Melihat Banjir Demak-Kudus, Bisakah Selat Muria Muncul Lagi?

Dulu adalah jalur pelayaran penting

Intinya Sih...

  • Banjir Jawa Tengah disebabkan oleh tingginya intensitas hujan, meluapnya air sungai, dan jebolnya tanggul di enam wilayah.
  • Sejarah Selat Muria sebagai jalur pelayaran penting yang mengalami pendangkalan sejak abad ke-17.
  • Kemungkinan munculnya kembali Selat Muria di masa depan karena penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut, serta solusi untuk mengatasi banjir.

Banjir Jawa Tengah adalah salah satu bencana terparah yang terjadi tahun ini. Penyebabnya adalah tingginya intensitas hujan, meluapnya air sungai, dan jebolnya beberapa tanggul. Enam wilayah yang terdampak adalah Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Jepara.

Kabupaten Demak terdampak paling parah, di mana 12 dari 14 kecamatan terendam banjir. Disusul dengan Kabupaten Kudus, di mana 5 dari 9 kecamatan tergenang air.

Banyak yang berasumsi bahwa bencana banjir ini bisa memunculkan kembali Selat Muria. Benarkah demikian?

1. Selat Muria dulunya ramai dilewati kapal dagang

Berdasarkan studi yang dipresentasikan dalam The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition di Lombok pada tahun 2010, wilayah Demak enam abad silam berupa rawa-rawa yang terletak di pinggir Selat Muria. Selat ini dulunya ramai dilewati kapal dagang.

Tetapi, semenjak abad ke-17, Selat Muria mengalami pendangkalan, sehingga kapal dagang besar hanya bisa lewat pada musim-musim tertentu. Lama-kelamaan, material sedimen yang masuk ke Selat Muria semakin banyak, lalu berubah menjadi daratan seperti sekarang.

Salah satu dampak yang dirasakan kala itu adalah matinya Pelabuhan Demak. Lalu, jalur pelayaran dialihkan ke Pelabuhan Jepara yang relatif aman.

2. Selat tersebut memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Muria

Melihat Banjir Demak-Kudus, Bisakah Selat Muria Muncul Lagi?ilustrasi Gunung Muria di tahun 1900-an (commons.wikimedia.org/G. F. J. Bley)

Saat masih ada, Selat Muria memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Muria. Di tengahnya terdapat Gunung Muria, gunung berapi tidur (dorman) yang tingginya 1.602 meter di atas permukaan laut.

Di pulau yang sama juga ada kawasan bernama Perbukitan Patiayam. Di sini ditemukan fosil kerbau purba (Bos bubalus palaeokarabau dan Bos palaeosondaicus), keluarga rusa (Cervidae), babi hutan, gajah jenis Stegodon, dan masih banyak lagi.

3. Apakah Selat Muria akan terbentuk kembali?

Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ada kemungkinan Selat Muria kembali muncul di masa depan. Tetapi, ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Bukan karena banjir, melainkan karena penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut.

Untuk mengatasi banjir yang sering terjadi, disarankan untuk memperbanyak zona resapan air, mengurangi pengambilan air tanah secara berlebihan, dan membenahi tata guna lahan.

Sementara, solusi jangka pendeknya adalah memperbaiki tanggul-tanggul yang jebol agar air segera surut. Itulah yang sedang dikebut oleh pemerintah sekarang.

Baca Juga: 5 Fakta Ilmiah Banjir, Menjadi Bencana Tahunan di Indonesia

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya