Sejarah Malam Tirakatan untuk Rayakan Kemerdekaan Indonesia

Penuh makna dan doa

Sejumlah perayaan kerap dilakukan secara rutin dalam rangka menyambut hari ulang tahun Republik Indonesia, mulai dari berbagai perlombaan tingkat desa, parade tradisi, hingga gotong-royong membersihkan lingkungan tinggal. Saat malam hari menjelang tanggal 17 Agustus, tidak sedikit pula yang melaksanakan malam tirakatan.

Sejarah malam tirakatan pun sudah berlangsung sejak hari kemerdekaan negara kita tercinta, lho. Tradisi tersebut pun dikatakan memiliki makna dan penuh doa yang terus relevan bahkan setelah bertahun-tahun merdeka. 

Sejarah malam tirakatan

Sejarah Malam Tirakatan untuk Rayakan Kemerdekaan Indonesiailustrasi perayaan tradisi (pexels.com/Renda Eko Riyadi)

Malam tirakatan menjadi satu tradisi yang selalu ada tiap tahun untuk menyambut HUT RI. Tradisi ini bisa kamu jumpai dengan mudah, khususnya oleh masyarakat Jawa dan sekitarnya. Meski demikian, awal mula dilaksanakannya malam tirakatan sebenarnya tidak hanya untuk merayakan hari ulang tahun negara, lho. 

Secara umum, masyakarat Jawa kerap melaksanakan malam tirakatan untuk menyambut acara penting. Misalnya, sehari sebelum pernikahan, sebelum pemilihan kepala desa, dan sejumlah perhelatan lainnya. Tujuan dari malam tirakatan ini lebih untuk menyiapkan acara penting keesokan harinya.

Sama seperti kebiasaan tersebut, malam tirakatan pun dilakukan sebelum hari kemerdekaan. Tujuan pelaksanaannya adalah mempersiapkan dan berdoa agar diberi kelancaran. 

Di Yogyakarta, malam tirakatan sudah ada sejak kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono IX. Tradisi tersebut memiliki konteks awal sebagai langkah perenungan untuk menjadi yang lebih baik di kemudian hari, melansir situs Desa Sitirejo Kabupaten Pati.

Baca Juga: Kenapa 17 Agustus Identik dengan Lomba? Ini Maknanya

Makna malam tirakatan saat ini

Meski pelaksanaan malam tirakatan menjelang hari ulang tahun Republik Indonesia tidak berubah, yakni malam hari pada setiap tanggal 16 Agustus, maknanya sedikit bergeser. Dahulu, malam tirakatan dilaksanakan untuk melakukan persiapan dan berdoa agar diberi kelancaran.

Setelah Indonesia dinyatakan merdeka, pelaksanaan malam tirakatan menjadi momen refleksi untuk memaknai Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus. Malam tirakatan di era pasca kemerdekaan dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas terbebasnya bangsa Indonesia dari penjajahan. 

Hal tersebut sejalan dengan asal kata tirakatan itu sendiri yakni ṭarīqah. Bersumber dari bahasa Arab, kata tersebut berarti 'jalan'. Secara menyeluruh dimaknai sebagai jalan menuju kebenaran dan kebaikan, melansir situs Pemerintah Kota Surakarta.

Lebih lanjut, malam tirakatan juga menjadi momen bagi masyarakat Indonesia untuk kembali mengenang jasa pahlawan. Melalui pelaksanaan acara ini, masyarakat bersama-sama menggaungkan doa bagi para pahlawan yang gugur saat memperjuangkan Indonesia.

Pelaksanaan malam tirakatan

Sejarah Malam Tirakatan untuk Rayakan Kemerdekaan Indonesiailustrasi tumpeng (vecteezy.com/111949163132755726038)

Meski sudah bergeser tujuan dan makna sejarah malam tirakatan, tradisi ini masih tetap dilaksanakan hingga kini. Biasanya, masyarakat akan berkumpul pada malam hari tanggal 16 Agustus. Pada momen tersebut, turut hadir juga tetua desa, pejabat setempat, dan seluruh masyarakat. 

Rangkaian acaranya bisa bervariasi. Namun, secara umum akan berisi sambutan dan mendengarkan sejarah perjuangan Indonesia. Selanjutnya, bersama-sama menggaungkan doa dipimpin oleh tokoh keagamaan.

Tidak berhenti di sana, ada kalanya malam tirakatan juga dilengkapi dengan makan tumpeng bersama. Pemilihan tumpeng sebagai hidangan khas yang melambangkan gunung dan lautan ini pun penuh makna, lho. Tumpeng menjadi simbol keberagaman dan kekayaan Indonesia yang patut dijaga bersama.

Sejarah malam tirakatan ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat Indonesia tentang perjuangan mencapai kemerdekaan. Selain itu juga, berkumpulnya warga saat malam tirakatan bisa menjadi sarana memupuk gotong-royong dan kedekatan antar penduduk setempat. Apakah kamu pernah berpartisipasi dalam kegiatan ini?

Baca Juga: Mengenal Mubeng Beteng, Tradisi Malam 1 Suro oleh Keraton Yogyakarta

Topik:

  • Laili Zain Damaika
  • Nadia Agatha Pramesthi

Berita Terkini Lainnya