Masyarakat Adat Punya Peran Penting dalam Konservasi Hayati

Keanekaragaman penting untuk keberlangsungan kita semua

Intinya Sih...

  • Forum Bumi: Seminar di Jakarta membahas pentingnya keanekaragaman hayati dan konservasi
  • Perubahan Undang-Undang: Samedi menyoroti kekurangan dalam perlindungan hukum terhadap spesies yang tidak dilindungi
  • Pentingnya Laut Indonesia: Prof. Augy menekankan pemahaman benar tentang laut Indonesia dan ancaman perubahan iklim terhadap ekosistem laut

Indonesia, dengan kekayaan alam yang melimpah, menghadapi ancaman serius terhadap keanekaragaman hayatinya. Menyadari urgensi ini, National Geographic Indonesia bekerja sama dengan Yayasan KEHATI menyelenggarakan serial seminar "Forum Bumi" pada Kamis (8/8/2024) di Jakarta. 

Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para jurnalis serta aktivis lingkungan terkait pentingnya keragaman hayati.

Pada edisi pertamanya yang bertajuk "Apa yang Terjadi Bila Keanekaragaman Hayati Kita Punah?", berbagai isu mendesak tentang konservasi dibahas secara mendalam oleh para ahli.

1. Perubahan UU Konservasi

Masyarakat Adat Punya Peran Penting dalam Konservasi Hayatiilustrasi fauna di kawasan konservasi (pexels.com/Pixabay)

Samedi, Direktur Program KEHATI, menyoroti perubahan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Meskipun ada beberapa perbaikan seperti penguatan sanksi untuk pelanggaran terhadap spesies yang dilindungi, Samedi menilai bahwa peraturan tersebut masih memiliki beberapa kekurangan.

Salah satunya adalah peraturan ini belum mengatur konservasi di level genetik dan masih bersifat sentralistik. Hal ini menjadi perhatian serius karena satwa yang tidak masuk dalam daftar spesies yang dilindungi tetap rentan terhadap kepunahan tanpa adanya perlindungan hukum yang memadai.

"Sayangnya, saya melihat yang diperkuat hanya sanksi dan hukuman, itu pun hanya untuk spesies yang dilindungi," ujar Samedi. 

2. Pentingnya pemahaman mendalam tentang laut Indonesia

Masyarakat Adat Punya Peran Penting dalam Konservasi Hayatiilustrasi laut (pexels/Jeremy Bishop)

Prof. Dr. Augy Syahailatua, ahli oseanografi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menekankan betapa pentingnya pemahaman yang benar tentang lautan Indonesia.

Menurutnya, masyarakat Indonesia umumnya hanya diajarkan bahwa laut kita luas, tanpa memahami bahwa sebagian besar wilayah laut Indonesia adalah zona laut dalam dengan kedalaman lebih dari 200 meter.

Kondisi ini memberikan banyak manfaat, termasuk kekayaan keanekaragaman hayati laut yang harus dilindungi. Prof. Augy juga menyoroti ancaman perubahan iklim terhadap ekosistem laut, termasuk prediksi penurunan jumlah terumbu karang di Indonesia sebesar 22,15 persen pada tahun 2100.

"Sebagai orang Indonesia, seharusnya kita tahu bahwa 70-80 persen lautan kita adalah zona laut dalam, yaitu dengan kedalaman di atas 200 meter," kata Prof. Augy.

Baca Juga: Studi: Dengan Lindungi 1,2% Daratan Bumi, Bisa Cegah Kepunahan Massal

3. Peran masyarakat adat dalam konservasi

Masyarakat Adat Punya Peran Penting dalam Konservasi Hayatiilustrasi diskusi Forum Bumi (dok. KEHATI)

Annas Radin Syarif, Deputi Sekjen AMAN, menggarisbawahi peran penting masyarakat adat dalam menjaga keanekaragaman hayati. Meskipun mereka diakui secara global sebagai penjaga Bumi, keterlibatan mereka dalam konservasi seringkali masih kurang dihargai.

Annas menjelaskan bahwa 36 persen tutupan hutan di dunia berada di wilayah adat.  Masyarakat adat memiliki kewajiban adat serta sistem pengetahuan lokal yang mendalam untuk melindungi dan mengelola wilayah mereka secara berkelanjutan.

Menurutnya, penegakan hukum adat juga menjadi alat penting dalam menjaga wilayah konservasi dari kerusakan.

 

 

Semua makhluk hidup berhak atas keberlangsungan hidup, dan manusia memiliki kewajiban untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan demikian, setiap tindakan kita harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa kita turut menjaga keanekaragaman hayati yang menjadi kekayaan bersama.

Baca Juga: Studi: Spesies Lumut Ini Mungkin Bisa Bertahan di Mars

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya