Waspada Hipotensi Postprandial, Merasa Pusing setelah Makan

Sering terjadi pada lansia

Pernahkah kamu mengalami sakit kepala atau pusing setelah makan? Jika iya atau bahkan sering mengalaminya, maka bisa jadi kamu mengalami hipotensi postprandial. Hipotensi postprandial adalah kondisi yang terjadi ketika tekanan darah turun secara signifikan sesudah makan. 

Kata "postprandial" mengacu pada periode waktu tepat sesudah makan, sedangkan "hipotensi" berarti tekanan darah rendah. Perubahan sementara ini bisa mengakibatkan gejala seperti pusing, mual, dan bahkan pingsan serta cedera jatuh akibat pingsan. 

Bagi sebagian besar individu, kondisi ini ringan dan tidak memicu gejala. Namun pada beberapa orang, hipotensi postprandial dapat menjadi sangat serius. Penurunan tekanan darah bisa menyebabkan pusing dan jatuh, yang bisa menyebabkan komplikasi serius. 

Untuk mengetahui lebih jauh seputar kondisi ini, berikut deretan fakta medis seputar hipotensi postprandial yang perlu kamu ketahui.

1. Penyebab

Waspada Hipotensi Postprandial, Merasa Pusing setelah Makanilustrasi makan roti (freepik.com/freepik)

Sementara penyebab hipotensi postprandial tidak sepenuhnya dipahami, kondisi ini diduga berhubungan dengan pengumpulan darah di organ perut. Ada bukti yang mengaitkan kondisi tersebut dengan faktor-faktor berikut:

  • Komposisi makanan dan jenis makanan, serta nutrisi yang dimakan. 
  • Pengosongan lambung, atau seberapa cepat makanan bergerak dari lambung ke usus. 
  • Seberapa baik (dan di mana) nutrisi diserap dari saluran pencernaan. 

Akibat penyatuan tersebut, jumlah darah yang tersedia untuk sirkulasi umum berkurang, mengakibatkan penurunan tekanan darah. Berdiri bisa meningkatkan efek ini.

Beberapa akumulasi darah di organ perut sesudah makan merupakan normal, karena mencerna makanan membutuhkan peningkatan aliran darah. Untuk mengimbanginya, maka pembuluh darah di kaki secara alami menyempit sebagai refleks. Hipotensi postprandial diduga terjadi akibat salah satu dari kondisi berikut:

  • Volume darah di usus berlebihan. 
  • Penyempitan normal pembuluh darah di ekstremitas bawah berkurang. 

2. Faktor risiko

Waspada Hipotensi Postprandial, Merasa Pusing setelah Makanilustrasi mendapatkan perawatan di rumah sakit (freepik.com/freepik)

Hipotensi postprandial paling sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Dilansir Verywell Health, hingga 1 dari 3 orang dewasa yang lebih tua, akan mengalami beberapa tingkat hipotensi postprandial, yang didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik hingga 20 mmHg, dalam waktu dua jam sesudah makan. 

Sampai batas tertentu, penuaan disertai dengan peningkatan pengumpulan darah di perut, yang biasa terjadi sesudah makan. Ini jarang terjadi pada orang yang lebih muda. Pada orang dewasa yang lebih tua atau lansia yang sehat, penurunan tekanan darah akibat makan sering terjadi, namun kebanyakan tanpa gejala. Namun pada lansia dengan hipertensi, mengalami peningkatan frekuensi postprandial.

Di rumah sakit dan populasi institusional, prevalensi hipotensi postprandial pada orang lanjut usia lebih tinggi dibandingkan komunitas, karena frekuensi yang lebih tinggi dari kondisi, dan penyakit penyerta, serta peningkatan jumlah obat, yang semuanya kemungkinan mempunyai efek pada pengaturan tekanan darah.

Perlu diketahui bahwa hampir seluruh penghuni panti jompo mengalami hipotensi postprandial. Pada hampir 40 persen populasi tersebut, tekanan darah sistolik menurun lebih dari 20 mmHg dalam waktu 75 menit sesudah makan. Dilansir Cureus, hipotensi postprandial lazim terjadi pada sekitar 24-33 persen populasi lansia yang menerima perawatan di panti jompo. Selain itu, hipotensi postprandial juga terjadi pada sekitar 67 persen pasien geriatri, dan sekitar 50 persen pasien yang menderita sinkop yang tidak bisa dijelaskan. 

Secara nyata, kondisi ini 33 persen umum di antara populasi yang sehat. Hipotensi sebagai respons terhadap glukosa oral atau menelan makanan campuran, umum di kalangan muda dan tua, pasien normotensi, dan hipertensi di panti jompo. Selain itu, hipotensi postprandial juga sangat umum pada pasien yang menderita kondisi komorbid seperti penyakit kardiovaskular, insufisiensi otonom, diabetes melitus, paraplegia, dan gagal ginjal. 

Pasien dengan gagal jantung, sinkop, penyakit Parkinson, pasien dialisis, dan pasien dengan disfungsi otonom, cenderung mengalami hipotensi postprandial yang lebih buruk. Pada pasien ini, prevelansi hipotensi postprandial berkisar antara 40 persen hingga lebih dari 80 persen. Selain itu, hipotensi postprandial juga sangat lazim pada pasien lansia dengan depresi. Pengobatan dengan nortriptyline atau paroxetine, tidak memengaruhi respons dan gejala tekanan darah postprandial. 

Jika seseorang mengalami penurunan tekanan darah pada waktu lain yang tidak terkait dengan makan, maka ia mungkin mengalami kondisi lain yang tidak terkait dengan hipotensi postprandial. Penyebab lain dari tekanan darah rendah yaitu meliputi:

  • Penyakit katup jantung. 
  • Dehidrasi. 
  • Kehamilan. 
  • Penyakit tiroid. 
  • Kekurangan vitamin B-12.

3. Tanda dan gejala

Waspada Hipotensi Postprandial, Merasa Pusing setelah Makanilustrasi pusing setelah makan (freepik.com/DCStudio)

Orang yang mengalami hipotensi postprandial, sering mengalami sakit kepala ringan, pusing, lemas, atau bahkan sinkop ketika mereka berdiri dalam satu atau dua jam sesudah makan. Perlu diketahui bahwa sinkop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pingsan akibat penurunan tekanan darah.

Hipotensi postprandial juga bisa terjadi baik pada posisi duduk maupun terlentang, dan bisa terjadi pada semua waktu makan. Meskipun tidak ditemukan diseluruh penelitian, hipotensi postprandial tampak lebih sering terjadi dan lebih parah pada pagi hari.

Dalam The Journals of Gerontology Series A, yang diterbitkan Oktober 2005, Vloet dan rekannya menunjukkan bahwa hipotensi postprandial paling banyak terjadi pada pagi hari, dan paling sedikit di malam hari. Selain itu, makanan uji pada waktu makan malam menginduksi periode hipotensi postprandial yang secara signifikan lebih pendek, dan  paaien ini hampir tidak mempunyai gejala, dibandingkan dengan mereka pada waktu sarapan atau makan siang. 

Selain itu, gejala hipotensi postprandial cenderung lebih parah sesudah makan besar atau makan yang mengandung banyak karbohidrat. Mengonsumsi alkohol sebelum atau selama makan dapat menjadi kontributor lain. Gejala ini biasanya hilang dalam waktu dua jam atau lebih setelah selesai makan. 

4. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Waspada Hipotensi Postprandial, Merasa Pusing setelah Makanilustrasi pingsan akibat hipotensi postprandial (freepik.com/freepik)

Komplikasi paling serius terkait hipotensi postprandial yaitu pingsan dan cedera yang bisa terjadi setelahnya. Pingsan bisa mengakibatkan jatuh, yang bisa menyebabkan patah tulang, memar, atau trauma lainnya. Kehilangan kesadaran ketika mengendarai mobil dapat sangat serius. Selain itu, berkurangnya suplai darah ke otak juga bisa menyebabkan stroke. 

Hipotensi postprandial biasanya merupakan kondisi sementara, namun jika tekanan darah rendah menjadi parah, maka beberapa komplikasi serius bisa terjadi. Contohnya, seseorang dengan hipotensi postprandial dapat mengalami syok. Selain itu, Jika suplai darah ke organ terganggu secara signifikan, maka orang tersebut kemungkinan juga mengalami kegagalan organ, mengutip Healthline.

Baca Juga: Migrain saat Menyusui, Kenali Penyebab dan Penanganannya

5. Diagnosis

Waspada Hipotensi Postprandial, Merasa Pusing setelah Makanilustrasi dokter memeriksa pasien (freepik.com/pressfoto)

Untuk menegakkan diagnosis hipotensi postprandial, dokter akan meninjau riwayat dan gejala medis pasien. Jika pasien telah melacak tekanan darahnya dengan monitor rumah, maka ia bisa menunjukkan hasilnya kepada dokter, terutama catatan saat tekanan dicatat sesudah makan. 

Untuk mempermudah diagnosis, dokter harus mencoba untuk mendapatkan pembacaan tekanan darah awal sebelum makan, dan kemudian pembacaan postprandial (setelah makan) untuk mengonfirmasi pemeriksaan rumah pasien.

Tekanan bisa dilakukan pada beberapa interval sesudah makan, mulai dari 15 menit, dan berakhir sekitar 2 jam sesudah makan. Pada sekitar 70 persen orang dengan hipotensi postprandial, tekanan darah turun dalam waktu 30 hingga 60 menit sesudah makan. Pasien bisa didiagnosis menderita hipotensi postprandial, jika ia mengalami penurunan tekanan darah sistolik minimal 20 mm Hg, dalam waktu dua jam sesudah makan. 

Dokter kemungkinan juga mendiagnosis pasien dengan hipotensi postprandial jika tekanan darah sistolik sebelum makan pasien, minimal 100 mm Hg, dan pasien mempunyai tekanan darah sistolik 90 mm Hg dalam waktu dua jam sesudah makan. Nah, karena kemungkinan besar hipotensi postprandial terjadi sesudah sarapan, maka evaluasi penurunan tekanan darah terkait makanan harus dilakukan di pagi hari. 

Tes lain bisa diberikan dokter untuk menentukan kemungkinan penyebab lain dari perubahan tekanan darah pasien. Ini termasuk:

  • Tes darah untuk memeriksa anemia atau gula darah rendah.
  • Elektrokardiogram untuk mencari masalah irama jantung. 
  • Ekokardiogram untuk mengevaluasi struktur dan fungsi jantung. 

6. Pengobatan

Waspada Hipotensi Postprandial, Merasa Pusing setelah Makanilustrasi memegang gelas dan obat (freepik.com/freepik)

Meski tidak ada pengobatan khusus untuk hipotensi postprandial, namun kebanyakan pasien dengan kondisi ini bisa belajar mengendalikan gejalanya. Perawatan hipotensi postprandial melibatkan empat elemen:

  • Makan dengan porsi lebih kecil, namun lebih sering: Makan makanan besar cenderung membesar-besarkan pengumpulan darah perut, sehingga lebih mungkin untuk memicu hipotensi postprandial daripada yang porsi kecil. Makanan dengan porsi yang lebih kecil berarti lebih sedikit pengumpulan darah, sehingga risikonya lebih rendah daripada makan dengan porsi besar. Sebaiknya cobalah untuk beralih dari tiga kali makan sehari, menjadi enam atau tujuh dalam porsi kecil. Sebab, makan lebih sering, namun dengan porsi lebih kecil, bisa membantu mencegah hipotensi postprandial. 
  • Minum air sebelum makan: Minum air 12 hingga 18 ons air saat 15 menit sebelum makan, bisa mengimbangi beberapa respons postprandial. 
  • Lebih sedikit karbohidrat yang cepat dicerna: Roti putih dan makanan lain yang terbuat dari tepung halus, nasi putih, kentang, dan minuman manis mengalir dengan cepat dari perut ke usus kecil. Transit cepat ini berpotensi terhadap hipotensi postprandial. Dengan mengurangi makanan ini, dan menggantinya dengan biji-bijian, kacang-kacangan, protein, dan minyak sehat yang dicerna secara perlahan, maka bisa meningkatkan tekanan darah setelah makan. 
  • Tetap duduk atau berbaring untuk mengurangi gejala: Tekanan darah biasanya mencapai titik terendah yaitu 30 hingga 60 menit sesudah makan. Duduk atau berbaring  selama satu jam atau lebih sesudah makan merupakan cara lain untuk mengatasi hipotensi postprandial. Pengumpulan darah perut cenderung menghilang dalam periode ini sesudah makan. Namun jika perlu bergerak, berhati-hatilah dan waspadai tanda-tanda tekanan darah kamu rendah. 

Beberapa ahli juga merekomendasikan untuk menghindari alkohol, karena alkohol melemaskan pembuluh darah, dan cenderung mencegah penyempitan pembuluh darah di kaki, yang biasanya mengompensasi penumpukan darah di perut. 

Jika langkah-langkah di atas tidak cukup untuk mengatasi hipotensi postprandial, maka terapi lain yang biasa digunakan untuk mengobati hipotensi ortotastik, bisa membantu. Ini meliputi:

  • NSAID: Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) sebelum makan bisa mengakibatkan garam tertahan, sehingga meningkatkan volume darah.
  • Kafein: Ini bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit dan bisa mengurangi gejala. Namun jangan mengonsumsi kafein di malam hari, karena bisa mengganggu tidur, dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lainnya. 
  • Guar gum: Zat pengental ini bisa memperlambat pengosongan lambung sesudah makan, sehingga bisa membantu meringankan gejala. 
  • Olahraga: Banyak berolahraga di antara waktu makan, seperti berjalan, bisa meningkatkan tonus pembuluh darah dan mengurangi gejala hipotensi postprandial. Namun kamu harus menyadari bahwa tekanan darahmu kemungkinan akan turun ketika kamu berhenti berjalan. 

Karena makanan tinggi karbohidrat bisa cenderung memperburuk gejala hipotensi postprandial, maka beberapa peneliti merekomendasikan makanan rendah indeks glikemik untuk pengendalian gejala agar lebih baik. Wortel, buncis, atau sayuran lainnya, bersama dengan biji-bijian, kemungkinan merupakan pilihan yang baik. 

Hipotensi postprandial dapat menjadi kondisi yang serius, namun seringkali bisa diobati dengan perubahan gaya hidup atau penyesuaian obat antihipertensi. Jika kamu mulai memperhatikan gejala dari kondisi ini setelah makan, maka segera konsultasikan ke dokter.

Baca Juga: Migrain Okular, Migrain yang Sebabkan Gejala Visual

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya