TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Blijvers, Salah Satu Kunci dari Perburuan Atlet Naturalisasi Indonesia

Maarten Paes dan Nathan Tjoe A On hasilnya

Maarten Paes (tengah-depan) saat laga lawan Australia pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026. (instagram.com/maartenpaes)

Tidak semua pesepak bola Indonesia yang melalui proses naturalisasi punya keturunan Indonesia langsung. Fakta ini jadi menarik mengingat Indonesia adalah negara yang menggunakan asas ius sanguinis untuk menentukan kewarganegaraan. Artinya, hanya orang-orang dengan garis keturunan Indonesia yang bisa mendapat status kewarganegaraan. Beda halnya dengan negara-negara berbasis imigran seperti Amerika Serikat dan Australia yang menggunakan asas ius soli (hak kewarganegaraan berdasar tempat kelahiran). 

Lantas, bagaimana bisa Nathan Tjoe-A-On dan Maarten Paes membela timnas sepak bola Indonesia? Jawabannya ada pada istilah blijvers yang eksis dalam garis silsilah keluarga keduanya. Apa itu dan apa implikasinya?  

1. Dimulai dengan pembagian kelompok warga negara pada era kolonial Hindia Belanda

Skuad timnas sepak bola Indonesia untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026. (instagram.com/maartenpaes)

Merujuk tulisan Upik Djalins dalam Journal of Southeast Asian Studies berjudul 'Becoming Indonesian Citizens: Subjects, Citizens, and Land Ownership in the Netherlands Indies, 1930-37', menurut Konstitusi 1854 buatan pemerintah kolonial, regulasi kewarganegaraan Hindia Belanda dibagi dua berdasar genealogi (garis keturunan). Pertama, orang Eropa dan yang punya hak untuk berkedudukan sama dengan orang Eropa, seperti orang berdarah campuran Eropa langsung dari pihak ayah. Kedua, orang pribumi dan yang setara dengan pribumi adalah imigran China dan Arab serta keturunan mereka. 

Pengelompokan ini dilakukan untuk membantu pemerintah kolonial saat itu membuat kebijakan yang spesifik untuk tiap kelompok populasi. Perbedaan perlakuan dan kebijakan ini adalah ciri khas pemerintah kolonial. Dalam kasus Hindia Belanda, orang-orang Eropa bisa dapat akses sekolah dengan kualitas terbaik dan jaminan sosial. 

Baca Juga: Profil Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi Berdarah Aceh

2. Blijvers adalah kelompok populasi yang cukup unik pada era itu

Maarten Paes (kiri) pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 lawan Australia. (instagram.com/timnasindonesia)

Masih merujuk sumber yang sama, dalam praktiknya, orang-orang Eropa ternyata terbagi lagi dalam beberapa subgrup. Kelompok pertama yang merupakan kasta tertinggi disebut trekkers, yakni imigran Eropa yang datang ke Hindia Belanda murni untuk meniti karier dan berniat kembali ke Belanda saat pensiun. Kemudian, ada pula yang disebut blijvers. Mereka adalah orang-orang asli Eropa yang berniat menetap dan memiliki anak-anak yang lahir di Hindia Belanda. 

Kelompok ketiga biasa disebut Indo, yakni orang-orang yang lahir dari pernikahan campur pribumi dan Eropa. Tidak semua orang Indo otomatis dapat status yang setara dengan darah murni, terutama bila mereka lahir di luar nikah atau bukan keturunan langsung dari pihak ayah. Menariknya, blijvers dan Indo ternyata punya kedekatan khusus karena persamaan nasib. Mereka sama-sama tak dianggap setara dengan trekkers. Menurut Van Der Kroef dalam tulisannya berjudul 'Social Conflict and Minority Aspirations in Indonesia' di American Journal of Sociology, blijvers umumnya tinggal di wilayah-wilayah terpencil di negara kepulauan ini. 

Mereka sudah berasimilasi dan biasanya bersimpati dengan kemalangan orang-orang pribumi. Ini kontras dengan trekkers yang masih amat percaya dengan nilai-nilai kolonialisme. Blijvers bisa datang dari beragam profesi, Van Der Kroef menemukan bahwa kebanyakan dari mereka adalah misionaris, akademisi, pensiunan tentara, sampai pekerja di sektor agrikultur. Sayangnya, meski blijvers relatif dekat dengan pribumi, sebagian besar memilih melakukan repatriasi ke Belanda karena sentimen negatif terhadap warga Eropa yang menguat jelang dan setelah kemerdekaan. 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya