TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Destinasi Wisata Populer di Dunia Ini Rusak akibat Komersialisasi

Masalah lingkungan, ekonomi, dan sosial bermunculan

Potret Santorini di Yunani (unsplash.com/dawidtkocz)

Komersialisasi pariwisata telah mengubah banyak destinasi yang dulunya asri dan tenang, menjadi tempat yang sangat ramai. Hal tersebut mendatangkan banyak keuntungan di bidang ekonomi. Salah satunya seperti membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar.

Di sisi lain, komersialisasi rupanya juga mengakibatkan penurunan kualitas dari beberapa destinasi wisata. Mulai dari masalah sampah, kejahatan, hingga rusaknya beberapa fasilitas umum.

Masalah tersebut alhasil menjadi momok yang kerap menghantui banyak destinasi wisata populer. Melansir dari The Times of India, berikut enam destinasi wisata populer di dunia yang rusak akibat komersialisasi. Simak sampai habis, ya!

1. Venesia, Italia

Potret kota Venesia di Italia (unsplash.com/dnovac)

Venesia atau Venice dikenal sebagai salah satu kota cantik dan unik di Italia. Kota ini dikelilingi kanal-kanalnya yang menawan, arsitektur bersejarah yang masih terjaga dengan baik, dan suasana yang romantis. Setiap traveler pasti memasukkan Venesia ke dalam bucket list liburan.

Sayangnya, pesona dan keindahan kota ini telah dibayangi eksploitasi komersial. Masuknya kapal pesiar dan wisatawan secara terus-menerus menyebabkan terjadinya kepadatan penduduk, kerusakan lingkungan, dan komersialisasi bisnis lokal.

Situs-situs ikonik, seperti Basilika Santo Markus dan Jembatan Rialto, kini dikelilingi toko-toko suvenir dan jaringan makanan cepat saji. Wisatawan pun banyak yang mengeluh tidak mendapatkan suasana yang autentik lagi saat liburan ke Venesia.

2. Maya Bay, Thailand

Potret Maya Bay di Phi Phi Island, Thailand (unsplash.com/good_citizen)

Film The Beach (2000) yang dibintangi Leonardo Dicaprio membuat nama Maya Bay di Phi Phi Islands, Thailand, mendunia. Dalam film tersebut ditampilkan suasana pantai bak surga yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota, serta air laut sebening kristal. Tebing-tebing di sekitarnya juga sangat menakjubkan.

Pascapenayangan film The Beach, terjadi lonjakan jumlah wisatawan ke Maya Bay. Operator wisata lokal maupun internasional menawarkan beragam paket wisata ke sana. Lambat laun, hal tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah.

Setiap tahunnya, Maya Bay ditutup selama beberapa bulan untuk memulihkan kondisi ekologisnya, terutama terumbu karang dan biota lautnya. Sayangnya, meski upaya memulihkan keindahan alamnya sudah dilakukan secara rutin, tekanan komersialisasi masih akan terus mengancam ekosistem di sana.

3. Times Square, New York

Potret Times Square, New York City (unsplash.com/purzlbaum)

Times Square sering disebut sebagai "The Cross-roads of the World" atau "Persimpangan Dunia." Kawasan ini merupakan pusat berbagai aktivitas di Kota New York, Amerika Serikat. Suasana yang selalu ramai, lampu-lampu terang, dan hiruk-pikuk banyak orang menjadi identitas yang melekat pada Times Square.

Komersialisasi rupanya telah mengubah wajah tempat ini menjadi "taman bermain" atau ladang promosi berbagai perusahaan. Area tersebut didominasi dengan papan reklame digital dalam berbagai ukuran, toko retail dari berbagai merek terkenal, dan restoran cepat saji. 

Baca Juga: Eksplorasi Dark Tourism Makam Terunyan di Bali

4. Gunung Everest

Potret Gunung Everest (unsplash.com/benster789)

Gunung Everest merupakan puncak tertinggi di dunia yang menjadi simbol petualangan, sekaligus impian para pendaki. Mendaki gunung ini tidak boleh sembarangan. Para pendaki harus mendaftar ke agen resmi dengan membayar biaya yang tidak sedikit dan nantinya akan didampingi pemandu.

Sayangnya, komersialisasi ekspedisi tersebut telah mengubah wajah Gunung Everest dan menyebabkan adanya masalah lingkungan. Lereng gunung yang dulunya bersih dan alami, kini dipenuhi sampah dari orang-orang tak bertanggung jawab. Untuk membersihkannya pun perlu biaya yang tidak murah.

5. Santorini, Yunani

Potret Santorini di Yunani (unsplash.com/dawidtkocz)

Di balik keindahan bangunan-bangunan bercat putih dan Laut Aegea yang biru, Santorini rupanya menyimpan banyak masalah akibat komersialisasi. Dengan dalih untuk menarik lebih banyak wisatawan kelas atas, pembangunan di wilayah ini sangat masif dalam beberapa tahun terakhir. Hotel-hotel mewah, restoran, hingga butik terlihat menjamur di berbagai sudut tempat.

Masalah lain akibat komersialisasi di Santorini adalah sampah. Volume wisatawan yang tidak terkendali dan dengan karakternya yang beragam telah menghasilkan tumpukan sampah di berbagai sudut tempat. Tentu hal ini jarang "tertangkap" kamera.

Sebenarnya, otoritas setempat berusaha mengendalikan volume pengunjung dengan lebih mengutamakan pasar wisatawan kelas atas. Namun, hal tersebut justru menyebabkan terjadinya peningkatan biaya hidup di kalangan penduduk setempat. Mereka harus berjuang lebih keras, agar bisa bertahan dalam kondisi ini.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya