Lingkar Pinggang Besar Dongkrak Risiko Disabilitas Lansia

Capai dan pertahankan berat badan ideal sejak muda

Tidak diragukan bahwa obesitas adalah salah satu penyebab komplikasi yang paling umum di dunia. Obesitas sebenarnya bisa dicegah dengan gaya hidup sehat, terutama olahraga rutin dan pola makan bergizi seimbang.

Sedari dini (terutama pada usia paruh baya), kalau obesitas tidak dicegah, maka komplikasi dan disabilitas sudah menunggu di usia senja. Inilah temuan studi terbaru.

Libatkan ribuan orang

Lingkar Pinggang Besar Dongkrak Risiko Disabilitas Lansiailustrasi lingkar pinggang yang mengecil (pixabay.com/happyveganfit)

Dimuat dalam jurnal BMJ pada 23 Januari 2023, para peneliti Norwegia ingin mengetahui hubungan antara obesitas dan kerentaan. Obesitas ini diukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang.

Studi bertajuk "Body mass index, waist circumference and pre-frailty/frailty: the Tromsø study 1994−2016" ini melibatkan lebih dari 4.500 partisipan dengan usia rata-rata lebih dari 45 tahun yang didominasi oleh perempuan. Para peneliti Norwegia menggunakan lima kriteria untuk mengetahui kerentaan seseorang, yaitu:

  • Keletihan.
  • Kekuatan genggaman lemah.
  • Kecepatan berjalan lamban.
  • Level aktivitas fisik rendah.
  • Penurunan berat badan yang tak terduga.

Jika seseorang memenuhi satu atau dua kriteria tersebut, maka ia dikategorikan "pra renta".

Pengukuran obesitas dan lingkar pinggang

Lalu, para peneliti Norwegia menggunakan patokan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk menentukan IMT dan lingkar pinggang para partisipan. Menurut standar WHO, IMT terbagi menjadi:

  • Kurang berat badan: kurang dari 18,5 kg/m2.
  • Normal: 18,5–24,9 kg/m2.
  • Kelebihan berat badan: 25–29.9 kg/m2.
  • Obesitas: lebih dari 30 kg/m2.

Dari segi lingkar pinggang, para peneliti juga menggunakan standar WHO yang terbagi menjadi:

  • Normal: di bawah 94 cm (laki-laki) dan 80 cm (perempuan)
  • Menengah: 95–102 cm (laki-laki) dan 81–88 cm (perempuan)
  • Besar: di atas 102 cm (laki-laki) dan di atas 88 cm (perempuan)

Baca Juga: Studi: Obesitas Tingkatkan Risiko Nyeri Punggung Bawah

Hasil: obesitas dan lingkar pinggang besar berarti risiko kerentaan tinggi

Lingkar Pinggang Besar Dongkrak Risiko Disabilitas Lansiailustrasi obesitas (pixabay.com/jarmoluk)

Para peneliti memantau para partisipan selama 21 tahun. Hasilnya, para partisipan dengan obesitas (terpantau dari IMT) lebih berisiko pra renta hingga renta dibanding mereka dengan berat badan normal. Hal ini juga berlaku di kalangan partisipan dengan lingkar pinggang sedang ke besar.

Para partisipan dengan IMT normal tetapi dengan lingkar pinggang besar atau sebaliknya (IMT obesitas namun lingkar pinggang normal) tidak menunjukkan risiko pra renta atau kerentaan. Namun, dari hasil penelitian ini, para peneliti mencatat bahwa mereka yang obesitas dan memiliki lingkar pinggang besar memiliki risiko pra renta hingga renta yang besar.

IMT jadi kontorversi? Lingkar pinggang jadi solusi

Pemimpin penelitian tersebut, Shreeshti Uchai dari University of Oslo mengatakan bahwa temuan ini menjadi bukti bahwa IMT obesitas dan lingkar pinggang besar memiliki risiko kerentaan dibanding mereka yang memiliki IMT normal.

"Ini menandakan pentingnya memantau bukan hanya IMT, melainkan juga lingkar pinggang kita seiring bertumbuh dewasa," tutur Uchai.

Meski begitu, sering kali terdengar kalau IMT bukanlah ukuran yang tepat untuk mengukur obesitas. Dilansir Everyday Health, seseorang dengan komposisi tubuh besar (seperti binaragawan) bisa tergolong kategori obesitas, tetapi memiliki fisik yang fit dan massa otot besar.

Lingkar pinggang memiliki potensi untuk menentukan obesitas dan hal ini sudah diuji dari berbagai studi. Menurut Cleveland Clinic, ukuran pinggang lebih dari 88 cm (perempuan) dan 102 cm (laki-laki) berarti risiko tinggi gangguan kesehatan yang berawal dari lemak perut.

Pentingnya menjaga gaya hidup sehat

Lingkar Pinggang Besar Dongkrak Risiko Disabilitas Lansiailustrasi olahraga (unsplash.com/Alexander Redl)

Perlu dicatat, kerentaan bisa menjadi sumber dari segala masalah kesehatan dalam kelompok lansia. Meski sering dikaitkan dengan usia tua, kerentaan bisa meningkatkan risiko jatuh, disabilitas, rawat inap, kualitas hidup, dan faktor-faktor lainnya yang meningkatkan risiko kematian.

Everyday Health menjelaskan bahwa lemak perut memicu inflamasi yang bisa merugikan tubuh secara keseluruhan, termasuk otot dan perubahan komposisi tubuh, perubahan massa tulang rangka. Inilah yang bisa menyebabkan kerentaan dan berkurangnya mobilitas pada usia senja.

Uchai menjelaskan bahwa berkurangnya kekuatan dan fungsi otot akibat obesitas juga dikaitkan oleh lemak dalam darah yang menyusup ke serat otot. Akibatnya, lansia yang renta memiliki cadangan fisiologis yang minim, sehingga lebih rentan terkena faktor stres ekstermal.

Terlepas dari penggunaan IMT yang kontroversial, studi ini menantang konsep bahwa "orang gemuk tak selalu berpenyakit". Dengan obesitas dan lingkar pinggang besar, maka risiko kerentaan dan disabilitas lebih besar di usia senja. Oleh karena itu, studi ini menjadi peringatan untuk tetap menjaga gaya hidup sehat demi menghindari obesitas.

Baca Juga: Tak Memotivasi, Fat Shaming Justru Perburuk Obesitas

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya