5 Fakta Sargassum, Hidup Mengapung Tidak Pernah Menempel di Dasar Laut

Rumput laut yang membentang diatas perairan seperti pulau

Rumput laut banyak ditemukan di pesisir dan lautan. Banyak ragamnya dan dapat dibedakan dari beberapa kelas. Seperti rumput laut hijau (Chlorophyceae), rumput laut hijau biru (Cyanophyceae), rumput laut cokelat (Phaecophyceae) dan rumput laut merah (Rhodophyceae). 

Dari masing-masing kelas tersebut terdapat berbagai spesies rumput laut. Begitu banyak ragamnya, hingga memberikan banyak dampak positif maupun negatif. Industri makanan, minuman maupun kosmetik juga memanfaatkan keberadaan rumput laut ini. Namun, jika habitatnya memenuhi permukaan lautan, tidak jarang juga bisa merugikan. Seperti halnya Sargassum, jenis rumput laut yang tumbuh mengapung diatas permukaan perairan. Yang mana habitatnya hampir dapat ditemukan di seluruh perairan dunia. Dengan spesies yang berbeda-beda di masing-masing wilayah tersebut. 

Bahkan pertumbuhannya mampu memenuhi perairan dan seperti membentuk pulau. Sampai terdapat sebuah wilayah perairan laut yang terkenal dengan sebutan Laut Sargasso. Karena keberadaan Sargassum yang mengapung diatas permukaan airnya. Seperti apa habitat, dampak maupun manfaat Sargassum. Simak ulasan mengenai rumput laut Sargassum sebagai berikut. 

1. Tergolong rumput laut cokelat

5 Fakta Sargassum, Hidup Mengapung Tidak Pernah Menempel di Dasar LautIlustrasi struktur Sargassum (commons.m.wikimedia.org/Rebecca R. Helm)

Disebut rumput laut cokelat (Phaecophyceae) karena terdapat pigmen yang terkandung didalamnya berupa xantofil. Pigmen ini memberikan warna cokelat pada rumput laut. Selain itu juga ada pigmen klorofil dan karotena. Secara umum rumput laut ini mampu tumbuh hingga mencapai ukuran 30 meter. Dan memiliki gelembung berbentuk bulatan-bulatan kecil yang berguna untuk mengapung di perairan.

Dijelaskan dalam sebuah jurnal Biologi Tropis, Sargassum memiliki warna cokelat kuning kehijauan, dimana tubuhnya berstruktur atas sebuah holdfast. Yang mana memiliki fungsi sebagai struktur basal, batang semu atau sebuah stipe dan frond dengan bentuk seperti daun. Dominasi pigmen fucoxantin, klorofil a dan c, betakaroten serta xantofil lainnya mempengaruhi warna cokelat pada rumput laut ini dan umumnya pada divisi Phaeophyta.

Selain itu, bentuk dari thallus Sargassum gepeng, percabangan banyak seperti pepohonan yang ada di darat. Bentuk daunnya lebar, lonjong seperti pedang, terdapat gelembung udara yang umumnya soliter. Daun tersebut memiliki pinggiran berombak, bergerigi jarang, ujung meruncing atau melengkung. Terdapat batang utama dengan bentuk bulat sedikit kasar, dengan bagian yang digunakan untuk melekat (holdfast) berbentuk cakram. 

Baca Juga: Mengenal Rumput Laut Ogo Merah sebagai Sumber Agar-Agar, ini Faktanya!

2. Dimana bisa menemuinya?

5 Fakta Sargassum, Hidup Mengapung Tidak Pernah Menempel di Dasar LautIlustrasi Sargassum yang mengapung di permukaan perairan (commons.m.wikimedia.org/VELY Michel)

Secara umum, Sargassum dapat ditemukan di seluruh perairan lautan yang ada kecuali di Antartika. Dan sejak dahulu pertumbuhannya disebut liar. Dilansir dalam jurnal Ekologia, rumput laut cokelat biasanya dapat ditemukan di sepanjang perairan pantai yang memiliki iklim sedang, dengan airnya yang sejuk. Dan habitat Sargassum tersebut dapat tumbuh di daerah interdal, subtidal dan dengan kedalaman 0,5 hingga 10 meter, serta adanya arus dan ombak.

Dia tumbuh di wilayah tubir membentuk rumpun besar. Seperti sebelumnya, adanya gelembung udara (vesicle) pada cabang thalii, menjadikan mengapung muncul di permukaan air. Dimana faktor lain yang mempengaruhinya seperti suhu perairan sekitar 27-30 ⁰C. Kebutuhan intensitas cahaya matahari cukup tinggi untuk pertumbuhan Sargassum. Kebutuhan akan cahaya matahari sekitar 6500-7500 lux. Selain itu, juga faktor salinitas perairan. 

3. Dampak adanya Sargassum

5 Fakta Sargassum, Hidup Mengapung Tidak Pernah Menempel di Dasar LautIlustrasi Sargassum yang terdampar di pesisir pantai (commons.m.wikimedia.org/Jonathan Wilkins)

Keberadaan Sargassum yang melimpah ternyata memberikan dampak bagi kehidupan. Baik yang memberikan manfaat dan juga bisa merugikan. Dilansir dalam website Only One tentang dampak rumput laut Sargassum bagi ekosistem dan kehidupan laut. Yaitu, Sargassum yang tumbuh banyak dan membentang luas di perairan dapat menutupi masuknya sinar matahari ke dasar lautan, sehingga karang dan lamun akan mati. Serta Sargassum yang membusuk akan mengasamkan air juga bisa membunuh bayi ikan yang bereproduksi didekat pantai. Ikan lumba-lumba maupun kura-kura juga akan terjebak, jika tidak bisa terlepas juga akan menyebabkan kematian. 

Bahkan Sargassum yang membusuk juga menghasilkan gas hidrogen sulfida yang menimbulkan bau yang mengganggu indra penciuman. Selain itu, gas ini dapat menyebabkan iritasi mata, tenggorokan dan hidung. Terutama akan mengganggu orang dengan penyakit asma atau pernapasan, melansir dalam Florida Health. Operasi kapal juga dapat terhambat dengan adanya Sargassum yang tumbuh liar ini. Keberadaannya yang berlebihan dapat menyumbat intake kapal, sehingga air laut tidak bersirkulasi cepat. Akhirnya mesin kapal terlalu panas dan mati. Kehidupan di pesisir juga akan terganggu, seperti nelayan maupun pengunjung. 

Sehingga perlu adanya tindakan supaya Sargassum yang tumbuh liar, keberadaannya lebih optimal untuk kehidupan. Dilansir jurnal Ekologia, bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan, karena mengandung beberapa nutrisi. Diantaranya seperti protein, karbohidrat, asam amino esensial, fenol, sumber vitamin, mineral zat besi (Fe), magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan kalium (K)) serta sumber alginat. 

Selain itu, dalam Food Scientia Journal of Food Science and Technology menyebutkan, Sargassum juga banyak mengandung senyawa bioaktif berupa fukoidan, fucosantin, flavonoid, terpenoid dan tanin. Senyawa bioaktif ini dapat berperan sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikanker, antidiabetic, antiobesitas, imunomodulator, gastroprotekstif, sitoprotektif hingga neuroprotektif. Kandungan alginat juga dapat dimanfaatkan dalam industri kosmetik untuk membuat sabun, lotion, krim, shampo. Sedangkan dalam industri farmasi dapat digunakan sebagai bahan stabilizer, emulsifier, tablet, salep, kapsul. Juga dapat digunakan sebagai bahan additive pada beberapa industri seperti industri tekstil, keramik, fotografi dan pestisida. 

4. Dapat tenggelam di dasar

5 Fakta Sargassum, Hidup Mengapung Tidak Pernah Menempel di Dasar LautIlustrasi Sargassum yang tenggelam di dasar laut (commons.m.wikimedia.org/Peter Southwood)

Gelembung udara yang ada pada Sargassum mampu mengapung dan menopangnya melayang di permukaan perairan. Namun, disebutkan dalam Ocean Exploration oleh National Oceanic and Atmospheric Administration, ketika kehilangan daya apung, Sargassum akan tenggelam ke dasar laut. Dimana hal tersebut akan memberikan energi berupa karbon bagi invertebrata dan ikan di laut bagian dalam. Maka bisa berpotensi dalam jaring makanan di laut dalam. Namun, Sargassum yang tenggelam tersebut juga mengganggu tanaman laut dan terumbu karang di laut dalam. 

5. Sebagian dikonsumsi

5 Fakta Sargassum, Hidup Mengapung Tidak Pernah Menempel di Dasar LautIlustrasi Hijiki terkenal di Jepang (commons.m.wikimedia.org/Lablasgovegmenu)

Bagi sebagian negara, menggunakan Sargassum sebagai bahan makanan. Seperti yang telah disebutkan dalam website Specialty Produce, di Asia pada masa lalu, Sargassum umumnya dikonsumsi. Salah satu spesiesnya adalah Sargassum fusiforme, yang disebut sebagai Hijiki. Spesies rumput laut ini terkenal, biasanya digoreng atau dikeringkan dan dipotong tipis. Hijiki umumnya digoreng atau dimasak serta dikonsumsi dengan makanan laut lainnya atau ikan, juga digunakan sebagai isian pangsit. 

Sedangkan di Jepang, Hijiki dimasak bersama telur dadar. Di Korea juga dijadikan lauk, dicampurkan salad atau ditambahkan dalam bap. Dan diluar Asia, Sargassum dimasak menggunakan santan, lalu dikukus dan disajikan menjadi lauk. Dijadikan keripik dengan dipanggang atau juga ditambahkan cuka, jus lemon untuk menambah rasa. Di Hawaii, Sargassum juga dijadikan campuran seperti rempah-rempah atau dicampur dengan ikan mentah. 

Nah, dengan demikian terlepas dari kelebihan maupun kekurangan dari Sargassum. Sebagai manusia, kita harus bijak dalam memanfaatkannya jika itu dalam upaya mengurangi dampak negatif. Namun, ketika mengkonsumsinya perlu digali informasi lebih, apakah dia berbahaya atau tidak. Hal ini mengingat bahwa saat ini laut pun telah mengalami perubahan seperti polusi atau pencemaran. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, apakah bisa dijadikan bahan untuk olahan hidangan. 

Baca Juga: 6 Fakta Iguana Laut, Perenang Andal Asli Kepulauan Galapagos 

Nunik Empu Apriliani Photo Verified Writer Nunik Empu Apriliani

Reading will open the world and writing will increase knowledge

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya