Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Spanyol menampilkan sepak bola menyerang dengan sistem direct football yang efektif dalam melakukan serangan. Mereka telah meninggalkan filosofi tiki-taka yang mengutamakan penguasaan bola. La Furia Roja membuktikan perubahan tersebut berjalan dengan baik sepanjang Euro 2024.
Spanyol diperkuat para pemain berkualitas dari lini belakang sampai depan. Mereka mampu memanfaatkan kesalahan serta celah di lini pertahanan lawan untuk memenangkan pertandingan. Pada final Euro 2024, Spanyol akan menghadapi Inggris yang bermain pragmatis, tetapi efektif terutama ketika melakukan serangan balik. Akan tetapi, permainan Inggris tersebut memiliki banyak kelemahan yang dapat dimanfaatkan para pemain Spanyol dalam laga final.
Berikut tiga celah yang dapat Spanyol eksploitasi untuk mengalahkan Inggris di final Euro 2024.
1. Inggris sering kehilangan bola ketika lini tengah mendapatkan tekanan tinggi
Belanda membobol gawang Inggris pada awal babak pertama. (uefa.com) Spanyol bertahan dengan formasi 4-4-2 yang membuat para pemain dapat melakukan penjagaan man-to-man dan memberikan tekanan tinggi kepada pemain lawan. Sementara itu, Inggris sering kali kewalahan saat menghadapi tekanan lawan terlebih lagi melawan tim yang menerapkan man-to-man marking seperti Swiss. Akibatnya, para pemain The Three Lions kehilangan bola di area berbahaya sehingga meningkatkan peluang tim lawan untuk mencetak gol.
Salah satunya ketika menghadapi Belanda, Declan Rice kehilangan bola di area pertahanan Inggris. Kesalahan itu langsung dimanfaatkan Xavi Simons untuk merobek gawang Jordan Pickford dari luar kotak penalti. Momen seperti ini dapat dimanfaatkan Spanyol jika secara konsisten memberikan tekanan tinggi kepada Inggris saat menguasai bola di wilayah pertahanannya.
Baca Juga: 4 Pemain Kelahiran Madrid yang Antar Spanyol ke Final Euro 2024
2. Melakukan transisi cepat dari bertahan ke menyerang
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Lamine Yamal (kiri) dan Nico Williams (kanan) (uefa.com) Salah satu keunggulan permainan direct football Spanyol saat melakukan transisi dari bertahan ke menyerang. La Furia Roja bertahan dengan formasi 4-4-2. Situasi ini membuat Dani Olmo berdiri sejajar dengan Alvaro Morata di lini depan ketika menghadapi Jerman dan Prancis. Keduanya punya peran sebagai pemain pertama yang memberikan tekanan kepada lawan sebagai defensive forward.
Ketika Spanyol memenangkan bola kembali, Olmo akan sedikit turun untuk menerima bola di lini depan. Sementara itu, Morata akan menarik pertahanan lawan untuk membuka ruang kepada Nico Williams atau Lamine Yamal di sisi sayap. Di sisi lain, Inggris cukup lambat dalam transisi menyerang ke bertahan sehingga para penyerang Spanyol akan memiliki ruang untuk membangun serangan.