antaranya:

  • Pengalaman traumatis: Jika pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan jantung, seperti serangan jantung, mereka lebih mungkin mengalami kardiofobia.
  • Genetika: Kardiofobia lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki kerabat dengan kondisi tersebut.
  • Penularan informasi: Individu dapat mengembangkan kardiofobia karena melihat atau mendengarnya berulang kali.
  • Ketakutan yang dipelajari: Jika terpapar kardiofobia dari orang lain, kamu mungkin berpotensi mengembangkan kondisi ini.

4. Gejala

Ketakutan Kena Serangan Jantung, Mungkin Itu Cardiophobiailustrasi nyeri dada (freepik.com/Racool_studio)

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mengklasifikasikan kardiofobia sebagai fobia spesifik. Fobia spesifik dapat menyebabkan serangan panik. Oleh karena itu, kardiofobia memiliki jenis gejala yang sama dengan seseorang yang mengalami serangan panik.

Gejalanya dapat meliputi:

  • Nyeri dada atau sesak.
  • Pusing.
  • Berkeringat berlebihan.
  • Merasa pingsan atau pingsan.
  • Jantung berdebar-debar.
  • Mati rasa.
  • Detak jantung yang cepat.
  • Gemetar.
  • Sesak napas.

Komplikasi dari kardiofobia

Kardiofobia dapat menimbulkan efek jangka panjang pada kesehatan fisik dan mental, terutama jika sering mengalami pemicunya. Kondisi kesehatan fisik yang sering terjadi bersamaan dengan kardiofobia atau mungkin memburuk karena gejala yang kamu alami, seperti:

  • Masalah keseimbangan/pusing.
  • Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Gangguan otak degeneratif, seperti demensia frontotemporal.
  • Penyakit jantung.
  • Penyakit Parkinson.

Individu dengan kardiofobia juga berisiko lebih tinggi mengalami kondisi kesehatan mental tertentu, termasuk:

  • Gangguan bipolar.
  • Gangguan depresi.
  • Gangguan kecemasan lainnya.
  • Gangguan kepribadian.
  • Gangguan penggunaan zat.

Pengobatan

Ketakutan Kena Serangan Jantung, Mungkin Itu Cardiophobiailustrasi sesi terapi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tidak ada pengobatan khusus terkait kondisi ini, tetapi ada beberapa pilihan pengobatan untuk fobia, yakni:

  • Terapi perilaku kognitif

Ini menjadi pengobatan yang efektif untuk banyak jenis fobia, termasuk kardiofobia. Perawatan ini berfokus pada identifikasi pola pikir yang tidak membantu atau merusak diri sendiri, menggantinya dengan pola pikir yang lebih positif.

Untuk orang dengan kardiofobia, pendekatan ini dapat membantu mengurai hubungan mental yang mereka buat, antara gejala yang tidak berbahaya (misalnya, peningkatan detak jantung) dengan skenario terburuk (mengalami serangan jantung).

  • Terapi paparan

Pendekatan ini sering digunakan untuk mengobati gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan secara bertahap mengenalkan seseorang pada rangsangan yang mereka takuti di bawah pengawasan profesional. Hal ini pada akhirnya dapat membantu pasien mendapatkan kembali kendali atas rasa takut dan mengelola pemicu secara lebih efektif.

Individu dengan kardiofobia kerap berusaha keras untuk menghindari aktivitas yang dapat memperburuk gejala, seperti latihan kardiovaskular. Terapi paparan akan melibatkan aktivitas fisik moderat dengan intensitas yang secara bertahap meningkat seiring dengan kemampuan mereka untuk menoleransi gejalanya.

Seiring waktu, hubungan mental antara gejala fisik (seperti peningkatan denyut jantung) dan hasil yang ditakuti (serangan jantung) dapat dilemahkan.

  • Terapi desensitisasi sistematis

Ini merupakan alat yang digunakan selama terapi pemaparan. Dengan alat ini, orang secara bertahap dihadapkan pada objek atau situasi yang ditakuti sambil secara bersamaan mempraktikkan teknik relaksasi untuk mengatasi gejala kecemasan fisik.

Sebuah studi menunjukkan bahwa desensitisasi sistematis dapat sangat mengurangi kecemasan terkait fobia.

Kardiofobia dapat menjadi kondisi yang menakutkan dan berat untuk dihadapi. Meskipun gejalanya mirip dengan banyak fobia lainnya, tetapi kardiofobia dapat menjadi tantangan tersendiri karena gejala kecemasan dan masalah jantung bisa terasa mirip, yang mengarah pada lingkaran setan berupa kegelisahan fisik dan pikiran cemas. Kabar baiknya, kardiofobia dapat diobati.

Jika kamu merasa memiliki kardiofobia atau mengenal seseorang yang menderita kondisi ini, segeralah mencari bantuan dari profesional mental.

Baca Juga: 5 Fobia Unik Paling Umum Diderita di Dunia, Ada yang Takut Tidur

Referensi

Cleveland Clinic. Diakses pada September 2024. Cardiophobia.
PsychCentral. Diakses pada September 2024. What Is Cardiophobia?
Eifert, Georg H. “Cardiophobia: A paradigmatic behavioural model of heart-focused anxiety and non-anginal chest pain.” Behaviour Research and Therapy 30, no. 4 (July 1, 1992): 329–45.
Zvolensky, Michael J., Matthew T. Feldner, et al. "Cardiophobia: A Critical Analysis.” Transcultural Psychiatry 45, no. 2 (June 1, 2008): 230–52.
Pietrabissa, Giada, Federica Rozzoni, et al. "The Brief Strategic Treatment of Cardiophobia: A Clinical Case Study.” Journal of Contemporary Psychotherapy 51, no. 2 (November 23, 2020): 125–33.
Dr. Kartik Bhosale’s Cardiology Clinic. Diakses pada Agustus 2024. What is Cardiophobia/Heart Anxiety.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya