TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Culture Shock Orang Jawa Liburan ke Bali, Kamu juga Merasakan?

Pengalaman liburan tak berkurang sedikit pun, meski shock

Ilustrasi perayaan di Bali (pixabay.com/Nico_Boersen)

Liburan ke Bali memang menjadi impian banyak orang, termasuk yang berasal dari Pulau Jawa. Meski masih sama-sama di Indonesia dan lokasi pulaunya berdekatan, ada beberapa hal di Bali yang bikin orang Jawa mengalami culture shock. Pengalaman seru inilah yang membuat liburan ke Bali makin berkesan dan penuh cerita.

Perbedaan budaya ini tak selalu membuat bingung, justru menjadi bagian dari petualangan baru. Kalau kamu orang Jawa yang baru pertama kali ke Bali, siap-siap merasakan sensasi yang berbeda dari biasanya. Berikut lima culture shock yang sering dirasakan orang Jawa saat liburan ke Bali.

1. Adat dan tradisi agama

Ilustrasi orang Bali melakukan upacara keagamaan (pixabay.com/ignartonosbg)

Bali dikenal dengan agama dan tradisi Hindu yang sangat kuat, tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Setiap hari, masyarakat Bali melakukan ritual persembahan yang dikenal sebagai "canang sari," yang dipersembahkan di pura, rumah, dan tempat umum lainnya.

Bagi orang Jawa yang mayoritas beragama Islam, pemandangan ini mungkin sangat berbeda dari tradisi keagamaan yang mereka biasa lakukan, seperti salat berjamaah di masjid. Selain itu, orang Jawa mungkin merasa terkejut melihat banyaknya upacara keagamaan yang diadakan secara rutin di Bali, termasuk Galungan, Kuningan, dan Nyepi yang semuanya melibatkan prosesi besar dan libur nasional.

Upacara-upacara keagamaan ini juga bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari di Bali, seperti penutupan jalan untuk prosesi keagamaan atau pelarangan aktivitas pada Hari Nyepi. Meski demikian, pengalaman ini juga bisa menjadi momen pembelajaran bagi mereka untuk lebih memahami dan menghargai keunikan tradisi Hindu Bali yang kaya akan nilai spiritual dan kearifan lokal.

2. Bahasa

Ilustrasi persembahan di Bali(pixabay.com/innokurnia)

Bahasa menjadi salah satu aspek yang membedakan budaya Bali dan Jawa. Meskipun masyarakat Bali fasih berbahasa Indonesia, terutama di daerah pariwisata, tetapi Bahasa Bali tetap menjadi bahasa yang dominan dalam percakapan sehari-hari.

Bagi orang Jawa yang terbiasa menggunakan Bahasa Jawa atau Bahasa Indonesia, mendengar bahasa Bali yang memiliki intonasi dan kosakata berbeda bisa menjadi pengalaman yang menarik. 

Bahasa Bali juga digunakan dalam upacara-upacara keagamaan, membuat orang Jawa yang menyaksikan upacara tersebut merasa lebih sulit memahami maknanya. Namun, meskipun ada perbedaan bahasa daerah, orang Bali dikenal ramah dan terbuka terhadap siapa pun.

3. Pakaian dan upacara

Ilustrasi orang Bali (pixabay.com/keulefm)

Di Bali, pakaian adat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama saat upacara-upacara keagamaan. Orang Bali sering mengenakan kain sarung dan kebaya saat beraktivitas, terutama ketika mereka berkunjung ke pura atau menghadiri upacara adat.

Bagi orang Jawa yang tidak terbiasa mengenakan pakaian adat dalam aktivitas sehari-hari, pemandangan ini bisa menjadi pengalaman yang berbeda sekaligus menarik. Selain itu, frekuensi upacara adat di Bali yang sering juga bisa menjadi hal yang mengejutkan.

Upacara-upacara adat di Bali seringkali berlangsung di tempat-tempat umum, sehingga dapat mempengaruhi aktivitas masyarakat luas. Misalnya, penutupan jalan untuk prosesi keagamaan, atau pemandangan masyarakat yang melaksanakan upacara di pinggir jalan bisa membuat orang Jawa merasa terkejut.

Meski demikian, hal ini juga bisa memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyaksikan secara langsung kekayaan budaya Bali dan pentingnya peran agama dalam kehidupan masyarakat setempat.

Baca Juga: 7 Culture Shock Liburan di Surabaya, Kamu Pernah Mengalaminya?

4. Kuliner

Ilustrasi sate lilit (pexels.com/Markus Winkler)

Salah satu perbedaan yang cukup mencolok adalah kuliner. Makanan khas Bali seringkali menggunakan bahan dasar babi, yang tidak umum atau bahkan dihindari mayoritas orang Jawa yang beragama Islam.

Bagi orang Jawa, terutama yang terbiasa dengan kuliner halal, keberadaan hidangan berbahan babi ini bisa menjadi tantangan tersendiri. Mereka mungkin harus lebih berhati-hati dalam memilih tempat makan atau mencari restoran yang menyediakan makanan halal selama berlibur di Bali.

Namun, Bali juga memiliki banyak restoran dan warung makan yang menyajikan makanan halal, terutama di daerah dengan banyak wisatawan muslim, seperti Kuta, Ubud, atau Denpasar.

Meski harus sedikit berusaha mencari tempat yang sesuai, pengalaman ini bisa menjadi kesempatan bagi orang Jawa untuk mengeksplorasi ragam kuliner Bali lainnya. Di antaranya seperti sate lilit, ayam betutu, atau nasi campur khas Bali yang menggunakan bahan-bahan halal.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya