5 Tantangan yang Kerap Dihadapi oleh Ibu Menyusui

Pelajari tantangannya dan temukan solusinya

Intinya Sih...

  • Menyusui kadang tidak mudah. Banyak ibu menemui tantangan dan ini bisa membuat ibu frustrasi.
  • Beberapa tantangan yang bisa dihadapi oleh ibu menyusui antara lain puting lecet, mengalami peradangan pada payudara, menyusui bayi dengan berat badan lahir rendah atau bayi prematur, produksi ASI sedikit, serta kelainan pada lidah atau bibir bayi.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik yang diberikan ke anak sejak usia pertama kelahirannya hingga 2 tahun.

Sukses menyusui layak untuk diperjuangkan. Kenapa? Faktanya, menyusui kadang tidak mudah. Banyak ibu menemui tantangan dan ini bisa membuat ibu frustrasi. Kenali apa saja tantangan yang kerap dihadapi oleh ibu menyusui agar kamu bisa mempersiapkan solusinya sejak dini.

1. Puting lecet

5 Tantangan yang Kerap Dihadapi oleh Ibu Menyusuiilustrasi ibu menahan sakit di area puting payudara (freepik.com/freepik)

Pada minggu pertama setelah melahirkan, ibu sering kali mengeluhkan nyeri atau ngilu di area puting. Keluhan ini biasanya disertai dengan munculnya luka atau lecet pada puting.

Masalah puting lecet ini sebenarnya disebabkan oleh banyak faktor. Namun, posisi menyusui yang kurang tepat menjadi penyebab paling umum. Tak hanya itu, timbulnya lecet pada puting bisa disebabkan oleh mulut bayi yang tidak melekat dengan baik.

Sebagai pengobatan pertama, ibu bisa mengoleskan sedikit ASI untuk melembapkan area puting serta menjadi antibakteri. Meskipun begitu, ibu perlu berkonsultasi dengan dokter atau konsultan laktasi jika kondisinya tak kunjung membaik. Ini penting untuk mengetahui penyebab puting lecet dan mendapatkan penanganan lebih lanjut.

2. Mengalami peradangan pada payudara

5 Tantangan yang Kerap Dihadapi oleh Ibu Menyusuiilustrasi peradangan payudara (freepik.com/ stefamerpik)

Academy of Brestfeeding Medicine merinci ada beberapa tahapan peradangan pada payudara. Mulai dari adanya saluran tersumbat, kemudian menjadi blister susu (blebs), berkembang lagi menjadi mastitis, lalu yang terparah adalah abses.

Saluran tersumbat diawali dengan hiperlaktasi, yaitu produksi ASI berlebih sementara pengeluaran sedikit, yang mana sisa-sisa ASI yang tidak bisa dikeluarkan secara optimal yang kemudian memicu terjadinya pembengkakan.

Gejalanya bisa berupa perubahan warna kulit payudara yang tampak lebih gelap atau berwarna kemerahan, dan jika disentuh terasa hangat.

Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan mengompres dingin atau es ke area yang terdampak.

Kondisi kedua adalah blister susu, atau dikenal juga dengan lepuh susu. Kondisi ini ditandai dengan adanya titik putih yang nyeri pada puting susu (areola). Jika mengalaminya, hindari memecahkan lepuh sendiri karena dapat memicu infeksi dan peradangan yang lebih besar.

Untuk mengurangi rasa sakit, kamu bisa kompres air dingin atau es. Jika sakit berlanjut, temui tenaga medis profesional. Kamu mungkin akan diresepkan krim steroid untuk mengurangi peradangan.

Kondisi yang ketiga yaitu mastitis. Ini terjadi jika saluran yang tersumbat terus tertekan atau payudara menjadi terlalu penuh, sehingga pembengkakan atau peradangan kronis tak dapat dihindari.

Mastitis ditandai dengan adanya benjolan keras dan nyeri pada payudara, yang diikuti dengan perasaan lelah atau lesu. Jika diraba badan terasa hangat atau demam,  dan ada perubahan warna kulit di area payudara.

Jika mengalaminya, segera konsultasikan dengan tenaga ahli kesehatan. Kamu mungkin butuh obat-obatan atau antibiotik untuk mengurangi peradangan.

Kondisi yang keempat adalah abses, yaitu area payudara bengkak hingga berisi nanah dan bakteri di dalamnya. Abses dapat terbuka dan mengalir melalui kulit.

Dalam hal ini, kamu mungkin membutuhkan drainase atau mengeluarkan isi abses dengan aspirasi jarum beberapa kali atau dengan memasukkan saluran pembuangan.

Selain itu, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik.

Namun, tidak menutup kemungkinan pembedahan diperlukan.

Baca Juga: 6 Penyebab Benjolan di Payudara saat Menyusui

3. Menyusui bayi kecil atau prematur

5 Tantangan yang Kerap Dihadapi oleh Ibu Menyusuiilustrasi bayi prematur (unsplash.com/hapus percikan)

Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi yang terlahir dengan berat <2.500 gram, sedangkan bayi prematur lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

Salah satu cara yang direkomendasikan untuk memberikan perawatan terbaik bagi bayi yang terlahir dengan kondisi itu adalah dengan perawatan metode kangguru (PMK).

Pada PMK, bayi hanya menggunakan popok dan topi lalu ditempelkan di dada ibu yang tidak mengenakan pakaian.

Bayi diposisikan seperti kodok dengan kepala tegak, dada bayi bertemu dengan dada ibu serta tangan bayi dikeluarkan. Posisi ini dipertahankan dengan memakai kain gendongan atau sarung.

Tidak perlu khawatir bayi akan kedinginan karena dengan posisi ini sang ibu menjadi inkubator alami.

PMK dilakukan terus sampai berat badan bayi mencapai 2.500 gram.

4. Produksi ASI yang sedikit

5 Tantangan yang Kerap Dihadapi oleh Ibu Menyusuiilustrasi pompa ASI kosong (freepik.com/freepik)

Sebuah penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Kolaka, Sulawesi Tenggara, melaporkan penemuan faktor-faktor yang memengaruhi produksi ASI. Di antaranya adalah pola makan, pola istirahat, dukungan suami, teknik menyusui, dan penggunaan ASI booster. Kelimanya berperan penting dalam meningkatkan produksi ASI.

Menurut buku "Boost Your Breast Milk: An All-In-One Guide for Nursing Mothers to Build a Healthy Milk Supply", ada beberapa makanan yang dipercaya selama berabad-abad di seluruh dunia bermanfaat bagi ibu menyusui.

Di antaranya alpukat, gandum, kacang-kacangan dan polong-polongan, jamur, sayuran berdaun hijau, sayuran berakar merah, jeruk, biji-bijian, biji chia, biji rami, kunyit, serta aswagandha.

Pola istirahat yang cukup dan adanya dukungan suami membantu ibu untuk tenang, rileks dan tidak merasa sakit. Ini sangat penting karena jika kondisi ibu penuh dengan tekanan, hormon oksitosin (hormon cinta) tidak dapat diproduksi secara optimal.

Hal penting agar produksi ASI melimpah adalah mindset bahwa semua ibu dapat memproduksi ASI sesuai kebutuhan bayinya. Bagaimanapun kondisi ibu, selama ada isapan bayi dengan frekuensi yang teratur didukung dengan posisi dan pelekatan yang benar, ASI akan terus diproduksi. Bahkan tidak mustahil ibu dapat menyusui anak angkatnya (induksi laktasi).

5. Kelainan pada lidah dan bibir bayi

5 Tantangan yang Kerap Dihadapi oleh Ibu Menyusuiilustrasi bibir dan mulut bayi (commons.wikipedia.org/Martin Falbisoner)

Salah satu keberhasilan menyusui juga karena faktor bayi, karena bayi yang sehat dapat mengatur banyak sedikitnya ASi yang ia minum. Ini bisa terlihat dari pelekatan mulut bayi dan daya isapnya pada payudara.

Jika refleks isapan bayi cenderung lemah, kamu harus waspada. Apakah ada kondisi yang sulit dan traumatis saat proses persalinan? Atau apakah ada kelainan anatomi pada mulut bayi?

Kelainan anatomi pada mulut bayi di antaranya tounge tie (ankyloglossia) dan lip tie.

Tounge tie mengikat ketat lidah ke dasar mulut yang menyebabkan gerakan lidah menjadi terbatas. Kondisi ini membuat bayi tidak dapat mengangkat lidahnya untuk menangkap dan menekan payudara ke langit-langit mulut. Akibatnya, proses menyusui terhambat karena isapan bayi sering terlepas, sedangkan ibu merasa tersiksa karena merasakan sensasi gigitan maupun sayatan.

Lip tie mengikat bibir ke gusi sehingga akan menyebabkan gerakan bibir yang terbatas. Bibir bayi akan terlipat ke dalam saat menyusu, terasa terjepit dan sakit sekali. Keluhan ini dapat dirasakan oleh ibu saja, bayi saja, maupun ibu dan bayi.

Bila ada tongue tie dan lip tie, tindakan yang terbaik adalah frenotomi atau insisi. Frenotomi adalah pengguntingan tali lidah dan tali bibir yang dilakukan dengan cara mudah dan aman. Tujuannya agar membuat proses menyusui antara ibu dan bayi menjadi lebih baik, sehingga jauh dari anggapan bahwa menyusui itu sakit.

Ibu menyusui bisa menghadapi tantangan yang perlu dipahami dan dihadapi. Tak kalah penting, menghadapinya akan lebih mudah bila kamu mendapatkan dukungan dari pasangan dan/atau orang-orang terdekat.

Baca Juga: 8 Manfaat Air Kelapa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Referensi

National Health Service. Diakses pada Juni 2024. Sore nipples.
Praborini, Asti, dan Ratih Ayu Wulandari. 2018. Anti Stres Menyusui. Jakarta : PT. Kawan Pustaka.
Simpson, Alicia C. 2017. Boost Your Breast Milk: An All-in-One Guide for Nursing Mothers to Build a Healthy Milk Supply. The Experiment.
American Academy of Pediatrics. Diakses pada Juni 2024. Induced Lactation: Breastfeeding for Adoptive Parents.
Healthline. Diakses pada Juni 2024. Breastfeeding Diet 101: What to Eat While Breastfeeding.
Department of Nutrition for Health and Development World Health Organization. Diakses pada Juni 2024. Complementary Feeding Family Foods for Breastfed Children (2000).
Parents. Diakses pada Juni 2024. 13 Best Foods for Breastfeeding Parents.
UNICEF. Diakses pada Juni 2024. Terjawab: 14 Mitos tentang Menyusui.
Niar, Andi, Sri Dinengsih, dan Jenny Siauta. “Factors Affecting the Production of Breast Milk Breastfeeding Mother at Harifa RSB, Kolaka District Southeast Sulawesi Province.” Jurnal Kebidanan Midwiferia/Jurnal Kebidanan Midwiferia 7, no. 2 (October 4, 2021): 10–19.

AD. Kusumasari Photo Writer AD. Kusumasari

#Traveling#Parenting#Food#Lifestyle#Pantun#Puisi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya