Apa Itu Bakteri Pemakan Daging di Jepang? Kenali Bahayanya

Bisa memicu efek fatal dalam waktu singkat

Baru saja melewati pandemi Covid-19, dunia kembali diguncang dengan munculnya kasus penularan penyakit akibat bakteri. Beberapa media internasional menyebut kasus asal Jepang ini sebagai rare-flesh eating bacteria

Apa itu bakteri pemakan daging di Jepang? Ini penjelasan mengenai bakteri tersebut, bahaya hingga faktor yang membuat bakteri ini menjadi perhatian berbagai kalangan global. 

Apa itu bakteri pemakan daging?

Apa Itu Bakteri Pemakan Daging di Jepang? Kenali Bahayanyailustrasi bakteri (commons.wikimedia.org/Dr. Horst Neve)

Populer dengan istilah bakteri pemakan daging, fenomena yang terjadi di Jepang ini secara klinis disebut sebagai Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS). Kondisi ini terjadi ketika bakteri grup A memasuki aliran darah atau jaringan dalam dan memproduksi eksotoksin. 

Lantas, kenapa disebut 'bakteri pemakan daging'? Well, eksotoksin yang diproduksi setelah bakteri memasuki aliran darah adalah senyawa beracun. Eksotoksin dapat menghancurkan sel dan jaringan dalam tubuh serta membuatnya seolah-olah memakan daging.

Bakteri jenis tersebut dikatakan dapat menyebabkan infeksi ringan seperti radang tenggorokan pada anak-anak. Akan tetapi, jenis bakteri tertentu dapat berkembang biak dengan cepat sehingga menyebabkan penyakit streptokokus grup A invasif (iGAS). 

Nah, STSS ini dianggap sebagai komplikasi iGAS. Kondisi ini dapat berkembang dengan sangat cepat dan menjadi hal darurat yang mengancam jiwa. Infeksi bakteri tersebut dapat mengancam jiwa dalam hitungan jam dan memiliki angka kematian hingga 40 persen.

Siapa saja berisiko mendapatkan penularan bakteri ini. Akan tetapi, orang tua, anak-anak, orang hamil, dan orang dengan luka terbuka berisiko lebih tinggi mengalaminya. 

STSS kembali menjadi perhatian setelah Institut Penyakit Menular Nasional Jepang mengeluarkan pernyataan bahwa angka penularannya meningkat pesat. Per pertengahan 2024 ini, kasus yang tercatat mencapai 977. Padahal pada 2023 secara keseluruhan hanya 941 kasus. 

Penyebaran bakteri pemakan daging atau STSS

FYI, bakteri pemakan daging di Jepang termasuk bakteri grup A. Hal itu membuatnya termasuk kategori yang sangt menular. Penularannya bahkan tidak menunjukkan gejala atau tampak sakit sama sekali dan bisa menyebarkan bakterinya ke orang lain.

Media penularannya adalah droplet pernapasan, termasuk melalui pembicaraan, batuk, atau bersin. Selain itu, bakteri ini juga menular dari kontak langsung. Oleh karenanya, individu dengan luka terbuka sangat berisiko mengalami penularan.

Meski demikian, bakteri streptokokus grup A jarang menyebar melalui makanan. Perlindungan diri pun bisa dilakukan dengan membatasi kontak dan penyebaran bakteri.

Bahaya bakteri pemakan daging

Apa Itu Bakteri Pemakan Daging di Jepang? Kenali Bahayanyailustrasi bakteri (pexels.com/Marek Piwnicki)

Seperti dijelaskan sebelumnya, STSS terjadi ketika bakteri Streptococcus yang mencapai aliran darah dan menginfeksi jaringan tubuh. Dalam prosesnya, bakteri menghasilkan racun yang dapat memicu respons hiperinflamasi. 

Akibatnya, tubuh mengalami syok, nekrosis jaringan cepat, hingga rasa sakit yang luar biasa. Gejala awalnya meliputi nyeri otot, mual atau muntah, demam dan menggigil yang bisa bertambah parah 24—48 jam.

Jika tidak segera mendapat perawatan, gejala akibat infeksi bakteri pemakan daging bisa menjadi lebih parah. Individu yang terinfeksi dapat mengalami tekanan darah rendah, napas cepat atau takipnea, takikardia atau detak jantung cepat, hingga akhirnya kegagalan organ.

Apa itu bakteri pemakan daging di Jepang menjadi perhatian publik dengan bahaya dan kecepatan penularannya. Fenomena medis ini tidak hanya terjadi di Jepang, beberapa negara Eropa juga melaporkan hal serupa.

Referensi:

"Japan is dealing with a 'flesh-eating bacteria' outbreak. Here's what we know about STSS and how to avoid infection". ABC News. Diakses Juni 2024
"Flesh eating bacteria spread in Japan: All about the infection that can kill in 48 hours". Healthshots. Diakses Juni 2024
"About Streptococcal Toxic Shock Syndrome". Centers of Disease Control and Prevention. Diakses Juni 2024
"What is streptococcal toxic shock syndrome?". The University of Sydney. Diakses Juni 2024
Nelson, George E., Tracy Pondo, Karrie-Ann Toews, Monica M. Farley, Mary Lou Lindegren, Ruth Lynfield, Deborah Aragon, et al. 2016. “Epidemiology of Invasive Group A streptococcal infections in the United States, 2005–2012.” Clinical Infectious Diseases/Clinical Infectious Diseases (Online. University of Chicago. Press) 63 (4) : 478–86. https://doi.org/10.1093/cid/ciw248.

Baca Juga: Seperti Apa Efek Gigitan Nyamuk yang Membawa Bakteri Wolbachia?

Topik:

  • Laili Zain Damaika
  • Lea Lyliana
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya