TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peran Robot dalam Proses Pencarian dan Penyelamatan Tragedi 9/11

Atas inisiasi Dr. Murphy, robot sukses melancarkan aksinya

Ledakan yang terjadi setelah pesawat menabrak Menara Selatan (WTC 2), dari atap di sepanjang Church dengan Murray Street saat serangan 11 September (commons.wikimedia.org/rds323)

Intinya Sih...

  • Dr. Murphy dan timnya mengerahkan robot penyelamat ke Ground Zero saat tragedi 9/11, menunjukkan potensi besar dalam situasi darurat dan membuka peluang baru untuk teknologi di masa depan.
  • Penggunaan robot dalam pencarian dan penyelamatan dapat menggantikan tenaga manusia, menjelajahi area yang sulit dijangkau, memberikan hasil konsisten, dan membantu membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat.
  • Kendala-kendala dalam penggunaan robot seperti masalah komunikasi nirkabel, daya tahan baterai terbatas, serta perlunya pengembangan teknologi robot yang lebih tangguh dan adaptif dalam menghadapi kondisi lapangan yang ekstrem.

Masih segar dalam ingatan, pada 11 September 2001, 19 militan yang terhubung dengan kelompok ekstremis Islam al Qaeda membajak empat pesawat dan melancarkan serangan bunuh diri terhadap sasaran di Amerika Serikat. Dari 19 teroris tersebut, 15 di antaranya berasal dari Arab Saudi, 2 dari Uni Emirat Arab, 1 dari Lebanon, dan 1 lagi dari Mesir. Dua pesawat menabrak menara kembar World Trade Center di New York City, Amerika Serikat. Pesawat ketiga menghantam Pentagon di luar Washington, D.C. Sementara itu, pesawat keempat jatuh di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania. Hampir 3.000 orang tewas dalam serangan teroris 9/11 yang memicu serangkaian inisiatif besar di Amerika Serikat untuk melawan terorisme dan menentukan kendali saat masa kepresidenan George W. Bush.

Namun, ada insight menarik yang mungkin belum banyak diketahui. Dr. Robin Murphy, Ph.D., seorang profesor Ilmu Komputer di University of South Florida, membawa robot pencarian dan penyelamatan bersama tim mahasiswa pascasarjananya untuk bergabung dalam aksi penyelamatan di Ground Zero. Ini merupakan kali pertama robot digunakan dalam misi pencarian dan penyelamatan nyata di tengah reruntuhan menara kembar. Robot-robot tersebut dirancang untuk menelusuri puing-puing berbahaya dan sempit, mencari tanda-tanda kehidupan, serta membantu mengidentifikasi lokasi korban.

Penasaran tentang peranan robot dalam misi penyelamatan tragedi 9/11 di Amerika Serikat? Ayo, simak ulasan berikut ini!

1. Pertama kalinya, robot digunakan untuk operasi penyelamatan ke Ground Zero

Potret Ground Zero, 13 September 2001 atau dua hari setelah kejadian (commons.wikimedia.org/FEMA- Andrea Booher)

Ketika tragedi 9/11 terjadi, Dr. Robin Murphy dan timnya mengerahkan robot penyelamat ke Ground Zero dengan harapan teknologi ini dapat membantu dalam menemukan korban di antara reruntuhan. Ini merupakan penggunaan pertama robot terjun dalam operasi penyelamatan nyata. Saat itu, mereka menunjukkan potensi besar dalam situasi darurat, khususnya di lingkungan yang sangat berbahaya atau sulit diakses oleh tim penyelamat manusia.

Robot-robot tersebut mampu menjelajahi celah-celah kecil di reruntuhan yang tidak dapat dijangkau oleh manusia atau anjing penyelamat sehingga membuka peluang baru untuk teknologi di masa depan. Mereka berhasil menemukan sekitar 10 set jenazah yang membuat temuan ini makin memperlihatkan efektivitasnya dalam pencarian korban di lokasi yang berisiko tinggi. Meski saat itu teknologi ini masih relatif baru, momen tersebut menandai dimulainya era baru dalam penerapan robot di situasi darurat.

Baca Juga: Tiga Terduga Dalang 9/11 Ngaku Bersalah untuk Hindari Hukuman Mati

2. Minimnya tenaga manusia terlatih menjadi alasan robot penyelamat diterjunkan dalam misi pencarian

Petugas pemadam kebakaran memadamkan asap dari gedung yang terbakar (commons.wikimedia.org/Wikimedia)

Salah satu alasan kuat penggunaan robot dalam pencarian dan penyelamatan adalah minimnya tenaga manusia terlatih serta risiko tinggi yang dihadapi oleh tim penyelamat. Robot dapat menggantikan sebagian besar tugas penyelamatan, mengurangi kebutuhan tenaga kerja besar, dan mengurangi kelelahan serta kesalahan manusia (human error). Mereka juga dapat menjelajahi area yang tidak dapat diakses oleh manusia atau anjing penyelamat, seperti di puing-puing besar dan berbahaya.

Selain itu, robot dapat bekerja secara terus-menerus tanpa terpengaruh oleh kondisi fisik atau kelelahan sehingga memberikan hasil yang lebih konsisten dan andal dalam situasi kritis. Teknologi robotika juga memungkinkan pemantauan dan penilaian yang lebih mendetail dari area yang terkena dampak. Itu dapat membantu tim penyelamat membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat. Dalam situasi darurat, di mana waktu sangat amat berharga, kemampuan robot untuk menjangkau dan menganalisis lokasi yang sulit dijangkau dapat membuat perbedaan signifikan dalam menyelamatkan nyawa.

3. Robot kerap hilang akibat kegagalan komunikasi nirkabel

Jalur penerbangan empat pesawat yang dibajak yang digunakan dalam serangan teroris pada 11 September 2001 (commons.wikimedia.org/Moataz1997)

Terkadang, dalam penerapannya di lapangan, robot-robot ini pun tak berjalan mulus-mulus saja. Beberapa kendala muncul sepanjang proses penyelamatan, seperti masalah komunikasi nirkabel yang terganggu akibat medan yang penuh puing, daya tahan baterai yang terbatas, serta ketidakmampuan robot untuk beradaptasi dengan lingkungan yang tidak terduga. Misalnya, di Ground Zero, salah satu robot mengalami kegagalan total ketika antenanya rusak karena kontak dengan besi rebar yang menyebabkan hilangnya sinyal dan membuat robot tidak bisa melanjutkan tugasnya.

Selain itu, keterbatasan daya dan penggunaan kabel penghubung (tether) kian membatasi mobilitas robot. Hal ini menyoroti perlunya pengembangan lebih lanjut dalam komunikasi nirkabel yang lebih andal serta desain robot yang lebih tahan lama. Kendala-kendala ini menyoroti kebutuhan untuk terus mengembangkan teknologi robot yang lebih tangguh dan adaptif dalam menghadapi kondisi lapangan yang ekstrem.

4. Dr. Murphy mempunyai visi ke depan bahwa ingin ada robot penyelamat yang man-packable

ilustrasi robot penyelamat (pexels.com/LJ)

Dr. Murphy mempunyai visi ke depan ketika ada robot penyelamat yang man-packable. Ia mengusulkan agar robot dibuat lebih man-packable dan ringan sehingga bisa dibawa dengan mudah oleh tim penyelamat ke zona bencana hanya dengan satu atau dua ransel. Selain itu, robot-robot ini harus memiliki kemampuan navigasi yang canggih, adaptif terhadap lingkungan yang berubah-ubah, dan mampu beroperasi tanpa kabel penghubung yang membatasi pergerakan. Dengan desain yang lebih fleksibel dan teknologi canggih, robot tersebut diharapkan dapat menjangkau area yang sulit diakses, melakukan pencarian dengan efisien, dan memberikan data yang berguna dalam waktu yang sangat singkat. Murphy pun ingin robot yang dibuat dapat dengan mudah menjelajahi area sempit di antara puing-puing. Selain itu, teknologi kecerdasan buatan diharapkan dapat membantu robot dalam menganalisis kondisi lingkungan serta berkomunikasi dengan tim penyelamat untuk meningkatkan efisiensi pencarian korban.

Verified Writer

Reyvan Maulid

Penyuka Baso Aci dan Maklor

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya