TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masa Depan Pemain Muda di Timnas dan Dilema Media Sosial

Proses menjadi hal terpenting buat Timnas

Manajer Timnas U-17 dan U-20, Ahmed Zaki Iskandar dalam diskusi Locker Room by IDN Times: Menatap Masa Depan Timnas Indonesia, Rabu (10/7/2024). (IDN Times/Naufal Fathahillah)

Intinya Sih...

  • Proses menjadi hal terpenting buat Timnas Indonesia senior
  • Ahmed Zaki Iskandar bertanggung jawab terhadap manajemen Timnas U-20 dan U-17
  • Pendampingan psikologis, akademik, dan pengawasan media sosial bagi pemain muda

Jakarta, IDN Times - Perjalanan positif Timnas Indonesia senior adalah hasil dari sebuah proses. Ada proses pembinaan yang terjalin, dan itu tentu melibatkan Timnas usia muda, seperti U-20 dan U-17. Hal itulah yang kini tengah dilakoni Ahmed Zaki Iskandar.

Bang Zaki, sapaan akrabnya, saat ini mengampu tugas sebagai manajer Timnas U-20 dan U-17. Eks manajer Persita Tangerang itu bertanggung jawab terhadap Dony Tri Pamungkas, Zahaby Gholy, dan para pemain muda lainnya di U-20 dan U-17.

Dalam acara Locker Room: Menatap Masa Depan Timnas Indonesia, Bang Zaki bercerita suka duka menjadi manajer Timnas usia muda. Termasuk, apa saja yang sudah dia siapkan bagi para calon penghuni Timnas Indonesia senior kelak ini.

Kenapa sampai ambil posisi manajer Timnas U-17 dan U-20?

Manajer Timnas U-17 dan U-20, Ahmed Zaki Iskandar dalam diskusi Locker Room by IDN Times: Menatap Masa Depan Timnas Indonesia, Rabu (10/7/2024). (IDN Times/Naufal Fathahillah)

Jadi memang, kalau ditanya sebenarnya seleksi nasional ini selalu diadakan di U-16 dan U-19, yang nanti disiapkan untuk U-17 dan U-20. Nah, berikutnya jenjang yang akan dilewati adalah U-23. Dalam dua kategori usia ini adalah fase bagi atlet kita mengembangkan teknik, stamina, pengetahuan sepak bola, dan pemahaman game plannya

Kenapa sekarang dibagi dua, senior dan U-23 ada pak Sumardji, lalu U-17 dan U-20 ada saya, ini nanti kita akan berkesinambungan sampai anak-anak ini menjelma jadi atlet-atlet profesional yang siap masuk ke U-23 maupun senior. Jadi ini masih dalam tahap pembinaan.

Soal merawat pemain muda itu bagaimana?

Timnas U-20 lawan Maladewa di Kualifikasi Piala Asia U-20. (Dok. PSSI)

Kami dampingi para pemain ini dengan dua orang psikiater, karena anak-anak ini kan berasal dari background keluarga berbeda-beda, dan motivasinya bermain bola itu tak sama. Oleh karena itu, dalam pertumbuhan mental mereka wajib ada pendampingan.

Pak Ketum (Erick Thohir) juga menyediakan guru tutor, pada saat mereka tak ada latihan, mereka akan masuk kelas, biar akademik tak tertinggal. Di U-19 dan U-20 juga sama, meski tidak ada program spesifik bagi kami untuk membangun mental mereka.

Karena sebagus dan sebaik apa pun federasi mempersiapkan sarana dan prasarana, itu kembali kepada mental anak-anak kita. Kita tentu tidak berharap kejadian beberapa tahun ini, layu sebelum berkembang, kejadian lagi di grup Timnas yang sekarang.

Soal media sosial juga, itu bisa jadi cobaan bagi mereka. Ketika TC memang ketat, tetapi kembali ke klub dan keluarga masing-masing, itu kembali pada mereka. Kalau bisa disiplin bagus, tetapi kalau tidak bisa disiplin ya hanya sebatas kembang api yang muncul.

Baca Juga: Indra Sjafri Pamer Pencapaian Usai Antar Timnas U-20 ke Piala Asia

Nah, terkait menjaga pemain dari media sosial itu bagaimana?

Timnas U-20 lawan Maladewa di Kualifikasi Piala Asia. (Dok. PSSI)

Memang komentar orang tak pernah bisa kita kontrol dan duga. Pola pikir masyarakat juga harus kita beri pemahaman, ini olahraga dan entertainment yang memang tidak serta merta harus selalu menang. Contoh Argentina, dulu U-16 nya tak dapat medali apa-apa. Spanyol yang masuk final Euro 2024, waktu U-16 dan U-20 bukan siapa-siapa.

Tapi, sekarang mereka jadi satu Timnas yang kokoh. Ini yang harus dipahami masyarakat, itu sebenarnya bukanlah soal menang, tapi juga membangun mental, jiwa sportif, dan membangun generasi muda yang punya daya juang tinggi, jangan kemudian dengan mudahnya justru kita menghabisi bibit-bibit dengan komentar buruk

Soal medsos, harus ada kontrol juga dari manajemen, terutama di U-16 dan U-19. Aturannya juga tertulis dan mereka sudah diberi tahu. Tapi, ya memang namanya anak muda ya, ada yang live, ngevlog bareng pacarnya, dan segala macam. Itu ya tanggung jawab masing-masing lah.

Soal pemain titipan selama seleksi bagaimana yang sering jadi isu, bagaimana?

Timnas U-17 melakoni laga uji coba lawan India. (pssi.org)

Kalau kita bicara U-16 parameter seleksinya minim, karena turnamen sedikit dan tergantung aktivitas SSB-nya. Oleh karena itu, seleksinya tidak seluruh Indonesia. Bisa kita lihat semua kemampuannya. Tapi, kalau U-20 biasanya mereka sudah berasal dari akademi sepak bola ataupun klub-klub yang ada di Indonesia. Mereka juga ada turnamen atau kejuaraan yang relatif lebih banyak.

Soal seleksi ini, kami buka seluas-luasnya, bagi seluruh potensi atlet ataupun pemain-pemain bola Indonesia yang ada di dalam ataupun luar negeri. Maka dari itu, kemarin ada anak-anak artis, petinggi, pejabat, semua kami beri kesempatan. Tetapi, pada akhirnya yang menentukan lolos atau tidaknya itu tim seleksinya, dan percayalah tim seleksi sekarang jauh lebih punya integritas dan parameter yang jelas.

Kalau mereka juga anaknya pejabat, kalau kemampuannya masuk kemudian pemahamannya tinggi, dan skema permainan pelatih, pasti masuk Timnas. Yang gagal seleksi, tentu masih bisa lolos asal bisa melengkapi kekurangannya ketika balik ke SSB, dan ke depannya nanti kan ada seleksi U-20 dan U-23, masih terbuka kesempatan bagi mereka untuk gabung Timnas lagi.

Baca Juga: Timnas U-20 Lolos ke Piala Asia U-20 2025 Usai Tahan Yaman

Kemudian soal pemain naturalisasi usia muda?

Pelatih Timnas U-20, Indra Sjafri bersama sang pemain, Jens Raven. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Kita buka seluas-luasnya kesempatan pemain untuk ikut seleksi, termasuk para diaspora dan keturunan. Kita buka info ada tidak pemain-pemain keturunan yang mau ikut seleksi di Timnas Indonesia. Ada lah beberapa nama, ada delapan yang sudah didapatkan dari list 40 nama kemarin, yang datang hanya lima.

Kemudian, ada satu yang datang terakhir, kami terima juga dan seleksi, belum tentu dari lima dan enam pemain yang ada ini masuk semua. Kami lihat skill dan kemampuannya juga. Kalau memang ada skill dan kemampuan, baru kami proses mereka selanjutnya untuk jadi WNI (Warga Negara Indonesia).

Intinya, kami buka aset-aset yang ada di luar negeri. Bukan berarti kami mengabaikan talenta lokal, memberikan semua kesempatan untuk bergabung ke tim, termasuk para pemain keturunan yang ada di luar negeri.

Seleksi sampai timur dan bagaimana menguatkan mental pemain muda agar tidak kalah saing?

Timnas U-20 lawan Thailand di Korea Selatan. (Dok. PSSI)

Yang pertama kita belum maksimal seleksi terutama di U-16 ke bawah. Kenapa? Karena Indonesia dari Sabang sampai Merauke luas sekali, lalu tidak ada turnamen reguler untuk anak-anak usia dini. Makanya, sekarang Liga TopSkor Nasional ini jadi ajang pencarian bakat.

Kami berharap Asprov PSSI di seluruh Indonesia ini menggulirkan turnamen U-12, U-15, dan U-17, agar punya stok pemain tadi. Makanya, Ketum PSSI mewajibkan Asprov punya kalender turnamen buat kelompok umur. Apakah masih terbuka? Masih, karena dalam waktu dekat kami akan talent scout potensi-potensi yang ada di Indonesia.

Bagaimana di U-19 dan U-20? Sama belum maksimal, karena yang tersaring masuk ke akademi dan klub, atau yang masuk ke klub belum semuanya bisa kami lihat. Indonesia ini negara besar. Sebetulnya kita bisa punya stok pemain Timnas untuk setiap kelompok umur itu minimum 100 pemain. Tentunya, kalau turnamennya reguler.

STY itu punya stok pemain 50 databasenya. Misal kalau Jordi Amat sudah di peak performance, sekarang turun, gantinya banyak. Elkan tidak bisa datang, tidak usah khawatir, karena stok dari U-23 juga ada. Jadi, diaspora maupun lokal itu nanti persaingannya akan sangat tinggi. Belum tentu diaspora akan langsung diambil. Kemampuan mereka akan dilihat dulu. Jika kemampuannya sama dengan lokal, akan tereliminasi dengan sendirinya.

Jadi, tidak usah khawatir dengan disapora. Namun, mudah-mudahan dengan adanya keturunan ini bisa meningkatkan standar seleksi untuk Timnas kita. Karena diaspora yang di luar ini memang didikannya beda dengan di Indonesia. Mereka diberikan pemahaman jadi atlet, pola hidup, latihan, walaupun di Indonesia ada yang lebih baik, tetapi di kita belum ada pendidikan untuk jadi atlet.

Jadi saling belajar antara keturunan dan Indonesia. Pemain lokal belajar bahasa Inggris bisa komunikasi, dari pemain keturunan belajar bahasa Indonesia agar mereka jadi WNI.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-20 Ogah Main Aman Kontra Yaman

Dari tim dan manajemen ada yang bisa ditoleransi untuk para pemain muda ini?

Timnas U-17 latihan di Bali. (pssi.org)

Jadi pendidikan, pengalaman, dan pemahaman mengenai disiplin, komitmen, itu di U-16 sudah diajarkan. Jadi mereka makan harus bareng dan tepat waktu. Bahkan, sebelum waktu yang kami tentukan mereka harus ada. Jadi, kami harus memberikan proses pendisiplinan kepada pemain dan atlet-atlet kita, bahkan soal sampah.

Soal sampah, misal setelah laga anak-anak diwajibkan membereskan tempat minum mereka, lalu ada kulit-kulit buah, itu wajib mereka bersihkan. Jadi hal-hal kecil pun kami perhatikan. Jadi untuk disiplin, kami sudah memberikan pendidikan dan pemahaman tidak ada toleransi.

Ini yang nanti juga akan diterapkan oleh STY di U-23 dan senior. Maka dari itu STY begitu ada yang sekali melanggar aturan, selesai, dicoret. Banyak itu yang dicoret senior ini, mereka yang tak bisa ikut pola latihan U-16, ya sudah akan dikembalikan. Itu akan jadi sesuatu yang baru bagi generasi-generasi muda Indonesia.

Disiplin ya, kecuali kjalau sekolah. Ada jam latihan, ada jam ujian, kalau kita di U-16 dan U-19, kalau masih ada yang 17 tahun, kami prioritaskan mereka ikut ujian dulu daripada main bolanya.

Ada komunikasi dengan manajemen U-23 dan senior?

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong hadir dalam laga Persib vs Port FCdi Stadion Si Jalak Harupat, Kamis (19/9/2024). (Instagram/@persib).

Tentu ada, pasti. Baik dari tim manajerial ataupun kepelatihan. Kalau untuk teknis semua dasarnya dari yang STY desain beberapa waktu lalu, dia pernah pegang U-16 sampai senior. Itu jadi fondasi bagi tim kepelatihan kami, dari manajerial juga sama, terutama dengan Dirtek dan Exco PSSI, untuk pembinaan.

Ini semua dalam rangka pembinaan berjenjang untuk tim senior, karena aset-asetnya sama, baik yang bermain ataupun yang tidak main di Timnas U-16, U-20, dan U-23. Aset-aset itu akan banyak dan terseleksi secara natural karena kembali ke individu masing-masing.

Apa mereka mau berkembang atau puas dengan posisi mereka sekarang? Jadi, kami harapkan atlet-atlet ini jika ada kesempatan main di luar negeri, ambil! Karena, ilmu di luar pasti akan beda dengan di Indonesia. Paling tidak mereka punya wawasan lain soal liga di Asia, Eropa, dan benua lain.

Nah, kiat terakhir untuk menjaga pemain muda?

Timnas U-20 di Seoul Earth On Us Cup 2024. (pssi.org)

Memberikan mereka motivasi itu macam-macam ya. Money oriented sudah kami kurangi, tidak selalu menang dikasih bonus, juara dikasih bonus, jadi sudah masuk Timnas saja harusnya sudah bangga. Nah, ini juga yang membuat banyak pemain kita mudah sekali merasa puas dan cukup. Akhirnya tidak mau mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan.

Saat era Evan Dimas, itu klub-klub kontraknya sudah luar biasa. Ketika mereka sudah mendapatkan kontrak besar di dalam negeri, mereka masuk zona nyaman, terbuai sudah. Tak ada moitivasi, selesai. Nah ini yang terjadi. Bagaimana dengan anak-anak muda ini? Motivasi ini yang selalu saya berikan.

Motivasi berikutnya, memang kami berharap anak-anak U-17 dan U-20 ini punya pendidikan, dan bisa diraih kalau mereka punya komitmen. Sepak bola ini beda dengan basket. Basket lebih advance karena di sana ada banyak atlet-atlet yang main untuk menuntaskan kualifikasi akademiknya.

Mereka berlomba mengejar beasiswa full di kampus-kampus yang menyediakan fasilitas untuk atlet basket di Indonesia. Inilah yang coba kami bangun mentalnya di sepak bola. Jangan sampai atlet-atlet pesepakbola ini jadi security, karena mental tak mau berkembang.

Ke depan, saya harap federasi akan bicara dengan beberapa kampus untuk memberikan fasilitas full beasiswa untuk atlet-atlet sepak bola Indonesia agar mereka terpacu, ada kehidupan lain di luar karier sepak bola mereka, setelah karier sepak bola selesai.

Baca Juga: Profil Kadek Arel, Bek Tangguh Timnas Indonesia U-20

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya