Badai Matahari Pancarkan Radiasi, Gelombang Radio Terdampak

Matahari tengah mendekati siklus 11 tahun

Intinya Sih...

  • Bintik matahari AR3664 melepaskan jilatan api terkuatnya, mengganggu sinyal radio frekuensi tinggi di Asia, Eropa Timur, dan Afrika Timur.
  • Letusan suar X3.98 masuk dalam 4 terbesar dalam siklus Matahari, menyebabkan pemadaman radio gelombang pendek dan lontaran massa korona ke Bumi.
  • Aktivitas Matahari yang meningkat mendekati titik maksimum siklus 11 tahun dapat berdampak pada teknologi ruang angkasa dan infrastruktur di Bumi.

Bintik matahari kolosal AR3664 telah mengeluarkan jilatan api matahari terkuatnya. Bumi terkena dampaknya karena berada di jalur tembaknya, mengutip situs Space.

Suar matahari adalah letusan bintik matahari di permukaan yang memancarkan semburan radiasi elektromagnetik intens. Mereka dikategorikan berdasarkan ukurannya ke dalam kelompok berhuruf, ialah:

  • Suar kelas X: Paling kuat.
  • Suar kelas M: 10 kali lebih lemah dibandingkan suar kelas X.
  • Suar kelas C: 10 kali lebih lemah dibandingkan suar kelas M.
  • Suar kelas B: 10 kali lebih lemah dibandingkan suar kelas C.
  • Suar kelas A: 10 kali lebih lemah dibandingkan suar kelas B dan tidak menimbulkan dampak nyata di Bumi.

Baca Juga: Arti 'Api' Warna Pink yang Muncul saat Gerhana Matahari Total

Sejumlah wilayah terdampak

Suar X3.98 memuncak pada 10 Mei, pukul 06:54 GMT atau 13:54 WIB yang memicu hilangnya sinyal radio frekuensi tinggi (HF) untuk sementara atau seluruhnya di Asia, Eropa Timur, dan Afrika Timur.

Meski bukan jilatan api matahari terbesar dari bintik AR3664, tetapi ini masuk kategori terbesar ke-4 dalam siklus Matahari, menurut postingan fisikawan surya Keith Strong di media sosial X.

Pemadaman radio gelombang pendek terjadi di Asia, Eropa Timur, dan Afrika Timur, tak lama setelah letusan Matahari dahsyat akibat pancaran sinar-X yang kuat dan radiasi ultraviolet ekstrem yang dipancarkan selama peristiwa tersebut.

Mengutip situs Langit Selatan, ada 6 lontaran massa korona yang mengarah ke Bumi dan salah satunya sudah tiba di Bumi, menghasilkan kenampakan aurora di berbagai negara di lintang menengah dan lintang tinggi.

Selain itu, diperkirakan badai geomagnetik yang terjadi meningkat dari kelas G4 jadi G5. Sehingga disebutkan bahwa badai ekstrem yang terjadi dalam 20 tahun sedang dalam perjalanan.

Pemadaman gelombang radio

Radiasi bergerak menuju Bumi dengan kecepatan cahaya dan mengionisasi (memberikan muatan listrik ke) bagian atas atmosfer bumi, menciptakan lingkungan dengan kepadatan lebih tinggi untuk dilalui sinyal radio.

Ketika mencoba melakukan perjalanan melalui lapisan terionisasi tersebut, gelombang radio mau tidak mau berinteraksi dengan elektron yang kini membanjiri lingkungannya.

Dengan demikian, gelombang radio kehilangan energi karena lebih seringnya tumbukan dengan elektron. Hal ini menyebabkan sinyal radio terdegradasi atau terserap seluruhnya, menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Weather Prediction Center (SWPC).

Letusan suar X ini juga disertai dengan lontaran massa koronal (CME), yaitu pengusiran besar-besaran plasma dan medan magnet dari Matahari.

"CME DARI X-FLARE TERBARU DIKONFIRMASI: Perhatikan wilayah terang di SW (AR3664). Anda akan melihat suar X meledak di dalamnya dan CME diluncurkan," tulis Keith Strong.

Menurut postingan situs cuaca luar angkasa dan aurora SolarHam, CME sekarang terlihat dan tampak sebagian besar mengarah ke barat. Namun komponen yang mengarah ke Bumi masih mungkin terjadi.

Warga Bumi perlu waspada

Badai Matahari Pancarkan Radiasi, Gelombang Radio Terdampakpotret Matahari (NASA/Goddard/SDO)

Aktifitas Matahari yang luar biasa selama seminggu terakhir ini merupakan indikator bahwa kita mendekati titik maksimum Matahari, yaitu periode puncak aktivitas Matahari selama siklus 11 tahun.

Para ilmuwan tenaga surya terus mewaspadai Matahari saat mendekati titik maksimum karena peningkatan aktivitas tersebut dapat berdampak pada kehidupan kita di Bumi.

Semburan api matahari yang energik dapat secara signifikan mempengaruhi pesawat ruang angkasa, satelit, dan teknologi berbasis darat, yang bergerak dengan kecepatan cahaya, dan tidak memberikan banyak pemberitahuan sebelum menyerang.

Itu sebabnya banyak organisasi memantau Matahari dengan cermat. Organisasi-organisasi ini dapat mengirimkan peringatan kepada sektor teknologi dan infrastruktur yang rentan terhadap aktivitas semburan api matahari sehingga tindakan pencegahan yang tepat dapat diambil jika cuaca luar angkasa berpotensi membahayakan.

"Kita tidak bisa mengabaikan cuaca luar angkasa, tapi kita bisa mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri kita sendiri," bunyi peringatan Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA).

Namun tidak perlu khawatir, karena apa yang disebut sebagai "suar mematikan" tidak ada. Meskipun jilatan api matahari dapat mengganggu dunia teknologi secara signifikan, fenomena alam tersebut tidak mengandung energi yang cukup untuk menimbulkan kerusakan jangka panjang terhadap bumi.

“Bahkan dalam kondisi terburuknya, jilatan api matahari secara fisik tidak mampu menghancurkan Bumi,” lanjut NASA.

Baca Juga: 10 Foto Menakjubkan Galaksi yang Berhasil Ditangkap Hubble NASA 

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya