Hampir Tak Ada Pesepak Bola Kulit Hitam di Timnas Argentina, Kenapa?

Berkaitan erat dengan doktrin nation-building

Mengiringi kelolosan Argentina ke final Copa America 2024, pernahkah kamu bertanya, mengapa tak ada satu pun atlet mereka yang berkulit hitam? Padahal, secara geopolitik, mereka terletak di kawasan yang sama dengan Brasil, Venezuela, Bolivia, Kolombia, dan Paraguay yang punya banyak atlet kulit hitam di tim sepak bola mereka.

Dalam buku berjudul Slavery in Argentina, Erika Edwards juga menyebutkan, perdagangan budak kulit hitam asal Afrika pernah jadi bisnis utama di Buenos Aires pada 1580—1640. Namun, alih-alih masuk jadi bagian dari timnas sepak bola mereka, apa yang bikin populasi kulit hitam di Argentina hampir tak terdeteksi saat ini?

1. Warga kulit hitam hanya mengisi 0,7 persen dari total populasi Argentina

Hampir Tak Ada Pesepak Bola Kulit Hitam di Timnas Argentina, Kenapa?Pemain Timnas Argentina merayakan kelolosan mereka ke final Copa America 2024. (twitter.com/Argentina)

Merujuk data biro sensus resmi Argentina, INDEC, pada 2022, jumlah penduduk kulit hitam dan keturunannya di negara itu hanya sekitar 0,7 persen dari total populasi. Sebagai perbandingan, jumlah penduduk dengan garis keturunan pribumi adalah sebesar 2,9 persen pada 2022. Jumlah yang cukup kecil ini jelas bertolakbelakang dengan fakta Buenos Aires sempat jadi pusat perdagangan budak kulit hitam asal Afrika pada abad 16 hingga 17.

Mengutip buku Slavery in Argentina, aktivitas perdagangan itu masih berlanjut hingga abad ke-18. Penduduk kulit hitam yang terdampar di Argentina dipercaya ikut berpartisipasi dalam Perang Kemerdekaan 1810. Atas kontribusi mereka dalam perang kemerdekaan, perbudakan pun dihapus dalam Konstitusi 1853 dan secara menyeluruh dilarang pada 1861. Dalam buku The Afro-Argentines of Buenos Aires, 1800--1900 yang ditulis George Reid Andrews, warga kulit hitam pernah mengisi sepertiga dari seluruh populasi Argentina pada 1800-an. Lantas, mengapa jumlah mereka berkurang begitu drastis pada era modern?

Baca Juga: 3 Catatan Usai Argentina Maju ke Final Copa America 2024

2. Praktik pernikahan campuran lumrah dilakukan di Argentina

Hampir Tak Ada Pesepak Bola Kulit Hitam di Timnas Argentina, Kenapa?Julian Alvarez di Copa America 2024. (twitter.com/CopaAmerica)

Salah satu yang bisa menjelaskan fenomena itu adalah pernikahan campuran yang awam dilakukan di Argentina. Menurut tulisan Erika Denise Edwards dalam Hiding in Plain Sight: Black Women, the Law, and the Making of a White Argentine Republic, banyak perempuan kulit hitam yang memilih melakukan pernikahan dengan pria kulit putih untuk mengurangi stigma buruk yang melekat kepada mereka. Ini juga dianggap cara mendapatkan akses dan penghidupan yang lebih baik. Ini sesuai dengan temuan Andrews dalam bukunya yang menyebut, sejak imigran kulit putih datang dalam jumlah banyak pada 1870-an, warga kulit hitam mulai tersisih dan terlupakan.

Menariknya, kedatangan imigran asal Eropa ternyata didukung penuh oleh pemerintah berkuasa di Argentina dan masuk dalam program nation-building mereka. Salah satu tokohnya adalah diplomat bernama Juan Bautista Alberdi. Dilansir dari jurnal berjudul Juan Bautista Alberdi and His Influence on Immigration Policy in the Argentine Constitution of 1853 tulisan Sam Schulman, dalam berbagai publikasi dan pidatonya, Alberdi selalu menekankan perspektifnya yang pro terhadap kedatangan imigran, terutama dari Eropa. Menurutnya, merekalah yang akan membawa semangat baru untuk Argentina dan memungkinkan negara itu berjaya layaknya Amerika Serikat. Tak ada satu pun retorikanya yang menyenggol eksistensi penduduk pribumi dan kulit hitam.

3. Doktrin yang seolah meniadakan eksistensi penduduk pribumi dan kulit hitam

Hampir Tak Ada Pesepak Bola Kulit Hitam di Timnas Argentina, Kenapa?Suporter Timnas Argentina di Copa America 2024. (twitter.com/CopaAmerica)

Di balik citra sebagai negara demokrasi terstabil dan hampir tidak punya insiden rasis, Argentina ternyata memasukkan doktrin-doktrin tertentu yang bermuara kepada citra bahwa mereka negara satu ras, yakni kulit putih. Tidak seperti Brasil yang penduduknya tersegregasi antara pribumi, kulit hitam, dan kulit putih, Argentina menggunakan prinsip persatuan. Ini tampak seperti sebuah solusi yang ideal, tetapi ternyata problematik juga. Uki Goñi, seorang penulis dan peneliti Argentina yang banyak membahas isu rasial di negaranya berpendapat dalam sebuah wawancara dengan Centre for Latin American & Caribbean Studies University of London, Argentina berhasil membangun citra sebagai negara damai dan bersatu dengan menekan dan mendoktrin penduduk pribumi dan kulit hitam serta keturunannya untuk melupakan warisan kultur mereka.

Hal ini yang menjelaskan mengapa mayoritas rakyat Argentina tak sadar mereka punya garis keturunan pribumi atau kulit hitam. Terbukti, hanya sekitar 3 persen dari total populasi penduduk Argentina yang mendeklarasikan diri sebagai pribumi dan kulit hitam. Jangan lupakan pula apa yang dilakukan Chile di Patagonia. Otoritas Argentina juga mengakui pernah melakukan genosida dan asimilasi paksa terhadap warga pribumi di kawasan itu pada 1920-an.

Di ranah sepak bola, tak banyak pemain yang terlihat jelas punya akar silsilah keturunan pribumi atau kulit hitam. Kebanyakan dari mereka memiliki nama-nama Eropa dan berkulit terang. Sepanjang sejarah hanya Diego Maradona dan Hector Baley yang mencolok dari tampilan fisiknya dan terbukti memang punya keturunan pribumi dan kulit hitam. Keduanya pun sering dapat julukan-julukan tertentu yang mungkin akan dianggap ofensif di negara lain, tetapi lumrah dipakai di Argentina seperti morocho (cokelat) dan negra (hitam).

Siapa sangka, dari sepak bola, kita bisa belajar sejarah kelam Argentina. Bukan bermaksud mengurangi euforia Timnas Argentina yang sedang berjaya di Copa America 2024, ini adalah sejarah penting yang sebaiknya tak dilupakan.

Baca Juga: Head to Head Argentina vs Kolombia di Copa America, Sengit!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya