Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnya

Kok bisa?

Gaya belajar visual, auditori, kinestetik, dan membaca/menulis mungkin sangat familier bagi kamu. Bahkan, ada kemungkinan besar bahwa kamu sudah tahu gaya belajar kamu dan mengaplikasikan gaya itu ketika kamu mempersiapkan diri untuk ujian.

Namun, bagaimana reaksi kamu ketika mengetahui bahwa gaya belajar ini adalah mitos? Bingung? Tidak percaya? Untuk belajar lebih lanjut, mari kita simak fakta gaya belajar, melansir Veritasium dan Research Digest.

1. Bukan cuma kita, guru juga percaya pada gaya belajar

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi mengajar (unsplash.com/NeONBRAND)

Menurut survei yang melibatkan lebih dari 400 guru dari Britania Raya dan Belanda, lebih dari 90% guru percaya bahwa seseorang dapat belajar lebih baik apabila mereka mendapatkan informasi yang sesuai dengan gaya belajar mereka.

Mengutip Research Digest, kebanyakan pendidik masih percaya dengan gaya belajar. Hal ini diduga karena guru mengajarkan siswa sebagaimana guru tersebut diajar saat mereka masih sebatas siswa. Mungkin juga, upaya-upaya untuk meluruskan mitos gaya belajar kurang menonjol sehingga gagal meyakinkan para guru.

2. Ada cara untuk membuktikan kebenaran gaya belajar

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Untuk mengetahui kebenaran gaya belajar, terdapat eksperimen yang bisa dilakukan. Caranya adalah mengidentifikasi pelajar dengan gaya belajar yang berbeda dan membaginya menjadi kelompok. Contohnya, kelompok pertama adalah visual dan kelompok kedua adalah auditori.

Setelah itu, anggota kelompok diacak. Ada anggota visual yang masuk kelompok auditori dan sebaliknya. Satu kelompok akan belajar dengan presentasi visual, sedangkan kelompok yang lain akan belajar dengan bantuan audio.

Langkah berikutnya, setiap anggota akan diberi soal yang sama untuk dikerjakan. Apabila gaya belajar memang benar, hasilnya akan menunjukkan performa yang lebih baik bagi anggota yang mendapatkan informasi sesuai dengan gaya belajarnya.

3. Veritasium mencoba eksperimen mandiri

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi Veritasium mencoba eksperimen (YouTube.com/Veritasium)

Veritasium mencoba eksperimennya sendiri dengan menyiapkan beberapa gambar. Untuk beberapa orang dengan gaya belajar visual, ia menunjukkan gambar seperti penguin dan laba-laba. Namun, untuk beberapa orang lainnya dengan gaya belajar yang sama, ia membacakan nama gambar sehingga gaya belajarnya tidak cocok.

Kebanyakan partisipan dapat menjawab sekitar 5 atau 6 hal. Uniknya, ada juga yang dapat menjawab sekitar 8 atau 9 hal. Bagaimana mungkin?

4. Strategi memori menjadi alasan perolehan skor yang baik

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi belajar (pexels.com/RF._.studio)

Ternyata, alasan perolehan skor yang tinggi dalam eksperimen ini bukan disebabkan kesesuaian gaya belajar, melainkan strategi ingatan.

Salah satu partisipan menjelaskan bahwa ia membuat urutan objek dalam pikirannya, sedangkan partisipan yang lain membuat cerita dalam pikiran yang berkaitan dengan semua objek yang disebutkan.

Menurut Veritasium, eksperimen ini memang bersifat tidak ilmiah. Namun, ia sudah menemukan studi ilmiah yang tepercaya dan dapat diandalkan.

5. Sudah ada studi yang lebih jelas

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi belajar (pexels.com/Agung Pandit Wiguna)

Salah satu studi melihat perbandingan visualizers dan verbalizers. Studi ini berbasis komputer dan dimulai dengan mengidentifikasi gaya belajar. Caranya, partisipan harus menjawab pertanyaan terkait preferensi belajar, apakah lebih suka membaca paragraf atau melihat diagram.

Para peneliti juga memberikan beberapa penjelasan yang menantang diikuti dengan dua tombol, 'bantuan visual' dan 'bantuan verbal'. Tombol visual menunjukkan animasi pendek sedangkan tombol verbal memberikan penjelasan tertulis. Berdasarkan informasi ini, peneliti membagi partisipan menjadi visualizers dan verbalizers.

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Anggota kelompok ini diacak dan didorong mempelajari informasi terkait elektronik berbasis teks atau berbasis gambar. Dalam kelompok berbasis teks, ketika partisipan mendekatkan kursor mouse pada kata kunci, muncullah definisi dan klarifikasi yang lengkap. Dalam kelompok berbasis gambar, ketika partisipan melakukan hal yang sama, muncullah sebuah diagram.

Tahap berikutnya, partisipan mengerjakan soal. Partisipan yang gaya belajarnya sesuai dan mendapatkan informasi yang sesuai pula tidak menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak sesuai.

Peneliti melakukan tes yang sama yang melibatkan 61 orang dewasa. Hasilnya sama persis.

Baca Juga: Cute Aggression, Rasa Gemas yang Bikin Kamu Agresif

6. Gaya belajar adalah preferensi. Kalau begitu, seberapa kuat pelajar berpegang pada preferensi itu?

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi belajar (unsplash.com/javier trueba)

Dalam studi tahun 2018 menjelang minggu pertama semester, lebih dari 400 mahasiswa di sebuah universitas di Indiana mengisi kuesioner tentang gaya belajar. Mereka pun dibagi sesuai dengan gaya belajarnya.

Pada akhir semester, mahasiswa yang sama mengisi kuesioner tentang strategi belajar. Mayoritas mahasiswa menggunakan strategi belajar yang tidak cocok dengan gaya belajar mereka. Sebagian kecil mahasiswa yang menggunakan strategi belajar yang cocok tidak menunjukkan hasil dengan perbedaan yang signifikan.

7. Tidak ada studi yang menjelaskan bahwa pelajar secara alami dibagi menjadi empat grup

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi belajar (unsplash.com/Marvin Meyer)

Model VARK (Visual, Auditory, Reading/Writing, and Kinestheticdatang dari Neil Fleming, guru dari Selandia Baru. Namun, model ini tidak didukung oleh penelitian yang kredibel. Tidak ada studi yang menjelaskan bahwa pelajar secara alami dibagi menjadi empat grup sesuai dengan gaya belajar.

Pertanyaannya, apabila beberapa orang lebih terampil dalam menafsirkan dan mengingat jenis rangsangan tertentu, mengapa kita tidak melihat perbedaan yang signifikan dalam belajar? Jawabannya karena apa yang seharusnya diingat bukanlah gambar atau audionya, melainkan makna di balik gambar atau audio itu. Contohnya, belajar musik pasti punya komponen yang berhubungan dengan musik. Belajar geografi pasti berhubungan dengan peta.

Memang sih, orang yang pandai dalam bidang musik akan dapat mengingat nada-nada tertentu dalam musik dengan lebih baik. Orang dengan penalaran visual spasial yang bagus mampu mempelajari lokasi negara di peta dengan baik. Namun, dalam klaim gaya belajar disebutkan bahwa preferensi ini konsisten di seluruh bidang pelajaran. Padahal, belum tentu orang yang memiliki kemampuan bermusik dapat belajar lebih baik secara auditori.

8. Gaya belajar sangat meyakinkan karena kita sudah telanjur percaya

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi berpikir (unsplash.com/Craig Adderley)

Salah satu alasan mengapa kita menganggap gaya belajar sangat meyakinkan karena kita sendiri sudah telanjur percaya. Ketika kita berpikir bahwa gaya belajar kita adalah visual dan kebetulan kita merasa cocok, misalnya karena ada tugas di sekolah yang menunjukkan beberapa diagram, kita menjadikan hal tersebut sebagai bukti.

Kita berpikir 'Wah, sepertinya aku cocok sama gaya belajar visual.' Padahal, ada kemungkinan bahwa diagram tersebut memang mudah dipahami sehingga siapa pun dapat memahaminya.

9. Berbagai pendekatanlah yang membantu pembelajaran

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi eksperimen Veritasium (YouTube.com/Veritasium)

Penelitian mendukung klaim bahwa siapa pun dapat belajar dengan lebih baik dengan berbagai pendekatan, di mana gambar dan teks disajikan bersama. Hal ini disebut juga multimedia effect, yang juga membuktikan bahwa video adalah sarana belajar yang baik.

Untuk membuktikan, Veritasium kembali melakukan eksperimen. Kali ini, ia menyajikan gambar dilengkapi dengan teks. Hasilnya lebih baik daripada eksperimen sebelumnya. Partisipan mengatakan bahwa tes menjadi lebih mudah karena dibantu dengan teks.

10. Cara informasi disajikan bukanlah yang terpenting

Tipe Gaya Belajar Ternyata Cuma Mitos, Ini Fakta Sainsnyailustrasi belajar (unsplash.com/Brooke Cagle)

Saat belajar, hal yang terpenting bukanlah bagaimana informasi itu disajikan, melainkan apa yang terjadi dalam pikiran orang yang sedang belajar. Kita belajar lebih baik apabila kita secara aktif berpikir tentang materi tersebut dan cara menyelesaikan masalah itu.

Kesalahpahaman terkait gaya belajar bisa membuat performa belajar menurun. Siswa yang sudah percaya dengan gaya belajar akan enggan untuk memahami sesuatu dengan cara yang tidak sesuai dengan gayanya.

Kesimpulannya, kita bukan visual learner, kita bukan pula auditory learner. Yang jelas, semua gaya belajar ada dalam diri kita, tergabung menjadi satu. Kalau kamu ingin mengetahui topik ini dengan lebih jelas, tonton video dari Veritasium di bawah ini.

https://www.youtube.com/embed/rhgwIhB58PA

Setelah membaca artikel ini sekaligus menonton video Veritasium, bagaimana pendapatmu? Apakah kamu masih percaya dengan gaya belajar? Bagikan pendapatmu di kolom komentar, ya.

Baca Juga: Kamu Suka Guyonan Receh? Ini 5 Fakta Berbasis Ilmiahnya

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya