Kritik Hura-Hura Yayuk Basuki dan Kesulitan FPTI di Olimpiade 2024
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Di tengah-tengah berlangsungnya Olimpiade 2024, mantan petenis asal Indonesia Yayuk Basuki sempat mengeluarkan kritik keras. Ternyata, apa yang dia kritisi ini dialami langsung Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).
Kritik Yayuk ini berkaitan dengan kontingen "hura-hura" Indonesia di Olimpiade 2024. Dia kesal, lantaran kontingen "hura-hura" ini justru lebih dominan ketimbang jumlah atlet Indonesia yang mentas di ajang tersebut.
"Yang perlu menjadi catatan khusus itu, lain kali kalau memberangkatkan kontingen (Indonesia ke multievent internasional), kalau atletnya 29, ya pasukan hura-hura-nya jangan sampai 300," cuit Yayuk di status Facebook-nya.
1. Berbuah kesulitan bagi FPTI
Pada praktiknya di lapangan, kehadiran kontingen "hura-hura" ini membuat beberapa federasi sulit mendapatkan visa dan akreditasi. Salah satu yang mengalaminya adalah FPTI. Padahal, ada empat atletnya mentas di ajang ini.
Kepala Bidang Humas dan Media FPTI, Azairus Adlym mengakui masalah visa dan akreditasi memang sempat menghantui FPTI. Meski begitu, dia tidak mau mempermasalahkan itu, apalagi Veddriq Leonardo, salah satu atlet panjat tebing, sukses meraih emas.
"Problem kecil kayak visa kemarin itu ada beberapa hal yang perlu dilengkapi saja. Bukan masalah yang fundamental. Kalau soal akreditasi, memang ada keterlambatan sedikit, tapi kita berhasil mendapat akreditasi," kata Kepala Bidang Humas dan Media FPTI, Azairus Adlu, kepada IDN Times pada Kamis, 8 Agustus 2024 malam WIB.
Baca Juga: Pengurus Beli Tiket Sendiri Nonton Olimpiade, FPTI: Gak Masalah
2. Beberapa pengurus FPTI juga pada akhirnya beli tiket
Editor’s picks
Okelah jika masalah visa bisa teratasi. Namun, kesulitan akreditasi ini memberi efek bagi beberapa pengurus FPTI. Alhasil, mereka harus membeli tiket demi bisa menonton aksi para atletnya di Le Bourget Climbing Venue, Paris.
Memang, Azairus berujar anggaran untuk pembelian tiket ini sudah disediakan. Kendati demikian, ketika pengurus federasi, yang notabene sebenarnya lebih berhak atas akreditasi sampai membeli tiket, akreditasi ini jadi masalah.
"Saya pastikan seluruh ofisial seluruh pengurus federasi panjat di Indonesia bisa menonton atlet panjat tebing di venue panjat tebing di Paris. Tapi kami memakai fasilitas dari internal federasi, kami beli tiket karena memang terbatas untuk akreditasi," kata Azairus.
"Kita gak ada problemlah. Yang penting kita bisa hadir menonton langsung para atlet kita bertanding. Itu aja. Gak ada masalah," sambungnya.
3. Saran Yayuk Basuki untuk ke depannya
Kontingen "hura-hura" yang dimaksud Yayuk ini, ke depannya kudu dibatasi. Sebab, ketika berlaga di multievent internasional, atlet butuh tenaga pendukung yang nyata macam tim medis, psikolog, dan tentu pelatih.
"Daripada (buat) pasukan hura-hura, lebih baik (buat) pendukung tambahan atlet yaitu pelatih, dokter, masseur, yang lebih bermanfaat. Lah ini seluruh rombongan geng dibawa, padahal ID Card terbatas. Yang ada mereka jalan-jalan," kata Yayuk.
Harapannya, ke depan tentu situasi yang dialami FPTI ini tidak terjadi lagi, apalagi di ajang sekelas Olimpiade 2024. Para atlet, tak terkecuali yang berasal dari Indonesia, perlu dukungan dari mereka yang mengerti, bukan hanya sekadar hura-hura saja.
Baca Juga: Potret Baim Wong Dukung Veddriq Leonardo Final Panjat Tebing Olimpiade