Spinal Muscular Atrophy: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Bisa menyebabkan patah tulang hingga malnutrisi

Spinal muscular atrophy (SMA) atau atrofi otot tulang belakang adalah sekelompok kelainan genetik yang membuat seseorang tidak bisa mengontrol pergerakan ototnya karena hilangnya sel saraf di sumsum tulang belakang dan batang otak.

SMA merupakan kondisi neurologis dan sejenis penyakit neuron motorik. Kondisi ini memengaruhi satu dari setiap 8.000–10.000 orang di seluruh dunia, dilansir Genetics Home Reference.

SMA menyebabkan pengecilan otot dan kelemahan. Akan sulit bagi pengidapnya untuk berdiri, berjalan, mengontrol gerakan kepala, dan bahkan dalam beberapa kasus sulit untuk bernapas dan menelan, mengutip Medical News Today. Beberapa jenis SMA hadir sejak lahir, sementara yang lain muncul di kemudian hari. Beberapa jenis SMA memengaruhi harapan hidup.

1. Penyebab

Spinal Muscular Atrophy: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pasien spinal muscular atrophy (flickr.com/Dan Perez)

Keempat jenis SMA dihasilkan dari kekurangan protein survival of motor neuron (SMN). Neuron motorik merupakan sel saraf di sumsum tulang belakang yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otot.

Saat mutasi (kesalahan) terjadi pada kedua salinan gen SMN1 (satu pada masing-masing dari dua salinan kromosom 5), hal tersebut menyebabkan kekurangan protein SMN. Jika sedikit atau tidak ada protein SMN yang diproduksi, maka akan menyebabkan masalah fungsi motorik.

Gen yang bertetangga dengan SMN1 disebut gen SMN2, yang memiliki struktur mirip gen SMN1. Mereka kadang bisa membantu mengimbangi kekurangan protein SMN, tetapi jumlah gen SMN2 berfluktuasi dari orang ke orang. Jadi, jenis SMA tergantung pada seberapa banyak gen SMN2 yang dimiliki seseorang untuk membantu "menebus" mutasi gen SMN1 mereka.

Jika seseorang dengan SMA terkait kromosom 5 memiliki lebih banyak salinan gen SMN2, mereka bisa menghasilkan lebih banyak protein SMN yang berfungsi. Sebagai imbalannya, SMA mereka akan lebih ringan dengan onset yang lebih lambat daripada seseorang yang memiliki lebih sedikit salinan gen SMN2.

2. Jenis dan gejala

Spinal Muscular Atrophy: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pasien spinal muscular atrophy atau atrofi otot tulang belakang (flickr.com/EURORDIS - Rare Diseases Europe)

Dilansir Healthline, SMA terdiri dari empat jenis, yaitu:

1. SMA tipe 1

SMA tipe 1 disebut SMA dengan onset infantil atau penyakit Werdnig-Hoffmann. Biasanya, orang dengan SMA tipe ini hanya memiliki dua salinan gen SMN2, satu di setiap kromosom 5. Lebih dari setengah kasus SMA baru adalah tipe 1.

Bayi dengan SMA tipe 1 mulai menunjukkan gejala dalam enam bulan pertama setelah lahir. Gejala yang mungkin muncul yaitu meliputi lemah, lengan dan kaki terkulai (hipotonia), tangisan lemah, masalah bergerak, menelan, dan bernapas, serta ketidakmampuan untuk mengangkat kepala atau duduk tanpa dukungan.

Bayi dengan SMA tipe 1 biasanya tidak bertahan lebih dari dua tahun. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini, anak-anak dengan SMA bisa bertahan selama beberapa tahun.

2. SMA tipe 2

SMA tipe 2 disebut juga SMA menengah. Secara umum, orang dengan SMA tipe 2, memiliki setidaknya tiga gen SMN2. Gejala biasanya dimulai saat bayi berusia antara 7 dan 18 bulan, serta cenderung lebih ringan dibanding tipe 1.

Gejala yaitu meliputi lengan dan kaki lemah, ketidakmampuan untuk berdiri sendiri, gemetar pada jari dan tangan, skoliosis, otot pernapasan lemah, dan kesulitan batuk.

Meski SMA tipe 2 bisa memperpendek harapan hidup, tetapi kebanyakan orang dengan SMA tipe 2 bisa bertahan hingga dewasa dan berumur panjang.

Orang dengan SMA tipe 2 harus menggunakan kursi roda. Selain itu, mereka mungkin memerlukan peralatan untuk membantu mereka bernapas lebih baik pada malam hari.

3. SMA tipe 3

SMA tipe 3 disebut juga SMA onset lambat, ringan, atau penyakit Kugelberg-Welander. Gejala SMA jenis ini lebih bervariasi.

Orang dengan SMA tipe 3 umumnya memiliki antara empat dan delapan gen SMN2. Gejala dimulai setelah usia 18 bulan. Biasanya didiagnosis pada usia 3 tahun, tetapi usia onset yang tepat bisa bervariasi. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala hingga awal masa dewasa.

Orang dengan SMA tipe 3 biasanya bisa berdiri dan berjalan sendiri, tetapi mungkin mereka kehilangan kemampuan untuk berjalan ketika bertambah tua.

Gejala lainnya termasuk masalah keseimbangan, kesulitan bangun dari posisi duduk, kesulitan menaiki tangga atau berlari, dan skoliosis.

SMA tipe 3 umumnya tidak mengubah harapan hidup seseorang, tetapi orang dengan tipe ini berisiko mengalami kelebihan berat badan. Selain itu, tulang mereka menjadi lemah dan mudah patah.

4. SMA tipe 4

SMA tipe 4 disebut juga SMA dengan onset dewasa. Orang dengan SMA tipe ini mempunyai antara empat dan delapan gen SMN2, sehingga mereka bisa menghasilkan protein SMA normal dalam jumlah yang wajar.

Jenis ini merupakan jenis yang paling jarang dari empat tipe SMA. Gejalanya biasanya dimulai pada awal masa dewasa, umumnya setelah usia 35 tahun. Gejala bisa memburuk secara bertahap dari waktu ke waktu.

Gejalanya meliputi kelemahan pada tangan dan kaki, gemetar dan otot berkedut, serta kesulitan berjalan. SMA tipe 4 tidak mengubah harapan hidup seseorang, dan otot-otot yang digunakan untuk bernapas dan menelan biasanya tidak terpengaruh.

Baca Juga: Kaki Pengkor: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

3. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Spinal Muscular Atrophy: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pasien spinal muscular atrophy (flickr.com/EURORDIS - Rare Diseases Europe)

Seiring waktu, pasien SMA akan mengalami kelemahan otot progresif dan kehilangan kontrol otot. Dilansir Cleveland Clinic, komplikasi potensial SMA dapat meliputi:

  • Patah tulang, dislokasi pinggul, dan skoliosis (kelengkungan tulang belakang).
  • Malnutrisi dan dehidrasi karena masalah makan dan menelan yang mungkin membutuhkan selang makanan.
  • Pneumonia dan infeksi saluran pernapasan.
  • Paru-paru lemah dan masalah pernapasan yang mungkin membutuhkan bantuan pernapasan (ventilasi).

4. Diagnosis

Spinal Muscular Atrophy: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi tes genetik (unsplash.com/Emin BAYCAN)

Beberapa gejala SMA menyerupai yang dihasilkan dari gangguan neuromuskular seperti distrofi otot. Untuk menemukan penyebab gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan memeriksa riwayat medis pasien. 

Selain itu, dokter juga bisa memesan satu atau lebih tes berikut ini untuk menegakkan diagnosis SMA:

  • Tes darah: Tes darah enzim dan protein bisa memeriksa kadar kreatin kinase yang tinggi. Otot yang melemah melepaskan enzim ini ke dalam aliran darah.
  • Tes genetik: Tes darah ini mengidentifikasi masalah dengan gen SMN1. Sebagai alat diagnostik, tes genetik 95 persen efektif untuk menemukan gen SMN1 yang diubah.
  • Tes konduksi saraf: Elektromiogram (EMG) mengukur aktivitas listrik otot dan saraf-saraf.
  • Biopsi otot: Seorang dokter bisa melakukan biopsi otot, tetapi ini jarang dilakukan. Prosedur ini melibatkan pengangkatan sejumlah kecil jaringan otot dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa. Biopsi bisa menunjukkan atrofi atau hilangnya otot.

Jika pasien hamil dan memiliki riwayat SMA dalam keluarga, tes prenatal bisa menentukan apakah bayinya yang belum lahir menderita penyakit tersebut. Namun tes-tes ini sedikit meningkatkan risiko keguguran. Tes prenatal untuk SMA dapat meliputi:

  • Amniosentesis: Selama amniosentesis, dokter kandungan kemungkinan akan memasukkan jarum tipis ke dalam perut pasien untuk mengeluarkan sejumlah kecil cairan dari kantong ketuban. Spesialis lab (ahli patologi) memeriksa cairan untuk SMA. Tes ini dilakukan setelah minggu ke-14 kehamilan.
  • Chorionic villus sampling (CVS): Dokter kandungan mengambil sampel jaringan kecil dari plasenta melalui leher rahim atau perut ibu. Ahli patologi akan memeriksa sampel untuk SMA. CVS bisa dilakukan sedini 10 minggu kehamilan.

5. Pengobatan

Spinal Muscular Atrophy: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pasien spinal muscular atrophy atau atrofi otot tulang belakang (flickr.com/North Charleston/Councilman Ron Brinson)

Tidak ada obat untuk SMA. Pengobatan yang tersedia hanya bisa membantu meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pengobatannya akan tergantung pada jenis dan gejala SMA. Banyak pasien yang mendapat manfaat dari terapi fisik dan okupasi, serta alat bantu seperti alat bantu ortopedi, kursi roda bertenaga, kruk, alat bantu jalan, ventilator, dan akses yang dimodifikasi ke komputer. Alat-alat bantu ini memungkinkan pasien SMA untuk hidup lebih lama, lebih aktif, dan lebih berpartisipasi dalam komunitas.

Perawatan berikut ini juga bisa membantu:

  • Disease-modifying therapy: Obat ini merangsang produksi protein SMN. Nusinersen (Spinraza) adalah obat untuk anak usia 2 hingga 12 tahun dan bisa untuk semua jenis SMA. Dokter menyuntikkan empat dosis awal selama dua bulan, diikuti dosis pemulihan selama empat bulan. Dokter menyuntikkan obat ke dalam ruang di sekitar kanal tulang belakang. Ini adalah kelas obat yang disebut antisense oligonucleotide (ASO), yang bertujuan untuk menargetkan masalah mendasar dengan memengaruhi produksi RNA. Spinraza tampaknya memperlambat perkembangan SMA dan bisa mengurangi kelemahan otot, tetapi efektivitasnya mungkin bervariasi antar individu. Obat yang berbeda, risdaplam (Evrysdi), membantu pasien dewasa dan anak-anak di atas dua bulan. Obat ini dikonsumsi setiap hari secara oral.
  • Terapi penggantian gen: Anak-anak di bawah 2 tahun bisa mendapat manfaat dari infus intravena (IV) dari obat yang disebut onasemnogene abeparvovec-xioi (Zolgensma). Terapi ini menggantikan gen SMN1 yang hilang atau rusak dengan gen yang berfungsi.

Itulah deretan fakta seputar spinal muscular atrophy atau atrofi otot tulang belakang. Kualitas dan harapan hidup pasien berbeda-beda, tergantung jenis yang diidap. 

Bayi dengan SMA tipe 1 biasanya meninggal sebelum ulang tahun keduanya. Anak-anak dengan SMA tipe 2 atau 3 bisa menjalani kehidupan penuh, tergantung tingkat keparahan gejala. Orang-orang yang mengembangkan SMA selama masa dewasa (tipe 4) sering  tetap aktif dan menikmati harapan hidup normal.

Baca Juga: Kelainan Otot Genetik Progresif, Ini 9 Kategori Distrofi Otot

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya