5 Alasan Esports Tak Masuk sebagai Cabor Olimpiade Paris 2024

Beberapa game dianggap memuat unsur kekerasan #Olimpiade2024

Intinya Sih...

  • Esports belum masuk sebagai cabor resmi Olimpiade Paris 2024
  • IOC enggan memasukan esports karena beberapa game dianggap mengandung kekerasan
  • Esports sulit memiliki standarisasi yang jelas dan dipengaruhi oleh pandangan tradisional bahwa olahraga harus melibatkan aktivitas fisik

Olimpiade modern telah menjadi ajang olahraga multievent terbesar selama lebih dari seabad. Banyak cabor atau cabang olahraga yang dipertandingkan dan jumlahnya hampir selalu berubah-ubah di tiap edisi. Tetapi, sampai saat ini Komite Olimpiade Internasional (IOC) masih enggan melibatkan esports sebagai salah satu cabor resmi di Olimpiade. Di edisi Olimpiade Paris 2024, esports juga tak kunjung masuk sebagai salah satu cabor resmi.

Rencana memasukan esports sebagai cabor resmi di Olimpiade memang menuai pro kontra selama beberapa tahun terakhir. Sebagian pihak menganggap esports bukanlah olahraga prestasi. Sementara pihak lain menganggap esports adalah kompetisi olahraga modern yang tidak bisa dibendung. 

1. Kriteria dan persyaratan ketat dari IOC

5 Alasan Esports Tak Masuk sebagai Cabor Olimpiade Paris 2024cincin Olimpiade (olympics.com)

IOC memiliki kriteria ketat untuk memasukkan cabang olahraga baru. Esports masih dianggap belum memenuhi semua kriteria ini, termasuk aspek tradisi, universalisasi, dan aspek fisik dari olahraga. Sebagai informasi, cabor seperti bulutangkis saja perlu menunggu waktu puluhan tahun lamanya untuk bisa masuk sebagai cabor resmi Olimpiade. Dengan begitu, dapat kita lihat bagaimana ketatnya aturan IOC bagi cabor baru untuk bisa dipertandingkan di Olimpiade. Esports punya dinamika yang begitu kompleks sehingga sulit untuk bisa menembus pesta olahraga 4 tahunan tersebut. 

Baca Juga: 3 Fakta Menarik Upacara Pembukaan Olimpiade Paris 2024

2. Beberapa game esports dianggap memuat konten kekerasan

5 Alasan Esports Tak Masuk sebagai Cabor Olimpiade Paris 2024Valorant, salah satu game esports (dok. Riot Games/Valorant)

Esports sangat digemari oleh Gen Z dan milenial. Sayangnya, sebagian pihak masih menganggap esports tidak mencerminkan sportivitas. Dilansir laman South China Morning Post, IOC masih enggan memasukan esports karena beberapa game dianggap mengandung unsur kekerasan serta tidak sesuai dengan nilai-nilai Olimpiade itu sendiri. Beberapa game esports, seperti Dota 2, League of Legends, dan Valorant memang memuat konten pertarungan. Inilah sesuatu yang dianggap kurang sesuai dengan syarat untuk masuk sebagai cabor Olimpiade. 

3. Esports belum memiliki organisasi tunggal yang terpusat

5 Alasan Esports Tak Masuk sebagai Cabor Olimpiade Paris 2024logo IESF, salah satu federasi esports dunia (iesf.org)

Berbeda dengan olahraga lain yang punya organisasi induk tunggal, esports masih belum memiliki federasi tunggal di tingkat internasional. Hal ini menjadikan esports sulit memiliki standarisasi yang jelas. Banyaknya organisasi esports internasional membuat kompetisi menjadi terpecah-pecah. Esports Juga mencakup berbagai jenis game dengan aturan dan mekanisme yang berbeda-beda. Inilah yang membuatnya tidak mudah untuk dipaketkan menjadi satu cabang olahraga yang koheren.

4. Oleh sebagian orang, esports dianggap bukan olahraga sejati

5 Alasan Esports Tak Masuk sebagai Cabor Olimpiade Paris 2024turnamen Valorant (riotgames.com)

Ada pandangan tradisional bahwa olahraga harus melibatkan aktivitas fisik. Meski esports memerlukan keterampilan tinggi dan reaksi cepat, sebagian orang masih ragu untuk menganggapnya sebagai olahraga sejati. Anggapan ini terus menimbulkan perdebatan. Selain itu, banyak game esports dikembangkan oleh perusahaan komersial. Sedangkan, IOC cenderung berhati-hati terhadap unsur komersial dalam Olimpiade.

5. Banyaknya game esports membuatnya sulit untuk diseleksi

5 Alasan Esports Tak Masuk sebagai Cabor Olimpiade Paris 2024Dota 2, salah satu game esports (dok. Valve Corporation/Dota 2)

Industri esports berkembang sangat pesat dengan game-game dan genre baru terus bermunculan. Hal ini membuat IOC sulit untuk memilih game mana yang akan dipertandingkan. Akan terjadi banyak protes dari para penggemar jika game favorit mereka tidak masuk Olimpiade ketika game pesaing ternyata masuk. 

Selain itu, masih ada anggapan kalau esports bukanlah aktivitas menyehatkan. Intensitas bermain game esports yang tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan, seperti gangguan penglihatan, obesitas, dan masalah postur tubuh. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampak kesehatan jangka panjang bagi atlet esports.

Meski belum bisa masuk sebagai cabor resmi Olimpiade Paris 2024, dalam beberapa tahun terakhir esports terus berkembang pesat. Menurut laman Olympics.com, IOC akan mengadakan Olympics Esports Games pada 2025 di Arab Saudi. Namun, masih belum diketahui game apa saja yang akan dipertandingkan pada event tersebut. 

Baca Juga: 6 Cabang Olahraga Tertua di Olimpiade, Sudah Ada sejak Zaman Kuno

Hilman Azis Photo Verified Writer Hilman Azis

I love tech, game, and...movie

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya