Gunung Es Raksasa di Antartika Pecah untuk ke-3 Kalinya

Terdeteksi satelit pengamatan Bumi

Intinya Sih...

  • Gunung es pecah dari Lapisan Es Brunt Antartika, dinamakan A-83 setelah pemantauan oleh satelit Copernicus Sentinel-1 dan Landsat 8.
  • Pemisahan gunung es dipantau untuk melacak dampak perubahan iklim di Antartika, serta tidak mengancam Halley VI Research Station.
  • Hilangnya es Antartika menjadi indikasi kenaikan suhu global dan peringatan yang mengerikan terhadap banjir pesisir dan cuaca ekstrem.

Beberapa hari yang lalu, gunung es berukuran 380 kilometer persegi (147 mil persegi) pecah dari Lapisan Es Brunt di Antartika. Dinamakan A-83, ini merupakan peristiwa yang sama, terjadi ketiga kalinya di kawasan tersebut dalam empat tahun terakhir.

Peristiwa pertama terjadi pada 2021, ketika A-74 memecahkan lapisan es. Sementara gunung berapi yang lebih besar bernama A-81, menyusul pada 2023, menurut situs Science Alert.

Baca Juga: Peneliti Temukan Penyebab Lubang Misterius di Antartika

Ini sebabnya

Pemisahan gunung es ini ditangkap oleh dua satelit pengamatan Bumi, satelit Copernicus Sentinel-1 milik Badan Penerbangan Antariksa Eropa (ESA) dan satelit Landsat 8 milik Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA), masing-masing menyediakan pencitraan radar dan data termal.

Gunung es tersebut secara resmi diberi nama A-83 oleh US National Center, yang memberikan nama berdasarkan kuadran Antartika tempat gunung es pertama kali terlihat.

Karena Brunt terletak di Laut Weddell bagian timur, gunung esnya diberi tanda 'A', sementara nomornya diberikan secara berurutan. Pemantauan rutin lapisan es dengan satelit memungkinkan para ilmuwan melacak dampak perubahan iklim di wilayah terpencil seperti Antartika.

Secara khusus, para ilmuwan dapat memantau bagaimana lapisan es mempertahankan integritas strukturalnya sebagai respons terhadap perubahan dinamika es dan peningkatan suhu atmosfer dan lautan.

Peristiwa "melahirkan anak ini" disebabkan oleh melemahnya es di McDonald Ice Rumples dan meluasnya "Halloween Crack" ke lapisan es.

Untungnya jauh dari laboratorium pengamatan

Gunung Es Raksasa di Antartika Pecah untuk ke-3 Kalinyagunung es di Antartika (discoveringantarctica.org.uk)

Misi Copernicus Sentinel-1 mengandalkan pencitraan radar untuk menghasilkan gambar sepanjang tahun, baik siang maupun malam. Hal ini sangat penting terutama selama musim dingin ketika hampir tidak ada sinar matahari selama enam bulan (Antartic Night).

Misi seperti Landsat 8 mengandalkan pencitraan termal untuk membantu para ilmuwan mengkarakterisasi ketebalan lapisan es. Untungnya, gunung es tersebut tidak mengancam Halley VI Research Station milik British Antarctic Survey, sebuah platform penelitian internasional yang mengamati cuaca bumi, atmosfer, dan luar angkasa.

Meskipun masih terletak di Lapisan Es Brunt, stasiun ini dipindahkan pada tahun 2017 ke pantai Caird setelah lapisan es bagian luar dianggap tidak stabil.

Indikasi pemanasan global

Hilangnya es Antartika yang terus berlanjut merupakan salah satu indikasi paling jelas dari kenaikan suhu global dan peringatan yang mengerikan. Selain berkontribusi terhadap kenaikan permukaan air laut, banjir pesisir, dan cuaca ekstrem, hilangnya es di kutub menyebabkan tambahan radiasi matahari yang diserap oleh lautan di Bumi, sehingga menyebabkan suhu semakin meningkat.

Pemanasan global dapat melelehkan es di Antartika melalui beberapa proses:

  • Pemanasan Air: Ketika lautan memanas, permukaan laut naik. Pemanasan ini juga menunda pertumbuhan es di musim gugur dan musim dingin, dan es mencair lebih cepat pada musim semi berikutnya, mengekspos air laut yang gelap untuk jangka waktu yang lebih lama pada musim panas berikutnya.
  • Peleburan Es: Ketika es terpapar panas, ia mencair. Saat es di daratan mencair dan air mengalir ke laut, permukaan laut naik.
  • Pengaruh Albedo: Saat es mencair, bercak laut yang lebih gelap mulai muncul, menghilangkan efek yang sebelumnya mendinginkan kutub, menciptakan suhu udara yang lebih hangat dan pada gilirannya mengganggu pola normal sirkulasi laut.
  • Pelepasan Metana: Es Arktik dan permafrost—tanah yang beku secara permanen—menyimpan sejumlah besar metana, gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Ketika mencair, metana tersebut dilepaskan, meningkatkan laju pemanasan.  

Pemantauan lapisan es di kutub sangat penting untuk strategi adaptasi dan mitigasi, sebagaimana dijabarkan dalam IPCC Sixth Assessment Report (AR6).

Baca Juga: Antartika Dipenuhi Gunung Berapi, Bisakah Meletus?

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya