TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Candi Borobudur Tidak Masuk 7 Keajaiban Dunia? Ini Alasannya!

Proses penentuannya cukup kompleks

ilustrasi Candi Borobudur (pexels.com/Tomáš Malík)

Candi Borobudur adalah salah satu warisan budaya asal Indonesia yang terkenal di dunia. Dibangun pada abad ke-9 oleh Wangsa Syailendra, Candi Borobudur dikenal sebagai salah satu monumen Buddha terbesar dan termegah, tidak hanya di Asia, melainkan di dunia.

Dengan latar belakang sejarah yang kaya, Candi Borobudur menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Menjelajah candi megah ini seharian bakal sangat menyenangkan.

Lantas, sebuah tanya terbersit di benak kita tentang alasan kenapa Candi Borobudur tidak masuk 7 Keajaiban Dunia? Padahal, seperti kita tahu, kemegahan dan keindahannya sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, simak alasannya berikut ini, ya!

Baca Juga: Rekomendasi 6 Resto Keluarga di Sekitar Candi Borobudur, Fancy Abis!

1. Proses penentuan 7 Keajaiban Dunia

ilustrasi Candi Borobudur (pexels.com/Mike van Schoonderwalt)

Penting untuk memahami proses penentuan 7 Keajaiban Dunia. Daftar asli 7 Keajaiban Dunia Kuno adalah hasil dari pemilihan yang dilakukan oleh para sejarawan Yunani pada zaman kuno. Mereka memilih struktur yang dianggap paling mengagumkan pada masanya, dan sayangnya, Candi Borobudur belum dibangun pada saat itu.

Daftar tersebut termasuk Piramida Giza di Mesir, Taman Gantung di Babilonia, Patung Zeus di Olympia, Kuil Artemis di Efesus, Mausoleum Mausolus di Halikarnassos, Kolosus Rodos, dan Mercusuar Alexandria. Karena daftar ini dibuat ribuan tahun yang lalu, Candi Borobudur, yang dibangun pada abad ke-8 Masehi, tidak termasuk dalam pertimbangan.

Pada awal 2000-an, sebuah organisasi bernama New7Wonders Foundation menyelenggarakan pemilihan untuk menentukan 7 Keajaiban Dunia Baru melalui voting global. Proses ini lebih demokratis dan memungkinkan orang-orang dari seluruh dunia untuk berpartisipasi.

Meskipun Candi Borobudur adalah salah satu nominasi, ia tidak mendapatkan cukup suara untuk masuk dalam daftar akhir yang diumumkan pada 2007. Hal ini menunjukkan bahwa popularitas dan pengetahuan publik tentang suatu situs berperan penting dalam pemilihan ini.

2. Berkompetisi ketat dengan situs sejarah lain

ilustrasi Chichen Itza (pexels.com/Bhargava Marripati)

Kompetisi yang sangat ketat dengan situs-situs lain di seluruh dunia juga jadi alasannya. Ada banyak situs bersejarah dan keajaiban arsitektur yang juga sangat menakjubkan. Dalam pemilihan 7 Keajaiban Dunia Baru, Candi Borobudur bersaing dengan berbagai situs luar biasa, seperti Tembok Besar di China, Petra di Yordania, Patung Kristus Penebus di Brasil, Machu Picchu di Peru, Colosseum di Italia, Taj Mahal di India, dan Chichen Itza di Meksiko. Semua situs ini memiliki daya tarik unik dan nilai sejarah yang sangat tinggi.

Meski Candi Borobudur sangat mengesankan, kompetisi ini membuatnya sulit untuk masuk ke dalam daftar akhir. Tidak hanya keindahan dan keajaiban arsitektur yang diperhitungkan, tetapi juga seberapa besar situs-situs tersebut dikenal oleh masyarakat dunia. Faktor ini sangat berpengaruh dalam pemilihan 7 Keajaiban Dunia Baru, dan Candi Borobudur, meskipun sangat terkenal di Asia Tenggara dan di kalangan akademisi, tidak mendapatkan eksposur cukup luas di luar wilayah tersebut dibandingkan pesaingnya.

3. Pengaruh media dan kampanye publik

ilustrasi Taj Mahal (pexels.com/Sudipta Mondal)

Pengaruh media dan kampanye publik juga berperan dalam pemilihan 7 Keajaiban Dunia Baru. Negara-negara dengan situs nominasi sering mengadakan kampanye besar-besaran untuk menggalang dukungan dan meningkatkan kesadaran publik internasional.

Mereka menggunakan berbagai platform media untuk mempromosikan situs mereka. Dalam hal ini, promosi dan kampanye yang efektif dapat sangat meningkatkan peluang suatu situs untuk dipilih. Meski Candi Borobudur memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang tinggi, kurangnya kampanye media mungkin menjadi salah satu faktor yang membuatnya tidak terpilih.

Di sisi lain, situs-situs seperti Taj Mahal dan Tembok Besar China mendapatkan dukungan kuat dari negara mereka melalui kampanye yang intensif. Media massa, termasuk televisi, radio, dan internet, digunakan secara efektif untuk menarik perhatian publik internasional. Kampanye yang kuat ini berhasil meningkatkan jumlah suara yang diterima oleh situs-situs tersebut. Kampanye yang kurang intensif atau kurang terorganisir bisa jadi salah satu alasan Candi Borobudur tidak berhasil masuk dalam daftar 7 Keajaiban Dunia Baru.

Baca Juga: 3 Jenis Transportasi dari Stasiun Yogyakarta ke Candi Borobudur

4. Fokus pada pelestarian dan konservasi

ilustrasi Candi Borobudur (pexels.com/Adrian Campillos)

Selanjutnya, hal yang perlu dipertimbangkan adalah fokus pada pelestarian dan konservasi Candi Borobudur. Pemerintah Indonesia dan UNESCO telah melakukan upaya besar untuk melestarikan dan menjaga keaslian candi ini.

Fokus utama dari upaya tersebut adalah memastikan bahwa Candi Borobudur tetap terjaga dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Proyek-proyek pelestarian dan restorasi memerlukan perhatian yang sangat detail dan sering kali memakan waktu serta sumber daya yang signifikan. Karena itu, fokus pada konservasi mungkin mengurangi upaya untuk mempromosikan candi ini secara internasional dalam konteks pemilihan 7 Keajaiban Dunia Baru.

Pelestarian candi melibatkan banyak aspek, mulai dari perbaikan struktur, pengelolaan lingkungan sekitar, hingga pengaturan kunjungan wisatawan untuk mencegah kerusakan. Proses ini membutuhkan koordinasi yang cermat dan kerja sama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, dan organisasi internasional.

Dengan fokus utama pada pelestarian, perhatian pada promosi internasional mungkin menjadi kurang prioritas. Meskipun ini penting untuk jangka panjang, kurangnya promosi mungkin mempengaruhi peluang Candi Borobudur dalam pemilihan 7 Keajaiban Dunia Baru.

Verified Writer

Annisa Nur Fitriani

She goes Boom!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya