Pengaruh Stres terhadap Gula Darah, Bisa Menyebabkan Diabetes?

Stres kronis perlu diwaspadai

Intinya Sih...

  • Stres kronis dapat memengaruhi kadar gula darah tubuh.
  • Kadar hormon stres yang tinggi dapat menghentikan sel-sel penghasil insulin di pankreas sehingga tidak bekerja dengan baik dan mengurangi produksi insulin. Ini pada gilirannya dapat berkontribusi pada perkembangan diabetes tipe 2.
  • Selain itu, saat stres, orang cenderung makan berlebihan, yang juga dapat menjadi faktor risiko diabetes.

Stres merupakan bagian alami dari kehidupan, tetapi stres kronis dapat memiliki efek signifikan pada tubuh, terutama dalam hal kadar gula darah.

Kendati stres dan gula darah mungkin tampak tidak berhubungan pada awalnya, tetapi keduanya saling terkait. Apakah kamu mengalami diabetes atau tidak, stres dapat memengaruhi cara tubuh mengatur glukosa darah, yang berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental.

1. Apakah stres meningkatkan kadar gula darah?

Stres menyebabkan tubuh melepaskan hormon tertentu, termasuk hormon kortisol dan adrenalin. Kortisol dan adrenalin bertanggung jawab atas respons "lawan-atau-lari" atau "fight-or-flight" tubuh.

Pelepasan hormon-hormon tersebut memengaruhi cara kerja insulin dalam tubuh dan menyebabkan resistansi insulin. Resistansi insulin mencegah sel menggunakan glukosa sebagai energi secara normal, yang artinya kadar glukosa dalam aliran darah meningkat.

Seiring waktu, stres yang berkepanjangan dapat membuat kadar gula darah tetap tinggi. Stres juga membuat seseorang lebih mungkin mengadopsi kebiasaan gaya hidup tertentu, seperti pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan dan peningkatan kadar gula darah.

2. Bisakah stres menyebabkan diabetes?

Pengaruh Stres terhadap Gula Darah, Bisa Menyebabkan Diabetes?ilustrasi stres (pexels.com/Alex Green)

Stres saja tidak akan menyebabkan diabetes. Namun, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara stres dan risiko diabetes tipe 2.

Kadar hormon stres yang tinggi dapat menghentikan sel-sel penghasil insulin di pankreas sehingga tidak bekerja dengan baik dan mengurangi jumlah insulin yang diproduksi. Hal ini pada gilirannya dapat berkontribusi pada perkembangan diabetes tipe 2.

Selain itu, saat stres, orang cenderung makan berlebihan yang juga dapat menjadi faktor risiko diabetes tipe 2. 

Baca Juga: 7 Suplemen yang Baik untuk Orang dengan Diabetes

3. Hipoglikemia akibat stres

Meskipun stres sering kali menyebabkan kadar gula darah meningkat, tetapi stres juga dapat menyebabkan hipoglikemia atau gula darah rendah pada beberapa orang, terutama pada mereka yang memiliki diabetes.

Hormon stres seperti adrenalin dapat menyebabkan pelepasan insulin secara cepat pada beberapa orang, yang menyebabkan gula darah turun terlalu rendah. Hipoglikemia akibat stres ditandai dengan gejala-gejala seperti:

  • Gemetar.
  • Berkeringat.
  • Pusing atau sakit kepala ringan.
  • Bingung atau mudah tersinggung.

Bagi pasien diabetes, mengenali dan mengelola stres dengan baik sangatlah penting, karena kadar gula darah tinggi maupun rendah dapat mempersulit kondisi mereka.

4. Efek stres jangka panjang terhadap gula darah

Pengaruh Stres terhadap Gula Darah, Bisa Menyebabkan Diabetes?ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)

Paparan stres yang berkepanjangan dan perubahan hormonal yang diakibatkannya dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan jangka panjang yang terkait dengan ketidakseimbangan gula darah, seperti:

  • Diabetes tipe 2: Stres kronis telah dikaitkan dengan perkembangan resistansi insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2. Seiring waktu, kadar gula darah yang tinggi secara konsisten akibat stres dapat menyebabkan perkembangan kondisi ini, khususnya pada individu yang memiliki kecenderungan genetik atau menjalani gaya hidup yang kurang aktif atau sedenter.
  • Penyakit kardiovaskular: Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan pengerasan dan penyempitan arteri, suatu kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis. Dikombinasikan dengan stres yang sudah membebani jantung dan pembuluh darah, kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
  • Penambahan berat badan: Stres juga dapat menyebabkan penambahan berat badan, khususnya di daerah perut, yang merupakan faktor risiko lain dari resistansi insulin dan diabetes tipe 2. Kortisol diketahui dapat meningkatkan nafsu makan, khususnya keinginan untuk makan makanan manis dan berlemak tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan pola makan yang tidak sehat yang memperburuk regulasi gula darah.

5. Cara mengelola kadar gula darah saat stres

Berikut ini strategi untuk membantu mengelola kadar gula darah saat merasa stres:

  • Berolahraga secara teratur, yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
  • Memantau gula darah untuk mengidentifikasi pemicu yang dapat menyebabkan kadarnya naik.
  • Makan pada waktu yang teratur sepanjang hari dan menghindari melewatkan waktu makan.
  • Mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak jenuh dan trans, gula, garam, dan kalori.
  • Mengonsumsi makanan sehat dalam porsi yang seimbang.
  • Minum banyak air.
  • Menghindari minum jus buah, soda, dan alkohol saat stres.
  • Mendapatkan tidur berkualitas yang cukup.

Stres dan gula darah saling terkait, dan memahami bagaimana stres memengaruhi tubuh dapat membantu mengelola kesejahteraan emosional dan kadar glukosa.

Apakah kamu hidup dengan diabetes atau hanya mencoba mempertahankan gaya hidup sehat, mengelola stres adalah kunci untuk menghindari komplikasi jangka panjang akibat ketidakseimbangan gula darah. Luangkan waktu untuk perawatan diri dan belajar mengelola stres dengan baik guna melindungi tubuh dari efek berbahaya stres kronis.

Baca Juga: 7 Zat Pengemulsi Ini Bisa Menyebabkan Diabetes

Referensi

Cleveland Clinic. Diakses pada September 2024. How Stress and Depression Affect Diabetes.
Diabetes UK. Diakses pada September 2024. Stress And Diabetes.
Medical News Today. Diakses pada September 2024. Stress: Can it cause blood sugar levels to spike?
Surwit, R S, M S Schneider, and M N Feinglos. 1992. “Stress and Diabetes Mellitus.” Diabetes Care 15 (10): 1413–22.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya