Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Remco Evenepoel berhasil mencetak sejarah di Olimpiade 2024 Paris setelah meraih medali emas di cabang olahraga (cabor) sepeda nomor balap jalan raya. Raihan tersebut melengkapi kesuksesannya di Paris karena sebelumnya juga meraih medali emas nomor individual time trial. Pesepeda asal Belgia tersebut menjadi orang pertama yang mengawinkan medali emas balap sepeda jalan raya dan individual time trial di Olimpiade.
Menariknya, Remco Evenepoel awalnya tak berencana untuk menjadi atlet balap sepeda. Ia justru memulai kariernya sebagai pesepak bola. Bahkan, Evenepoel sempat bergabung dengan akademi Anderlecht dan PSV Eindhoven serta membela Timnas Belgia di kelompok umur. Namun, takdir membuatnya menjadi salah satu pesepeda terbaik di dunia saat ini.
1. Remco Evenepoel awalnya ingin menjadi pesepak bola
Remco Evenepoel ketika menimba ilmu di akademi Anderlecht. (rsca.be) Remco Evenepoel memiliki darah bersepeda karena sang ayah, Patrick, merupakan seorang atlet sepeda asal Belgia. Namun, alih-alih mengikuti jejak sang ayah, Evenepoel justru ingin menjadi seorang pesepak bola. Pada usia 5 tahun, Evenepoel bergabung dengan akademi Anderlecht yang merupakan salah satu tim papan atas Belgia.
Pada usia 11 tahun, Evenepoel pindah ke Belanda untuk bergabung dengan PSV Eindhoven. Namun, ia kemudian kembali ke Anderlecht pada usia 14 tahun. Meski bukan yang terbaik di lapangan, Evenepoel memiliki jiwa kepemimpinan yang bagus sehingga selalu dipercaya sebagai kapten di tim mana pun ia berada.
Kemampuan Evenepoel membuatnya masuk ke Timnas Belgia di berbagai kelompok umur. Di sana ia juga kerap dipercaya mengemban jabatan sebagai kapten. Selama menjadi pesepak bola, Evenepoel pernah berlatih dan bertanding bersama para pemain yang kelak membela tim-tim besar, macam Youri Tielemans, Michy Batshuayi, Alexis Saelemakers, dan Albert Sambi Lokonga.
Pada usia 15 tahun, Evenepoel mengalami cedera lutut yang membuatnya absen dari sepak bola untuk sementara waktu. Keadaan semakin memburuk karena Anderlecht memutuskan untuk tak memperpanjang kontraknya. Meski sempat menandatangani kontrak dengan KV Mechelen, Evenepoel yang merasa lelah secara fisik dan mental kemudian memutuskan untuk mengakhiri kariernya di dunia sepak bola.
Baca Juga: 4 Arena Olimpiade yang Pernah Dilalui Mobil Formula E
2. Beralih ke balap sepeda pada 2017
Remco Evenepoel (twitter.com/EvenepoelRemco) Pada 2017, Evenepoel memutuskan untuk memulai perjalannya sebagai pesepeda. Bakatnya sebenarnya sudah tercium sejak lama karena Evenepoel dikenal memiliki stamina yang luar biasa. Ia terbiasa bersepeda bersama sang ayah dengan jarak yang cukup jauh mencapai lebih dari 160 kilometer.
Tak butuh waktu lama, Evenepoel langsung tampil dominan di kategori junior. Hal itu membuatnya ditawari kontrak oleh Deceuninck–Quick-Step pada 2019. Sejak saat itu, Evenepoel menjadi salah satu pesepeda yang paling diperhitungkan di dunia. Ia kuat di nomor time trial, tetapi juga bisa bersaing di Grand Tour dan one-day races.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Mencetak sejarah di Paris dengan meraih dua medali emas
Remco Evenepoel meraih medali emas individual time trial di Olimpiade 2024. (olympics.com) Remco Evenepoel mengikuti dua nomor di cabor sepeda Olimpiade 2024 Paris, yakni individual time trial dan balap jalan raya. Pada individual time trial yang merupakan spesialisasinya, Evenepoel tampil apik dengan meraih medali emas usai mencatatkan waktu 36 menit 12 detik. Ia mengungguli Filippo Ganna dari Italia dan Wout van Aert yang merupakan kompatriotnya.
Sepekan kemudian, Evenepoel kembali berlaga pada nomor balap jalan raya yang menempuh jarak 273 kilometer mengelilingi Paris. Evenepoel yang pada awal balapan lebih sering berada di dalam peleton mulai melancarkan serangan ketika balapan tersisa 100 kilometer. Ia mampu menyusul para pembalap yang berada di barisan depan.
Evenepoel memanfaatkan keunggulannya dalam melibas tanjakan untuk memperlebar jarak dengan para pesaingnya. Terbukti, hanya Valentin Madouas yang mampu menyamai kecepatan pembalap berusia 24 tahun tersebut. Namun, Madouas tak mampu mengejar Evenepoel pada serangan berikutnya.
Drama terjadi ketika balapan menyisakan 4 kilometer. Evenepoel mengalami masalah mekanik yang memaksanya untuk berganti sepeda. Hal itu sempat membuatnya terlihat cukup panik. Beruntung, Evenepoel sudah membuat jarak cukup jauh dari Madouas dan para pembalap di belakangnya. Ia pun melenggang mulus untuk meraih medali emas diikuti dua pembalap Prancis, Valentin Madouas dan Christophe Laporte.
Evenepoel menjadi pembalap pertama yang mampu mengawinkan medali emas indiviual time trial dan balap jalan raya sejak kedua nomor tersebut dipertandingan di Olimpiade yang sama pada 1996. Evenepoel menjadi pembalap Belgia ketiga yang meraih emas nomor balap jalan raya setelah Andre Noyelle pada 1952 dan Greg Van Avermaet pada 2016. Sementara itu, Evenepoel menjadi pesepeda Belgia pertama yang meraih emas nomor individual time trial.