Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obat

Bisakah diterapkan untuk vaksin COVID-19?

Dalam menghadapi pandemik COVID-19, vaksin adalah pertahanan terdepan umat manusia. Salah satu platform vaksin yang menjadi andalan saat ini adalah messenger ribonucleic acid (mRNA) seperti Comirnaty (Pfizer-BioNTech) atau Spikevax (Moderna).

Akan tetapi, vaksin mRNA ditemukan mengalami degradasi. Salah satu metode pemberian obat atau vaksin mRNA yang optimal adalah elektropolasi. Namun, metode yang tergolong mahal ini ternyata menyakitkan (terutama yang memiliki alat pacu jantung atau pacemaker) dan lebih merepotkan karena butuh pelatihan dan alat khusus.

Oleh karena itu, pencarian metode pemberian mRNA yang terjangkau dan aman masih dicari. Sebuah penelitian gabungan menemukan potensi pengobatan tradisional bekam atau cupping untuk pemberian vaksin mRNA yang lebih optimal. Berikut ini ulasannya.

1. Mengenal bekam, pengobatan tradisional yang membuat corak aneh di tubuh

Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obatilustrasi terapi bekam (cedars-sinai.org)

Bagi yang belum tahu, terapi bekam adalah pengobatan turun-temurun yang dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di China dan Timur Tengah. Dari kalangan orang biasa sampai atlet sekelas Michael Phelps pun, tidak sedikit yang mencoba bekam dan bersaksi akan manfaatnya.

Terapi bekam dilakukan dengan menempatkan cawan yang sudah dipanaskan ke area tubuh tertentu untuk menciptakan tekanan negatif dan melancarkan aliran darah. Ada tiga jenis bekam yang umum dilakukan, yaitu:

  • Kering: cawan yang sudah dipanaskan ditempelkan ke daerah yang sakit. Selain cawan, tabung bambu hingga tanduk hewan juga biasa digunakan untuk bekam kering.

  • Api atau ba guan zi/拔罐子: menggunakan bola kapas yang direndam alkohol untuk menyalakan api. Bola api tersebut dimasukkan ke dalam cawan untuk memanaskannya dan dikeluarkan lagi. Lalu, cawan langsung ditempelkan ke daerah yang sakit.

  • Basah atau hijama (حجامة‎): membuat tusukan atau sayatan kecil pada kulit yang habis dibekam, lalu dibekam lagi agar darah (yang diduga darah kotor) mengalir keluar. Bekas hijama kemudian diobati dan diperban agar tidak mengalami infeksi.

Sementara bukti khasiat kesehatan dari terapi bekam masih menjadi perdebatan, penelitian gabungan terbaru memutuskan untuk menjajal terapi bekam pada hewan.

2. Studi melibatkan pemberian DNA

Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obatilustrasi tikus (pixabay.com/Alexas_Fotos)

Dimuat dalam jurnal Science Advances pada 5 November 2021, para peneliti dari Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) mencoba terapi bekam untuk pemberian obat berbasis mRNA. Bertajuk "Novel suction-based in vivo cutaneous DNA transfection platform", penelitian ini menggunakan tikus sebagai bahan percobaan.

Para peneliti mengumpulkan tikus yang kemudian disuntikkan DNA pada lapisan atas kulitnya. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi dua kelompok: yang menerima bekam pada situs injeksi dan yang tidak menerima bekam.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa ekspresi gen dari DNA tersebut dapat terlihat bahkan 4 jam setelah vaksinasi. Akan tetapi, pada tikus-tikus yang menerima bekam, ekspresi gen dapat terlihat 1 jam setelah vaksinasi saja. Apakah artinya ini tidak berhasil?

Ternyata, sekitar 24 jam setelah injeksi, para peneliti melihat bahwa ekspresi gen terlihat delapan kali lebih dalam pada kulit tikus yang menerima terapi bekam.

Baca Juga: 7 Manfaat Luar Biasa Bekam yang Perlu Kamu Tahu

3. Hasil menjanjikan bekam untuk vaksin DNA SARS-CoV-2

Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obatilustrasi suntik vaksin (pixabay.com/AhmadArdity)

Berdasarkan hasil tersebut, para peneliti melanjutkan penelitian untuk memastikan apakah teknik bekam bisa membantu pemberian vaksin COVID-19. Jadi, para peneliti menyuntikkan tikus-tikus dengan kandidat vaksin DNA sintetis strain virus corona SARS-CoV-2.

Para peneliti lalu mengumpulkan sampel darah dari para tikus pada hari ke-0 dan 14, sebelum injeksi, dan lagi pada hari ke-29. Para tikus lalu dibagi menjadi tiga kelompok:

  • Tikus menerima dua suntikan tanpa bekam pada hari ke-0 dan 14
  • Tikus menerima satu suntikan dengan bekam pada hari ke-0
  • Tikus menerima dua suntikan dengan bekam pada hari ke-0 dan 14
Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obatilustrasi tikus (pexels.com/Alexas Fotos)

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa pada tikus yang menerima bekam setelah suntikan, respons imun terlihat lebih baik daripada yang tidak menerima bekam.

Bahkan, respons antibodi pada tikus dikatakan meningkat hingga 100 kali lipat. Selain itu, para peneliti mencatat bahwa respons imun pada tikus yang menerima dosis tunggal dan bekam tidak berbeda dari tikus yang menerima dosis ganda dan bekam.

Para peneliti mengatakan bahwa tikus yang menjalani vaksinasi DNA dan bekam tidak menunjukkan efek-efek seperti kerusakan jaringan atau infiltrasi limfosit pada area injeksi.

4. Kenapa bekam bisa meningkatkan pemberian vaksin atau obat?

Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obatilustrasi bekam (massagemag.com)

Sayangnya, penjelasan mengenai mengapa bekam dapat meningkatkan pemberian obat atau vaksin masih belum diketahui. Para peneliti hanya menduga bahwa ini karena peregangan dan pengenduran sel lewat bekam sehingga obat dan vaksin bisa masuk lebih optimal di tubuh.

Para peneliti AS dan Korsel mengatakan bahwa memastikan mekanisme yang mendasari keampuhan bekam ini adalah tantangan yang tidak sempat dilakukan. Ini karena kerumitan proses penelitian dan kurangnya ketersediaan obat yang digunakan untuk penelitian tersebut.

Di sisi lain, para peneliti mengatakan bahwa penelitian tersebut bertujuan untuk menguji cara menggabungkan terapi bekam dan suntik dalam satu alat. Selain itu, mereka juga tengah mencari cara untuk mempercepat waktu alat bekam/suntik tersebut yang mana dapat menguntungkan baik pasien dan tenaga medis.

5. Bagaimana dengan vaksin COVID-19?

Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obatilustrasi vaksin COVID-19 (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Mengenai penerapan metode ini untuk vaksin COVID-19, ternyata masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Meskipun memungkinkan, penelitian bekam untuk pemberian vaksin COVID-19 masih harus dilakukan.

Ini karena pemberian vaksin DNA dan vaksin COVID-19 mRNA amat berbeda. Sementara vaksin COVID-19 diberikan secara intramuskuler, penelitian ini menggunakan alat pemberian vaksin ke lapisan atas kulit yang dikembangkan oleh GeneOne Life Science, Korsel, yang ikut terlibat dalam penelitian tersebut.

Studi: Bekam Bisa Tingkatkan Kinerja Vaksin dan Obatilustrasi COVID-19 dan DNA manusia (bioworld.com)

Saat ini, alat dari GeneOne Life Science tersebut tengah menjalani uji klinis tahap 1 dan 2 serta persiapan dokumen untuk penggunaan masyarakat luas. Beberapa keuntungan dari alat ini adalah harganya yang terjangkau dan mudah digunakan. Selain itu, alat ini tidak menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman pada penerima vaksin.

Dengan berbagai keunggulan dari vaksin DNA seperti tidak membutuhkan penyimpanan bersuhu ekstra dingin seperti vaksin mRNA dan efek samping yang ringan, maka para peneliti melihat bahwa vaksin COVID-19 DNA dan alat ini bisa membantu masyarakat di negara berkembang dan minim sumber daya.

Baca Juga: Studi: Vaksin DNA COVID-19 Ampuh pada Percobaan Hewan

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya