Timnas Inggris dan Arogansi Jargon "It's Coming Home"

Awalnya diambil dari lirik lagu satire #EURO2024

Sejak memenangkan Piala Dunia 1966, timnas sepak bola pria Inggris kesulitan meraih gelar susulan. Mereka memang tak kesulitan untuk menembus putaran final turnamen mayor macam Piala Dunia dan Euro, tetapi jarang meraih prestasi mentereng. Semua berubah sejak Gareth Southgate datang pada akhir September 2016 menggantikan Roy Hodgson. Inggris akhirnya mencapai semifinal Piala Dunia 2018 setelah 28 tahun dan untuk pertama kalinya berlaga di final Euro pada edisi 2020.

Pencapaian ini disambut baik suporter The Threen Lions. Jargon "football's coming home" ramai digaungkan saat itu. Bahkan, sampai Piala Dunia 2022, suporter Inggris masih percaya timnya bakal melaju jauh di turnamen bergengsi tersebut. Bagaimana tidak? Inggris dikenal sebagai rumah untuk liga sepak bola terbaik di dunia dan sempat dipercaya sebagai tempat lahirnya sepak bola. Alasan terakhir berhasil dibantah oleh sejarawan yang menemukan bahwa pertandingan sepak bola pertama digelar di China sekitar 2000 tahun lalu.

Tak pelak, banyak orang beranggapan kalau jargon itu terdengar arogan. Tentu kamu sudah familier dengan istilah overproud (bangga berlebih). Benarkah itu yang sedang menjangkiti pendukung Timnas Inggris, bahkan di Euro 2024? Mari kupas lebih jauh.

1. Jargon "football is coming home" awalnya adalah potongan lirik sebuah lagu satire

https://www.youtube.com/embed/RJqimlFcJsM

Jargon "football's coming home" yang berarti sepak bola akan pulang (ke tempat di mana ia lahir, yakni Inggris) muncul pertama dalam sebuah lagu berjudul "Three Lions" yang dipopulerkan David Baddiel, Frank Skinner, dan The Lightning Seeds pada 1996. Lirik aslinya sebenarnya sarat sindiran dan satire untuk Timnas Inggris yang langganan gagal di turnamen-turnamen mayor.

Lagu patah hati yang penuh keresahan dan ketidakberdayaan itu sempat dimodifikasi liriknya pada 1998 dengan menambahkan Gareth Southgate dalam lirik. Saat itu, ia masih berstatus pemain dan jadi pesakitan setelah gagal mencetak gol saat adu penalti dengan Jerman pada semifinal Euro 1996.

Siapa sangka, 20 tahun kemudian, Southgate jadi pelatih yang berhasil memperbaiki performa Timnas Inggris. Sejak itu, jargon tersebut dan alternatifnya seperti "it's coming home" selalu menghiasi atribut suporter Timnas Inggris di berbagai turnamen. Puncaknya terjadi saat Inggris berhasil mencapai final Euro 2020. Apalagi, saat itu partai final diselenggarakan di Stadion Wembley. Dukungan dan optimisme begitu kuat, tetapi Inggris harus puas jadi runner-up.

2. Pundit dan jurnalis Inggris bikin jargon itu terdengar menyebalkan

Timnas Inggris dan Arogansi Jargon It's Coming HomePemain Timnas Inggris di Euro 2024. (instagram.com/england)

Meski disadur dari lagu satire, jargon "it's coming home" ternyata menyebalkan didengar, terutama oleh pendukung tim lawan Inggris. Jurnalis dan pundit asal Inggris biang keroknya. Tahu sendiri, Inggris menguasai industri media dunia bersama Amerika Serikat. Pundit dan jurnalis olahraga asal Inggris juga bertaburan di berbagai saluran televisi global. Sayangnya, bukannya netral seperti seharusnya, mereka justru menebar optimisme berlebih soal Timnas Inggris.

Sebuah testimoni menarik datang dari Slaven Bilic, mantan pemain asal Kroasia yang pernah bermain di Inggris dan kini berkarier jadi pelatih. Bilic seperti diwawancara Stuart James dari The Athletic mengatakan bahwa tendensi overproud suporter Inggris pada Piala Dunia 2018 berlebihan. Mereka berada di Grup G yang lumayan mudah sehingga bisa meraih 6 poin dari Tunisia dan Panama. Pada fase gugur lawan mereka juga dapat lawan yang tak begitu sukar, yakni Kolombia dan Swedia.

Saat lawan Kolombia, Inggris pun harus melalui adu penalti. Barulah pada semifinal, mediokritas Inggris langsung terlihat saat harus berjumpa Kroasia. Performa mereka di Euro 2020 bisa dibilang lebih baik. Saat itu, Inggris berhasil melewati lawan-lawan tangguh macam Kroasia dan Jerman. Meski harus diakui, pada babak perempat final dan semifinal, lawan mereka tak bisa dibilang berat, yaitu tim kuda hitam macam Ukraina dan Denmark.

3. "It's coming home" tak lagi membahana di Euro 2024

Timnas Inggris dan Arogansi Jargon It's Coming HomeJude Bellingham (tengah) saat lakukan tendangan voli ke arah gawang Slovakia di Euro 2024. (instagram.com/england)

Gegap gempita jargon "it's coming home" sempat menguar di Piala Dunia 2022, tetapi meredup di Euro 2024. Ini terjadi karena selama gelaran Euro 2024 berlangsung, Inggris jadi salah satu tim yang paling sering dihujat dan jadi bahan meme karena gaya bermain mereka yang dianggap membosankan. Inggris memang bukan tipe juara bertahan macam Italia, Spanyol, dan Prancis, tetapi mereka salah satu tim yang hampir selalu lolos kualifikasi dan fase grup.

Bukan lawan yang bisa disepelekan, permainan mereka yang tidak menarik buat ditonton itu di Euro 2024 tetap memungkinkan Harry Kane dkk. melaju ke perempat final usai menaklukan Slovakia 2-1. Sempat tertinggal 0-1, karier Southgate terselamatkan oleh dua gol Jude Bellingham dan Harry Kane pada waktu tambahan. Taktik Southgate di Euro 2024 memang kalah dibanding eksotisme gaya bermain Georgia, Spanyol, Turki, Slovakia, dan Rumania. Namun, Southgate berhasil membungkam kritik atas pendekatan pragmatisnya dengan kemenangan demi kemenangan.

Sebagai brand, The Three Lions juga punya nilai komersial tinggi. Tak hanya punya suporter di dalam negeri, mereka juga menarik minat pendukung dari negara lain. Terlepas dari kesan arogan dan overproud yang muncul dari jargon "football's coming home" yang juga belum terwujud, popularitas Timnas Inggris memang di atas rata-rata. Apapun hasil yang mereka dapat dari turnamen mayor tak akan mengurangi jumlah fans setia mereka. Kultur sepak bola yang kuat jadi kunci di sini.

Baca Juga: 3 Pemain Inggris Termuda yang Tampil di Fase Gugur Turnamen Mayor

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Atqo

Berita Terkini Lainnya