Bolehkah Ibu Menyusui Suntik Botox?

Racunnya bisa tercampur ke dalam ASI

Intinya Sih...

  • Perempuan yang sedang menyusui tidak dianjurkan untuk menerima suntik Botox.
  • Ada kemungkinan melakukannya akan memengaruhi ASI dan berpotensi bahaya bagi bayi, menyebabkan botulisme.
  • Botulisme adalah penyakit serius akibat bakteri Clostridium botulinum yang bisa membuat kelemahan otot dan kematian.

Ibu menyusui harus menjaga gaya hidup yang sehat. Hal ini berhubungan dengan zat-zat yang bisa terkontaminasi ke air susu ibu (ASI) yang dikonsumsi oleh anak.

Tidak hanya soal makanan dan minuman, hal-hal yang masuk ke dalam tubuh juga perlu diperhatikan. Misalnya melakukan suntik Botulinum toxin (Botox). Ibu menyusui tidak dianjurkan untuk menerima Botox karena cairan kimia yang berpotensi diminum oleh bayi.

Baca Juga: Akibat Suntik Botox yang Gagal, Bisa Nyeri Hingga Kesulitan Bicara!

Tidak dianjurkan

Perempuan yang sedang menyusui tidak dianjurkan untuk menerima suntik Botox. Ada kemungkinan melakukannya akan memengaruhi ASI dan berpotensi bahaya bagi bayi, menyebabkan botulisme.

Botulisme adalah penyakit serius akibat bakteri Clostridium botulinum yang bisa membuat kelemahan otot dan kematian.

Beberapa orang percaya bahwa molekul Botox mungkin terlalu besar untuk melewati plasenta dan mungkin tidak dapat ditularkan melalui ASI dari ibu. Namun, ada laporan bahwa Botox menyebar ke seluruh tubuh hingga ke area di luar tempat suntikan.

Penelitian telah menunjukkan jika Botox disuntikkan dengan benar dan dalam dosis yang tepat, maka tidak akan masuk ke aliran darah.

Sayangnya, belum ada penelitian yang menguji Botox pada bayi yang disusui untuk mengonfirmasi atau menyangkal hal ini, karena masalah etika seputar penelitian tentang menyusui bayi. Namun, upaya terbaik adalah berhati-hati dan menunggu sampai selesai masa menyusui untuk mendapatkan suntik Botox.

Botulisme bisa mengancam jiwa

Bolehkah Ibu Menyusui Suntik Botox?ilustrasi Botox (freepik.com/nensuria)

Suntikan Botox mengandung neurotoksin yang bisa berbahaya jika diberikan dalam dosis tinggi atau bagi individu yang alergi terhadapnya.

Botulisme dapat mengancam jiwa, terutama pada perempuan hamil, bayi, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, atau orang dengan penyakit gastrointestinal.

Meskipun beberapa penelitian menemukan bahwa racun mungkin terlalu besar untuk melewati plasenta selama kehamilan, tetapi ibu hamil dan menyusui dianjurkan untuk menghindari sumber racun yang potensial, termasuk makanan tertentu.

Semua bayi tidak boleh mengonsumsi makanan yang dianggap sebagai sumber Botulinum. Sebuah studi menemukan bahwa racun ini jika disuntikkan ke satu area dapat berjalan melalui sel saraf atau neuron yang terhubung, berpotensi melumpuhkan otot dan kelenjar.

Komplikasi langka yang terkait dengan suntikan Botox, meliputi:

  • Ruam, bekas luka, atau kulit gatal di tempat suntikan.
  • Peradangan, nyeri, kemerahan, bengkak, dan pendarahan di tempat suntikan.
  • Kelumpuhan otot atau kelemahan otot.
  • Kesulitan menelan, bernapas, atau berbicara.
  • Peningkatan, penurunan produksi air liur atau keringat.
  • Mual, sakit perut, dan diare.
  • Sakit kepala.
  • Sakit tenggorokan.
  • Hilangnya kontrol kandung kemih.
  • Infeksi saluran kemih.
  • Kelelahan yang tidak bisa dijelaskan.
  • Kelopak mata turun.
  • Penglihatan ganda atau kabur.
  • Pusing atau merasa ingin pingsan.

Karena masih belum jelas apakah racun Botox dapat menyebar ke bayi yang menyusui melalui ASI atau berdampak pada bayi yang belum lahir selama kehamilan, sebagian besar dokter menyarankan untuk menghindari terapi Botox selama kehamilan dan menyusui.

Racun Botulinum dapat tetap aktif di dalam tubuh selama 6 bulan atau lebih, maka masuk akal bagi perempuan yang mencoba untuk hamil atau berencana untuk menyusui, untuk menghindari suntikan Botox.

Baca Juga: 9 Kondisi yang Bisa Diatasi dengan Botox, Bukan Hanya Kerutan

Referensi

Bomba-Warczak, Ewa, Jason D. Vevea, dkk. “Interneuronal Transfer and Distal Action of Tetanus Toxin and Botulinum Neurotoxins A and D in Central Neurons.” Cell Reports 16, no. 7 (August 1, 2016): 1974–87.
Medical News Today. Diakses pada Juni 2024. Is it safe to get Botox while breast-feeding?
Healthnews. Diakses pada Juni 2024. Getting Botox While Breastfeeding: Is It Safe?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya