Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau Indah

Como mulai berbenah usai dipastikan lolos Serie A

Jakarta, IDN Times - Jika membicarakan soal Como, kliub sepak bola tentu tak akan muncul pertama kali dalam pikiran. Danau dan cuaca sejuk adalah hal yang terbayang dari sini. Namun, pada 2024, sebuah sejarah tercipta.

Setelah menanti sekitar 21 tahun, Como akhirnya merasakan lagi mentas di Serie A. Kepastian itu didapat setelah mereka dipastikan finis di posisi kedua Serie B 2023/24. Mereka lolos langsung ke Serie A musim depan bersama Parma.

Dengan begini, Como sekarang tidak hanya memiliki danau indah saja. Mereka pun punya tim sepak bola yang bergeliat. Di balik geliat itu, ada peran keluarga Hartono sebagai pemilik. Ada juga Mola yang jadi salah satu sponsor Como.

IDN Times pun memiliki kesempatan untuk berbincang dengan Official Representative Como, Mirwan Suwarso, mengenai bagaimana manajemen mengelola klub dan mengantarkannya merangkak ke Serie A, setelah sempat mengalami turbulensi. Perjuangan mereka sangat panjang.

Bisa diceritakan perjalanan Como, sampai akhirnya bisa lolos ke Serie A? Kuncinya apa?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahComo 1907, klub Italia milik Hartono bersaudara yang promosi ke Serie A 2024/2025 (Instagram.com/comofootball)

Pertama-tama tahun pertama mungkin tahun 2019 pas kita beli, nah ini saya akui kita hoki ya. Baru kita beli tiga bulan mereka langsung promosi (ke Serie C). Yang kita lakukan di situ hanya menjanjikan kestabilan pembayaran gaji.

Tapi saya ingat sih, dari tahun 2019 pas kita beli itu, satu kita bayar utang. Kedua, kita memastikan gaji lancar, ketiga memberikan tempat latihan yang tetap. Jadi di Serie C itu kita bener-bener mulai merapikan infrastruktur.

Makanya CEO yang kita taruh disitu di awal fokusnya bisnis dan penataan administrasi dan bisnisnya itu dulu saja supaya kita bisa menjadi suatu perusahaan. Setelah kita lolos ke B itu waktu itu kita meningkatkan pengertian sepak bola lah mencari orang yang lebih mengerti sepak bola.

Kita menggunakan sistem data dan analitik, dan dari situlah baru kita bisa melihat pola apa yang kita akhirnya gunakan untuk mengejar promosi ke Serie A. Jadi mungkin kuncinya itu sih, orang yang bagus. Kedua, pakai sistem analisis yang objektif, jadi tidak ada bias-biasnya lagi.

Sekarang juga kita PR-nya masih membetulkan infrastruktur tim. Makanya, kita merekrut Osian Roberts. Dia Direktur Teknik yang membuat Wales menjadi seperti sekarang. Dia membangun pola pelatihan pendidikan pelatihnya dulu, sehingga Wales punya pelatih-pelatih dari usia dini sampai usia senior yang bagus.

Roberts juga melakukan hal yang sama di Maroko. Itu kan dia juga membangun piramida pendidikan pelatih dan pemain. Jadi, ini yang akan kami lakukan di Como sekarang. Supaya, kami bisa membina pelatih dari bawah ke atas, termasuk juga bagaimana caranya kita bisa menarik pemain muda dari Como.

Baca Juga: Como 1907 Incar Pemain Berdarah Indonesia

Nah, selanjutnya ada tantangan-tantangan lain tidak yang ditemui saat mengurus Como, selain soal manajemen yang memang harus dibenahi?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahSuporter Como 1907, klub Italia yang promosi ke Serie A Liga Italia 2024/2025 (instagram.com/comofootball)

Banyak banget. Meskipun kita grup Djarum, yang kalau orang di sini bilang, "Wah Djarum duitnya banyak!" gitu. Tapi, Djarum duitnya banyak karena mereka pintar mengelola. Enggak buang-buang duit gitu.

Jadi pada saat kita masuk ke Como, di mana manajemen pun belum yakin. Lu mau ngapain sih di Como gitu? Ngapain sih? Anggaran kita kecil banget. Sehingga kita harus bagaimana caranya, sudah dibilang pemiliknya, di sana orang Italia juga tahu kan, pemiliknya Como orang terkaya di Indonesia.

Saat itu dikira kita pasti mau jor-joran beli pemain. Enggak, kita enggak ngelakukan itu. Kita enggak jor-joran beli pemain. Kita membenahi infrastruktur, dan perlahan-lahan mereka baru lihat, oh ini ternyata mereka bukan mengejar ego dan gengsi. Mereka benar-benar membangun usaha.

Dan, perlu dilihat usaha ini kita kaitkan dengan kesejahteraan masyarakat lokalnya juga. Itu yang mereka lihat, dan akhirnya setelah tiga tahun kali ya, baru mereka percaya sama kita. Kita sudah dianggap keluarga sama mereka.

Jadi kalau di Italia itu saya lihatnya, kalau kita udah diajak diundang makan malam atau makan siang ke rumah mereka, kita sudah jadi bagian dari mereka. Dan itu baru kejadian setelah empat tahun kita mengurus Como.

Sebelum itu, ah susah. Kita mau melakukan apa saja pasti kita cuma dimaki-maki doang. Atau kalau di koran juga selalu dicurigai lah, ini maunya apa sih. Jangan-jangan mereka cuma mau merapikan terus dijual. Enggak pernah percaya gitu, baru setelah mereka ngelihat kita serius, mereka jadi lebih terbuka.

Kita juga pernah dapat ancaman dari suporter. Kita pernah dikepung tidak bisa keluar stadion, diancam, dimaki-maki, ya kenyang juga kita semuanya. Tetapi ya itulah namanya sepak bola. Selalu ada opini dan selalu ada yang marah. Selalu ada yang senang. Yang penting kita kerja saja sudah terus.

Kemudian, kenapa dari sekian banyak klub yang ada, Djarum akhirnya memilih Como?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahInstagram

Kebetulan waktu itu kan kita sebenernya mencari tempat buat menempatkan pemain Garuda Select supaya punya pengalaman bertanding kompetisi yang benar. Sehingga kita mencari kota yang dekat kota besar.

Kenapa? Ya saya tidak mau jalan-jalan ke desa lah, capek, kan sudah mengalami ke Birmingham tuh di Garuda Select, kapok saya. Kota besar saja lah begitu. Makanya kita lihat-lihat yang dekat sama Milan, dekat Roma begitu, dan kita tidak mau keluar duit banyak, kita cari yang bangkrut.

Kebetulan ada pilihannya Como atau Pro Vercelli. Saya lihat Pro Vercelli di tengah padang padi. Sedangkan kalau Como kan jalan 30 menit dari Milan, dan tempatnya enak, jadi kita pilih ke situ.

Syukur sekarang sudah promosi ya, tetapi apakah masih ada pekerjaan rumah?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahPemain Como saat merayakan gol. (instagram.com/spaziocomo)

Alhamdulillah sudah promosi tapi belum untung. Kerjanya masih banyak lagi supaya bisa jadi untung. Kenapa? Karena biaya pengelolaan klub di Serie B itu untuk bersaing lebih besar dari pemasukan yang kita terima, itu pasti itu.

Sekarang bagaimana pemasukan dari klub ini dari sisi bisnisnya bisa menghasilkan uang lebih banyak daripada yang kita keluarkan, itu PR nya.

Kalau sudah lolos Serie A, jadi lebih mudah karena pemasukan dari TV-nya juga jauh lebih gede. Kalau di Serie B itu kita semua dikasih tujuh juta euro. Kalau kita mainkan banyak pemain muda asal Italia, pasang dapat subsidi tambahan maksimal sampai 10 juta euro.

Rata-rata klub Serie B budgetnya itu sampai 22 juta-an. Jadi kan sudah 12 juta euro minus itu sebelum penonton, sebelum sponsor, dan lain-lain.

Di Serie A, dari TV-nya saja sudah dapat 30 juta euro minimal. Belum lagi dengan posisi berakhir di mana, itu bisa bikin pemasukan makin besar. Maka kita bisa lihat klub-klub kayak Verona, Empoli, Frosinone, Lecce, gaji mereka itu di bawah pemasukan TV 22 juta, 25 juta. Meskipun ada biaya-biaya lain, tapi ruginya gak bakal gede-gede amat.

Terus uniknya lagi, makin lama di Serie A makin gede tambahannya. Berarti kan Inter Milan, Juventus, semua ya (dapat hak siar lebih besar). Terus ada satu lagi porsi berdasarkan jumlah penonton. San Siro 80 ribu kapasitas, Olimpico 50 ribu kapasitas, Como 8.000 kapasitas. Itu sudah jauh banget gitu.

Kalau bicara begitu ada indikasi dong Como akan membenahi stadion? Apalagi kan lokasi dekat danau juga?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahComo 1907 (instagram.com/comofootball)

Kita lagi dalam proses untuk membangun stadion baru. Kita baru masukin aplikasi untuk pembangunan, Wali Kota udah mendukung, Senat juga sudah mendukung. Target kita adalah membangun stadion baru kapasitas 15.100. Cukuplah buat kota Como.

Tapi, yang utama mungkin ini akan jadi stadion pertama di dunia yang tidak akan disebut sebagai stadion. Tapi, dia akan dianggap sebagai venue atau city center baru yang mengundang atau untuk melayani turis. Isinya adalah restoran, F&B, dan macam-macam yang bisa melayani turis yang datang ke Como.

Ini yang akan membuat Como jadi bisa bersaing di Serie A adalah program-program tourism. Bahkan kalau wisatanya ini jalan enggak ngaruh, di Serie A, B, atau C, bodo amat. Ini pasti akan jalan dan lebih menghasilkan uang.

Nah di tahun pertama musim depan, kira-kira targetnya apa buat Como?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahPerayaan Como 1907 promosi ke Serie A (Instagram @comofootball)

Target yang kita berikan ke tim adalah posisi 10 ya, kadang-kadang kita bilangnya mimpi setinggi-tingginya, jatuh ke bawah masih enggak apa-apa gitu. Jangan kita bilang survive, posisi 17, mindset mereka langsung tertekan gitu.

Jadi, kita selalu seperti itu. Waktu awal Oktober pas saya ambil alih kontrol semua tim, saya bilang target waktu itu juara Serie B. Langsung turun jadi peringkat dua kan ya. Coba kalau gue bilang target peringkat empat atau tiga, mungkin di bawahnya lagi.

Untuk memenuhi target 10 besar itu, kira-kira ada bintang tidak yang bakal didatangkan Como?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahAdrian Semper (twitter.com/Como_1907)

Kita tidak mencari bintang sih. Kita mencari pemain yang efisien dan efektif dan langsung bisa bersaing. Itu lebih sulit daripada mencari pemain bintang, karena kalau mencari pemain bintang, kita bisa dapat nama tapi belum tentu dapat prestasi. Belum tentu, dia bisa nyambung sama core team yang kita punya.

Jadi (Cesc) Fabregas pertama hal yang dilakukan karena dia kan sudah punya lisensi, harapan kita musim depan dia akan menjadi pelatih kepala. Yang pertama kita lakukan adalah merekrut asistennya dia, Paulo Fonseca, dari Lille. Diego siapa namanya lupa. Itu sudah langsung kita ambil kemarin. Jadi tim dia, kita solidin dulu.

Lalu, sekarang kita identifikasi pemain apa saja sih yang dia perlukan. Kita dari Januari kemarin sudah mengambil beberapa pemain yang kita tahu mampu main di Serie A. Terutama Gabriel Strefezza dari Lecce, Eduardo Goldaniga dari Cagliari. Plus kita sudah punya Simone Verdi dan Daniele Baselli yang juga punya pengalaman Serie A. Ada juga Adrian Semper, kiper kita dari Genoa.

Intinya kita perlu striker, kita perlu bek kanan, kita perlu bek tengah sebelah kiri, dan kita perlu dua gelandang, nomor 8 dan 6. Tapi yang sifatnya dinamis, agresif dan bisa, karena gaya main yang diusung Fabregas memang pressing tinggi.

Jadi kita mencari pemain-pemain dengan kriteria seperti itu. Caranya bagaimana? Kita pakai data dan analisis. Kita punya database kurang lebih 50 ribu pemain lah seluruh dunia yang bisa kita kaji. Kita ada banyak pemantau bakat juga.

Harapan saya dalam waktu dua sampai tiga bulan ini, sudah lengkap lah harusnya, Jangan sampai Serie A mulai, pemain belum terkumpul gitu. Tapi yang pasti kita jaga profitability. Jadi saya enggak bisa belanja gaji pemain gede-gede. Pasti semuanya efisien, harus efisien semua.

Akankah mendatangkan bintang-bintang untuk memperkuat Como nantinya? Termasuk merekrut para pemain keturunan Indonesia?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahThom Haye (Instagram/thomhaye)

Susah, susah. Mengenai Thom Haye gitu ya, gue kenal Thom, saya kenal baik dia, gitu kan. Kita udah sering mengobrol juga, karena saya mau merekrut dia waktu di Serie B. Gaya permainan Thom cocok untuk di Serie B, tapi tidak Serie A.

Di waktu gue mau ngambil Thom di Serie B itu, klubnya enggak mau ngelepas kan, si Heerenveen gak mau ngelepas. Jadi, kita ngambil dua pemain lain. Sekarang kita punya posisi gelandang, saat ini ada Baseli yang senior, ada Mathias Bramoder muda. Kone muda tapi lagi cedera, jadi kita lepas. Karena dia cedera jangka panjang.

Terus ada Oliver Albilgaard, itu juga pemain Denmark, bekas dari Hellas Verona, jadi punya pengalaman seri A juga. Lalu kita punya pemain muda, Fabio Rispoli, umur 17 tahun tapi sudah dilirik masuk ke Timnas Junior, enggak mungkin saya lepas juga.

Nah yang kita perlukan adalah dua pemain gelandang yang bisa memenuhi gaya permainannya Fabregas yang penuh stres, pressing, agresif. Dia perlu minta pemain yang seperti itu. Nah itu kebetulan pemain Timnas yang dinaturalisasi tipe-tipenya bukan seperti itu.

Thom lebih suka di belakang, main bola-bola panjang yang sangat akurat gitu kan. Kalau disuruh pressing itu bukan gamenya dia. Kasihan dia juga, enggak bakal main ya. Enggak mungkin kita bisa merekrut dia

Untuk center back, kita perlu yang pengalaman karena sudah punya bek muda Cas Odenthal, itu seusia dengan Jay Idzes. Kita punya Federico Barba yang pernah main di Serie A dan pernah main di luar, dan juga ada Eduardo Goldaniga, jadi kita punya tiga nih center back

Yang kita perlukan sekarang adalah center back yang pengalaman yang cepat tinggi, kuat, di udara tapi karena kita pressing tinggi dia harus bisa punya speed yang amat sangat kuat untuk bisa lari ke belakang. Dan itu bukan Jay begitu.

Meskipun Jay Idzes bagus di atas untuk apa pas corner kick, untuk ngegolin bagus, tapi enggak perlu pemain seperti itu tipenya jadi beda tapi kita lihat saja.

Ada potensi buat pemain muda Indonesia trial di Como?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahWelber Jardim selepas latihan, Jumat (24/5/2024). (IDN Times/Tino).

Untuk saat ini secara jujur, kalau kita pantau dari datanya mereka, gap untuk bisa langsung masuk ke Serie A terlalu jauh. Yang kita butuh itu kan pemain yang bisa langsung main. Saya enggak bisa menyimpan mereka itu di tim U-19.

Kenapa? Di Italia itu pemain asing itu dihitungnya kolektif satu klub. Jadi saya taruh di tim U-17, U-18, atau U-19, akan memotong jatah asing di tim utama. Jadi mau tidak mau prioritas kita, kalau misalnya ada pemain dari luar Eropa, kita mengejar Brazil, Kroasia yang sudah pasti bisa begitu (langsung main).

Apalagi kan waktu saya mengurus Garuda Select, pemain Indonesia itu enggak bisa sendiri. Harus berdua atau bertiga begitu. Kalau mereka ditaruh semua di tim junior, susah.

Baca Juga: Como Tak Mungkin Rekrut Thom Haye dan Jay Idzes Musim Depan

Nah, Fabregas kan perannya begitu, kalau Thierry Henry bagaimana nih? Perannya dia bagaimana?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahThierry Henry (arsenal.com)

Ada beberapa hal. Yang pertama, kami selalu teleponan ya. Henry dan Fabreags juga selalu kontak-kontakan dan sharing informasi, bahas strategi. Kadang-kadang menonton video pertandingan bareng, menganalisis pertandingan bareng. Jadi mereka sangat akrab lah keduanya itu. Dia juga bantu memantau pemain, mencari pemain.

Lalu, Henry juga ke arah yang lebih ke komersial. Itu dia aktif banget, bantu kita urus Como fesyen, brandingnya, urusan pakaian-pakaian. Gila deh, benar-benar dia ngurusin banget itu semuanya. Desainer mana yang harus kerja sama sama Como, itu dia rajin, rajin banget itu.

Terakhir, proyek ke depan apa yang akan Como kejar, setidaknya 10 sampai 20 tahun ke depan?

Como 1907, Kala Sepak Bola Menikah dengan Danau IndahPerayaan Como 1907 promosi ke Serie A (Instagram @comofootball)

Ya utamanya kita mengejar keuntungan itu dulu ya, kalau sudah untung kita bisa melakukan macam-macam. Tapi target kita tahun ini kalau bisa mengejar posisi 10.

Dalam lima tahun, kalau bisa Como masuk kompetisi Eropa. Jadi, itu target yang kita tetapkan bagi tim pelatih.

Baca Juga: Como 1907 dan Proyek Baru Bernama Soccer Tourism

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya