Ledakan Pager di Lebanon makin Mengekspos Aktivitas Siber Israel

Israel bisa dibilang pemain top di arena keamanan siber

Ledakan perangkat komunikasi pager dan perangkat komunikasi nirkabel ICOM di Lebanon mengakibatkan setidaknya 37 orang tewas dan lebih dari 3.250 lainnya, termasuk anak-anak dan perempuan, mengalami cedera. Insiden ini memicu pejabat Lebanon untuk menuduh Israel sebagai pelaku.

Perangkat yang dilaporkan digunakan oleh pasukan Hezbollah ini mencerminkan ketegangan yang masih terjadi di wilayah tersebut dan menimbulkan pertanyaan mengenai potensi keterlibatan Israel dalam perang siber. Peristiwa ini juga mengangkat isu lebih luas terkait dampak keamanan siber terhadap keamanan nasional dan stabilitas regional.

Serangan siber terbaru di Lebanon juga telah memicu kembali diskursus mengenai keahlian dan ketangkasan Israel dalam melakukan operasi siber. Keberhasilan Israel dalam melaksanakan serangan dan pertahanan siber tidak hanya menunjukkan teknologi yang canggih, tetapi juga mencerminkan strategi terintegrasi antara pemerintah dan sektor swasta. Faik Tanrikulu, seorang dosen di Universitas Medipol, Istanbul, Turki, menjelaskan bahwa Israel merupakan aktor kunci dalam bidang keamanan siber. Berikut ini adalah ringkasan pembahasan mengenai peran Israel dalam serangan siber yang menghebohkan ini berdasarkan pandangan Tanrikulu.

1. Menurut Tanrikulu, Israel sering kali menduduki peringkat tertinggi dalam indeks inovasi

Ledakan Pager di Lebanon makin Mengekspos Aktivitas Siber Israelilustrasi pager, perangkat komunikasi yang digunakan Hizbullah (commons.wikimedia.org/Florian Fuchs)

Faik Tanrikulu, seorang pengajar di Universitas Medipol Istanbul, menyatakan bahwa Israel merupakan salah satu pemain utama di dunia keamanan siber dan sering kali berada di posisi teratas dalam indeks inovasi global. Tanrikulu juga menjelaskan bahwa Israel memiliki sekitar 450 perusahaan di bidang keamanan siber. Hal ini menjadikannya sebagai negara kedua terbesar di sektor ini setelah Amerika Serikat.

Hingga saat ini, belum ada tanggapan dari pihak berwenang Israel mengenai serangan tersebut meski Tel Aviv sudah dikenal melakukan serangan dengan karakteristik yang sama.

“Israel telah menciptakan ekosistem siber yang lengkap melalui proyek-proyek yang didukung pemerintah serta kolaborasi sektor swasta dengan melakukan investasi besar dalam teknologi tinggi dan pertahanan siber,” ujarnya.

Tanrikulu menekankan bahwa Israel telah memfokuskan perhatian pada keamanan siber sejak awal. Mereka menyadari betapa pentingnya hal itu sebagai alat yang krusial. Ia menambahkan bahwa Unit 8200, yang merupakan divisi elite dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF), telah berperan sebagai pelopor dalam pengembangan keamanan siber di Israel. Banyak veteran dari unit tersebut telah menerapkan pengetahuan mereka di sektor sipil yang mendorong inovasi dalam bidang keamanan siber komersial.

Baca Juga: Perempuan Ini Dicari Usai Pager Meledak di Lebanon

2. Kemampuan siber Israel sudah tidak diragukan lagi, salah satunya virus Stuxnet pada tahun 2010

Ledakan Pager di Lebanon makin Mengekspos Aktivitas Siber IsraelPeta politik vektor Israel pada tahun 2019 (commons.wikimedia.org/VwM.Mwv)

Kemampuan siber Israel memiliki sejarah yang terkenal, dengan contoh penting seperti virus Stuxnet yang menargetkan program nuklir Iran pada 2010. Operasi ini menunjukkan potensi penghancuran dari serangan siber dan menandai momen penting dalam perang siber. Kemampuan untuk mengganggu infrastruktur kritis melalui cara siber telah menjadi landasan operasi militer strategis Israel.

3. Dampak global dari spyware Pegasus yang dikembangkan oleh NSO Group

Ledakan Pager di Lebanon makin Mengekspos Aktivitas Siber IsraelSpyware Pegasus (commons.wikimedia.org/Gibran Aquino)

Dampak global dari spyware Pegasus yang dikembangkan oleh NSO Group makin menegaskan kekhawatiran etis seputar praktik keamanan siber. Kemampuan perangkat lunak ini untuk menyusup ke smartphone dan mengumpulkan data pribadi sensitif memicu skandal besar yang melibatkan target-target berprofil tinggi, seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, rekan jurnalis Arab Saudi yang dibunuh, Jamal Khashoggi, dan para pemimpin oposisi di India.

“Pegasus dapat menyusup ke ponsel pintar orang yang menjadi target, mendapatkan akses ke data pribadi seperti pesan, email, foto, dan bahkan percakapan langsung. Investigasi Proyek Pegasus 2021 mengungkapkan bahwa lebih dari 50.000 nomor telepon di seluruh dunia dipantau oleh perangkat lunak ini, yang menyebabkan skandal besar,” kata Tanrikulu.

Skandal tersebut menyebabkan Amerika Serikat menambahkan NSO Group ke dalam daftar hitam. Kini, mereka menghadapi tindakan hukum dari perusahaan-perusahaan seperti Apple dan WhatsApp. Penggunaan Pegasus untuk memata-matai jurnalis, aktivis, dan politisi makin meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan siber dan privasi. 

4. Keamanan siber telah menjadi kebutuhan strategis bagi negara-negara di seluruh dunia

Ledakan Pager di Lebanon makin Mengekspos Aktivitas Siber Israelilustrasi peringatan sistem sedang diretas (freepik.com/DC Studio)

Meningkatnya ancaman digital yang menargetkan infrastruktur kritis membuat Tanrikulu menekankan bahwa keamanan siber telah menjadi kebutuhan strategis bagi negara-negara di seluruh dunia. Negara-negara harus memperkuat pertahanan mereka terhadap potensi serangan pada sistem perbankan, jaringan energi, dan proses pemilihan. Seruan untuk strategi keamanan siber nasional yang komprehensif makin mendesak. Tindakan cepat sangat penting untuk mengatasi ancaman yang semakin berkembang di era digital.

Situasi ini mengingatkan publik akan kerentanan yang ada dalam ketergantungan pada teknologi asing. Ini mendorong negara-negara seperti Türki untuk mempertimbangkan transisi ke solusi domestik di sektor-sektor kunci. Masyarakat internasional kini semakin memperhatikan bagaimana Israel memanfaatkan keahlian sibernya untuk mengatasi ancaman dinamis dan beragam yang semakin kompleks di era digital ini.

Lebih jauh lagi, insiden meledaknya pager di Lebanon menyoroti pentingnya kolaborasi antarnegara dalam menghadapi serangan siber. Banyak negara lain dapat belajar dari pendekatan Israel dalam membangun ekosistem keamanan siber yang kuat, termasuk pengembangan sumber daya manusia dan investasi dalam teknologi inovatif. Karena ketegangan di Timur Tengah meningkat dan ancaman yang lebih besar dari serangan siber, penting bagi negara-negara untuk memperkuat pertahanan siber mereka dan mengembangkan kebijakan yang komprehensif untuk melindungi infrastruktur kritis mereka.

Kejadian di Lebanon ini juga membuka diskusi mengenai etika dalam perang siber. Seiring dengan kemajuan teknologi, muncul pertanyaan tentang batasan moral yang harus dipatuhi dalam melakukan serangan siber. Dengan banyaknya korban jiwa dan dampak sosial dari insiden ini, perhatian terhadap implikasi kemanusiaan dari operasi siber semakin mendesak. Hal ini menunjukkan bahwa meski teknologi memberikan kekuatan baru, tanggung jawab etis tetap harus dijunjung tinggi.

Secara keseluruhan, peristiwa ini menegaskan bahwa keamanan siber bukan hanya masalah teknis, tetapi juga isu strategis dan etis yang memerlukan perhatian dan tindakan serius dari komunitas internasional. Sebagai negara yang memiliki kemampuan siber yang kuat, Israel berada di garis depan dalam mengatasi tantangan ini, tetapi juga harus berkomitmen untuk memastikan bahwa tindakan mereka tidak mengorbankan prinsip-prinsip kemanusiaan dan perdamaian.

Baca Juga: Israel Janji Serangan Udara Israel ke Lebanon Gak Akan Berakhir 

Reyvan Maulid Photo Verified Writer Reyvan Maulid

Penyuka Baso Aci dan Maklor

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya