TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Protagonis Final Fantasy yang Bernasib Tragis pada Akhir Cerita

Ada yang mati, lho!

Clive Rosfield (dok. Square Enix/Final Fantasy XVI)

Intinya Sih...

  • Clive Rosfield, protagonis Final Fantasy XVI, berjuang balas dendam dan menyelamatkan dunia, namun akhirnya mengorbankan dirinya tanpa kepastian nasib.
  • Tidus dari Final Fantasy X harus menghilang bersama Aeons setelah mengalahkan Sin, meninggalkan Yuna dalam perpisahan yang menyedihkan.
  • Noctis Lucis Caelum dari Final Fantasy XV harus mati untuk menghentikan wabah Starscourge dan membawa perdamaian baru ke dunia.

Final Fantasy adalah role-playing game (RPG) paling terkenal dari Square Enix. Waralaba game ini selalu menghadirkan cerita bertema fantasi yang epik. Tak mengherankan jika ia memiliki salah satu fanbase game terbesar.

Meski ceritanya bertema kepahlawanan yang epik, tidak semua karakter utama Final Fantasy punya akhir bahagia bak dongeng Disney. Ada beberapa protagonis Final Fantasy yang bernasib tragis karena harus berkorban untuk kebahagiaan orang lain. Ingin tahu siapa saja para protagonis tragis tersebut? Yuk, simak di bawah ini!

1. Nasib Clive Rosfield masih menggantung setelah melawan Ultima (Final Fantasy XVI)

Clive Rosfield sekarat di ending game. (dok. Square Enix/Final Fantasy XVI)

Clive Rosfield adalah protagonis di judul utama terbaru, Final Fantasy XVI (2023). Ia adalah Dominant, istilah dalam game untuk wadah dari monster astral. Mengemban misi balas dendam orang yang telah membunuh adiknya, ia akhirnya malah menjadi penyelamat dunia dari kekuatan jahat, Ultima.

Sejak awal petualangannya, Clive memang tidak pernah mengimpikan momen bahagia. Itulah yang membuatnya kuat dan berani menghadapi segala tantangan. Namun, akhirnya ia menemukan kebahagiaan di tengah petualangannya. Itu membuat pengorbanannya di akhir game menjadi kisah bittersweet tersendiri.

Pada akhir game, Clive bertarung seorang diri melawan Ultima. Meski menang, Clive harus membayar mahal karena ia terlihat tak berdaya dengan tubuh mulai hancur seperti pasir di akhir game. Game berakhir tanpa ada konfirmasi tentang nasib dari Clive. Apakah Clive hidup atau mati? Itu tergantung imajinasi gamer. 

2. Tubuh Tidus perlahan lenyap karena materialisasi dari kekuatan astral (Final Fantasy X)

Perpisahan Tidus dan Yuna yang mengharukan sebelum tubuh Tidus lenyap. (Dok. Square Enix/Final Fantasy X)

Dalam Final Fantasy X (2001), Fayth adalah jiwa para manusia yang bertarung melawan Sin. Terperangkap dalam patung untuk selamanya, Fayth menggunakan kekuatan mereka sebagai summoner untuk memanterialisasikan keinginan mereka menjadi makhluk hidup di Spira. Tidak hanya para Aeons, di pertengahan game, terungkap jika Tidus, sang karakter utama, juga merupakan materialisasi dari pikiran Fayth.

Karena hal tersebut, kekalahan Yu Yevon dan Sin pada akhir cerita Final Fantasy X menyebabkan Tidus bersama Aeons menghilang menuju alam Farplane. Adegan perpisahan Tidus dengan kekasihnya, Yuna, merupakan salah satu momen paling mencabik hati di seluruh seri Final Fantasy. Kisah romansa mereka yang indah harus diakhiri dengan perpisahan yang mengharukan. Untungnya, sekuel Final Fantasy X-2 (2003) yang merupakan sekuel langsung memberikan kesempatan untuk Yuna bisa bertemu lagi dengan Tidus.

Baca Juga: 5 Game Strategi yang Mirip Final Fantasy Tactics

3. Noctis mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan dunia (Final Fantasy XV)

Noctis dan Lunafreya bertemu kembali di alam kematian. (dok. Square Enix/Final Fantasy XV)

Final Fantasy XV (2016) punya premis unik, yakni fantasy based on reality. Itu membuat ceritanya lebih dewasa dan realistis. Noctis Lucis Caelum adalah karakter utama yang terbilang tragis. Dalam Kingsglaive: Final Fantasy XV (2016), ia kehilangan kerajaan serta ayahnya karena serangan negara lain. Lalu, di game utama, ia juga kehilangan kekasihnya yang dibunuh sang villain, Ardyn Izunia. Noctis akhirnya bertekad untuk mengalahkan Ardyn dan mengakhiri wabah Starscourge yang ia bawa.

Sayangnya, mengalahkan Ardyn dalam pertarungan saja tidak cukup. Noctis juga harus menghancurkan tubuh astral Ardyn untuk menyelamatkan dunia dari wabah Starscourge. Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan menggunakan kekuatan penuh dari Ring of Lucii. Namun, menggunakan kekuatannya secara penuh bakal menghisap jiwa sang pengguna.

Noctis menerima perannya untuk mati dalam pengabdian, mengorbankan dirinya untuk menghancurkan Ardyn, Starscourge, dan Ring of Lucii. Pengorbanan Noctis berhasil membawa dunia ke era perdamaian baru. Noctis harus meninggal pada akhir game. Setidaknya, ia dapat bertemu lagi dengan Lunafreya di alam kematian. Mereka bahkan terlihat bahagia di epilog.

4. Class Zero bertarung hingga penghabisan untuk menyelamatkan dunia (Final Fantasy Type-0)

Rem dan Machina menemukan jasad para kadet Class Zero. (dok. Square Enix/Final Fantasy Type-0 HD)

Final Fantasy Type-0 (2011) adalah spin-off dengan vibes cerita berbeda. Ia membawa cerita yang lebih kelam dan suram, lengkap dengan adegan berdarah-darah juga. Tak mengherankan jika akhir dari cerita ini gak indah kisah dongeng Disney. Game berfokus pada peperangan empat negara yang dipicu perebutan Kristal. Karakter utama game ini adalah Class Zero, kelas kadet spesial yang punya kekuatan menggunakan sihir tanpa adanya kekuatan Kristal.

Perjuangan mereka untuk menyelamatkan dunia dan menghentikan perang akhirnya berbuah manis. Sayangnya, itu harus dibayar mahal dengan kematian mereka. Karena mengorbankan jiwa mereka untuk mengalahkan musuh utama, The Rursan Arbiter. Adegan Rem dan Machina menemukan jasad mereka saling bergandengan tangan pada akhir game jadi salah satu adegan paling menyedihkan dalam sejarah game.

Verified Writer

Mito Rudito

Seorang guru SD yang hobi menulis tentang apa yang dia sukai

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya