Mengapa Terdapat Makam di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri?

Mana yang lebih dulu ada?

Beberapa waktu terakhir, ramai pemberitaan tentang munculnya makam di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Tidak hanya satu, jumlahnya ada puluhan makam, yang terlihat saat airnya sedang surut.

Lantas, mengapa terdapat makam di Waduk Gajah Mungkur? Apakah makam tersebut hadir lebih dulu atau justru sebaliknya? Tengok faktanya, yuk!

1. Waduk Gajah Mungkur mulai dibangun pada tahun 1976

Waduk Gajah Mungkur adalah salah satu waduk terbesar di Indonesia yang bisa mengairi sawah seluas 23.600 hektar serta memasok air minum untuk Wonogiri dan sekitarnya. Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Avatara pada tahun 2015, pembangunan Waduk Gajah Mungkur telah direncanakan sejak tahun 1964, tetapi baru terealisasi pada tahun 1976 dan selesai pada tahun 1981.

Tujuan Waduk Gajah Mungkur dibangun adalah untuk mengendalikan banjir, menyediakan air untuk irigasi, dan menghasilkan listrik (dari PLTA). Selain itu, juga dijadikan sebagai tempat rekreasi dan memancing.

2. Makam tersebut telah ada sebelum waduk dibangun

Mengapa Terdapat Makam di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri?ilustrasi Waduk Gajah Mungkur (wikipedia.org/Bangkit Setiana)

Makam yang muncul saat Waduk Gajah Mungkur surut adalah milik masyarakat setempat. Karena pembangunan waduk, puluhan ribu warga yang menghuni 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri harus direlokasi ke tempat lain. Tetapi, makam tersebut tidak ikut dipindahkan.

Tidak hanya di pinggir waduk, makam tersebut terkadang muncul di tengah waduk saat air sedang surut. Bukan fenomena mistis, melainkan karena komplek makam tersebut jumlahnya lebih dari satu. Ada puluhan desa yang tenggelam dan setiap desa memiliki makamnya masing-masing.

3. Hal yang sama juga terjadi di waduk yang lain

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Waduk Gajah Mungkur, tetapi juga di waduk-waduk lain. Contohnya adalah Waduk Kedungombo di Kabupaten Boyolali, Grobogan, dan Sragen serta Waduk Sermo di Kabupaten Kulon Progo. Atau Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang.

Pada intinya, ini adalah fenomena yang normal dan terjadi setiap musim kemarau. Bahkan, terkadang bukan hanya makam yang terlihat, tetapi juga bekas jembatan dan puing-puing bangunan. Lalu, saat musim hujan, semuanya akan kembali tergenang air.

Baca Juga: Waduk Gajah Mungkur Wonogiri: Info Lokasi, Tiket dan Aktivitas Wisata

Topik:

  • Fatkhur Rozi
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya