TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Kiper Terbaik Piala Dunia U-17, Berhak atas Golden Glove 

Brasil sumbang 2 pemain

Matheus Donelli (instagram.com/matheusdonelli)

Seperti Piala Dunia untuk timnas senior, Piala Dunia U-17 juga memberikan penghargaan untuk individu. Tidak cuma pemain terbaik dan top skor turnamen, kiper yang dinilai tampil mengagumkan juga bakal menerima Golden Glove. Namun, berbeda dengan Golden Ball dan Golden Boot, anugerah ini baru diadakan sejak edisi 2009 di Nigeria.

Sudah ada beberapa penjaga gawang yang menerima penghargaan tersebut. Ada yang memang membawa negaranya menjadi kampiun, ada juga yang gagal tetapi tetap punya performa oke. Siapa saja deretan kiper yang pernah menerima Golden Glove di ajang Piala Dunia U-17 dan bagaimana karier mereka kini?

Baca Juga: 5 Wonderkid Termahal di Piala Dunia U-17 2023

1. Benjamin Siegrist adalah pemenang perdana Golden Glove Piala Dunia U-17

Benjamin Siegrist (instagram.com/bxn__s92)

Benjamin Siegrist merupakan pemenang perdana Golden Glove saat gelar ini pertama kali diberikan pada Piala Dunia U-17 2009. Kala itu, ia mengantarkan Swiss menjadi kampiun setelah mengandaskan tuan rumah Nigeria 1-0 di babak final. Dalam perjalanannya, mereka mengalahkan negara-negara top seperti Jerman dan Italia.

Sayangnya, meski gemilang di kelompok umur, Siegrist gagal menembus tim senior Swiss. Sementara itu, di tingkat klub, prestasi terbaiknya adalah menjuarai Scottish Cup 2022/2023 bersama Glasgow Celtic. Sebelumnya, ia sempat membawa Dundee United menjuarai Scottish Championship, kasta kedua Liga Skotlandia.

2. Mathias Cubero nyaris membawa negaranya juara

Mathias Cubero (instagram.com/gn.keeper)

Mathias Cubero memang gagal membawa Uruguay juara di Piala Dunia U-17 2011. Kala itu, negaranya harus takluk dari tuan rumah Meksiko di laga final dengan skor 0-2. Meski demikian, ia mendapatkan gelar hiburan setelah dinobatkan sebagai kiper terbaik turnamen dan berhak menerima Golden Glove.

Bernama lengkap Jonathan Mathías Cubero Rieta, karier penjaga gawang kelahiran Montevideo, Uruguay, ini sebenarnya tidak terlalu oke. Setelah bermain di tingkat junior, ia gagal menembus tim senior Uruguay. Di level klub, Cubero sempat membela sejumlah tim lokal, seperti Cerro, Torque, dan Atenas de San Carlos. Terakhir, ia memperkuat Deportes Quindio asal Kolombia.

3. Dele Alampasu sandingkan Golden Glove dengan gelar juara

Dele Alampasu (facebook.com/bamidelealampasu)

Nigeria tampil superior saat mengikuti Piala Dunia U-17 2013 di Uni Emirat Arab. Selain sukses menggondol trofi juara, pemain mereka juga dinobatkan menjadi yang terbaik. Jika Kelechi Iheanacho menerima penghargaan Golden Ball, maka Dele Alampasu dinobatkan sebagai kiper terbaik sekaligus berhak atas Golden Glove.

Sayangnya, jika karier Iheanacho cukup moncer saat menginjak usia dewasa, berbeda dengan Alampasu. Ia sejauh ini baru sekali bermain untuk Timnas Nigeria senior. Penjaga gawang kelahiran Abuja tersebut tampil sebagai pemain pengganti saat negaranya menghadapi Togo pada Juni 2017 silam.

4. Samuel Diarra tampil menonjol untuk Mali

Samuel Diarra (twitter.com/FIFAcom)

Samuel Diarra tampil menonjol untuk Mali pada Piala Dunia U-17 2015 di Chile. Ia memang gagal mengantarkan negaranya menjadi juara karena harus kalah dari Nigeria di final. Namun, dari 7 laga yang dimainkan, Mali cuma kebobolan 4 gol sehingga Diarra dianugerahi Golden Glove sebagai kiper terbaik turnamen.

Seperti dilansir Transfermarkt, setelah memulai karier di klub lokal AS Korofina dan AS Bakaridjan, Diarra membela beberapa tim Spanyol. Sayangnya, bukan klub yang berlaga di LaLiga, tetapi kasta di bawahnya. Ia tercatat pernah memperkuat Jupiter Leones, CyD Leonesa, dan berseragam Villarrubia CF sejak 2022 lalu.

5. Gabriel Brazao membuat 29 penyelamatan sepanjang turnamen

Gabriel Brazao (instagram.com/gabrielbrazao1)

Gabriel Brazao adalah pemenang Golden Glove pada Piala Dunia U-17 2017 yang berlangsung di India. Saat itu, seperti dilansir situs resmi FIFA, ia membuat 29 penyelamatan dalam 7 pertandingan untuk Brasil. Sayangnya, langkah Brazao dkk. harus terhenti di semifinal oleh Inggris yang akhirnya bablas juara.

Menempuh pendidikan sepak bola di akademi Cruzeiro, Brazao sempat bergabung dengan Parma pada Januari 2019. Ketik itu, ia menjadi pilihan ketiga setelah Luigi Sepe dan Perluigi Frattali. Pada Juni 2019, Inter Milan resmi memboyongnya, tetapi lebih sering dipinjamkan ke sejumlah klub, seperti SPAL dan Ternana.

Baca Juga: 4 Alumni Piala Dunia U-17 2009 yang Menjadi Juara Piala Dunia

Verified Writer

Binar

Penggemar Radiohead dan kopi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya