Kenapa Banyak Jenis Ular yang Hidup di Australia? Ini Penjelasannya!

Ada sejarah panjang di baliknya, lho

Pernah kepikiran, tidak, kenapa hewan yang menghuni Australia itu benar-benar berbeda dibandingkan hewan lain di seluruh dunia? Hanya di sana kita bisa menemukan berbagai spesies hewan marsupial, serangga-serangga aneh, hingga ular dengan ukuran yang beragam. Khusus yang terakhir itu, Australia memang terkenal akan spesies ularnya yang sangat varitatif.

Spesies ular yang menghuni benua terkecil di Bumi itu terbagi atas kelompok ular berbisa dan ular tak berbisa. Ukurannya juga terbilang variatif. Saking banyaknya ular yang ada di Australia, masyarakat di sana seolah sudah terbiasa dengan kehadiran hewan melata ini di rumah-rumah mereka sehingga banyak yang sudah tahu harus berbuat apa saat bertemu jenis ular tertentu.

Ternyata ada alasan tertentu di balik ditemukannya banyak spesies ular di Australia ini, lho. Bahkan, alasan-alasan ini juga ada sangkut pautnya dengan keberadaan berbagai hewan beracun atau unik lain yang ada di sana. Penasaran dengan ulasan lengkapnya? Yuk, langsung gulir layar ke bawah!

1. Sebenarnya ada berapa jenis ular yang hidup di Australia?

Kenapa Banyak Jenis Ular yang Hidup di Australia? Ini Penjelasannya!potret ular harimau yang menunjukkan taring dengan bisa yang mematikan (commons.wikimedia.org/Benjamint444)

Dari tadi kita sudah membahas kalau jumlah spesies ular di Australia itu sangat banyak. Akan tetapi, sebenarnya berapa angka pasti dari jumlah tersebut? Nah, agar tidak bingung, spesies ular di Australia secara umum dibagi atas dua kategori utama, yaitu ular yang hidup di daratan dan di lautan.

Dari dua kategori itu, laman New South Wales Government melaporkan bahwa ada 140 spesies ular yang hidup di daratan dan 32 spesies yang menghuni lautan di sekitar Australia. Menariknya, mayoritas dari ular yang ditemukan di Australia ini merupakan ular berbisa dengan kadar racun yang berbeda-beda. Ada sekitar 100 jenis ular berbisa, tetapi hanya sekitar 12—25 spesies di antaranya yang mampu membunuh manusia.

Baca Juga: 5 Ular yang Kerap Ditemukan di Dataran Tinggi Indonesia, Beragam!

2. Ternyata banyaknya spesies ular di Australia berkaitan dengan pergerakan benua di masa lalu

Kenapa Banyak Jenis Ular yang Hidup di Australia? Ini Penjelasannya!Ilustrasi superbenua Gondwana yang nantinya akan berpecah menjadi beberapa benua yang kita ketahui saat ini. (commons.wikimedia.org/Osvaldocangaspadilla)

Saat Bumi masih terdiri atas dua superbenua, yaitu Gondwana dan Laurasia, daratan yang nantinya akan menjadi benua Australia masih bersatu dengan India, Afrika, dan Antarktika di Gondwana. Kemudian, saat pergerakan terjadi di Gondwana sekitar 100 juta tahun yang lalu, Australia mulai berpisah dengan calon benua-benua lain, mengutip Kevin Arbuckle, seorang profesor biosains Swansea University. Pada fase awal pembentukan benua ini, nenek moyang ular yang menghuni Australia tak langsung ikut menghuni daratan Australia.

Dilansir Live Science, nenek moyang ular, khususnya yang berbisa, baru datang ke Australia saat benua itu benar-benar sudah terbentuk. Ular begitu menyukai Australia karena iklim dan habitat di sana sangat beragam. Gurun pasir, hutan hujan tropis, sabana, monsun, hingga iklim sedang tersebar di seluruh benua Australia. Faktor ini pula yang menyebabkan ular-ular di Australia bisa ditemukan di berbagai macam habitat.

Nah, nenek moyang ular ini datang ke Australia dengan cara menyeberang dari pulau-pulau yang terbentuk dari pecahan benua Asia. Mengingat kebanyakan ular di Australia merupakan famili Elapidae, maka diperkirakan nenek moyang mereka diperkirakan harus berenang untuk mencapai Australia. Akan tetapi, Profesor David Adelson dari University of Adelaide mengatakan bahwa sejumlah ahli lainnya percaya bahwa beberapa nenek moyang ular yang ada di Australia ini datang melalui daratan ketika Australia masih bersatu benua lain di sekitarnya.

Tim Profesor David mengemukakan sesuatu yang cukup menarik dari penelitiannya tentang nenek moyang ular di Australia. Khusus untuk ular-ular dalam famili Elapidae di Australia, ada beberapa gen yang justru ditemukan dari hewan lain. Profesor David menjelaskan bahwa urutan gen unik tersebut ditemukan juga pada ikan, bulu babi, kerang, hingga penyu.

Dilansir Science Daily, total ada sekitar 14 transfer genetik baru yang diperoleh Elapidae di Australia dengan 8 gen khusus yang ada di ular laut sekitar Australia. Tim Profesor David menduga bahwa leluhur ular-ular yang ada di Australia menambahkan sejumlah material genetik baru yang diperoleh dari laut saat mereka bergerak menuju Australia. Artinya, penelitian dari tim Profesor David ini semakin memperkuat teori bahwa nenek moyang ular Australia memang datang dengan cara berenang dari lautan lepas. 

3. Walau banyak jenis ular yang berbahaya, jumlah korban gigitan ular di Australia tergolong rendah

Kenapa Banyak Jenis Ular yang Hidup di Australia? Ini Penjelasannya!Bisa taipan pesisir merupakan salah satu bisa paling mematikan di dunia. (commons.wikimedia.org/Sheba)

Banyaknya jenis ular yang bisa ditemukan di Australia tentu akan menimbulkan pertanyaan lain, yaitu seberapa berbahaya mereka sebenarnya? Seperti yang sudah disebutkan di atas, jumlah ular yang sanggup membunuh manusia hanya berkisar 12—25 spesies atau sekitar 10—20 persen dari keseluruhan spesies yang ditemukan di sana. Ternyata beberapa di antaranya memang jenis ular paling mematikan di dunia. Dalam studi LD50 (Lethal Dosage 50), spesies ular seperti taipan pedalaman, ular cokelat australia, dan ular harimau masuk dalam urutan teratas.

Studi LD50 pada dasarnya menguji seberapa efektif bisa ular dalam membunuh tikus lab dan menghitung kadar berbahayanya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Maka dari itu, kadang kita mendengar hasil bahwa dosis sekian dari bisa ular tertentu dapat membunuh sekian manusia dewasa. Kalau melihat data di lapangan, sebenarnya ular-ular berbahaya di Australia itu sangat jarang menimbulkan korban jiwa, lho.

Dilansir CSIRO Australia, ular-ular yang ditemukan di Asia, Afrika, maupun Amerika Selatan justru lebih banyak menyumbang angka kematian manusia tiap tahunnya ketimbang Australia. Alasan mengapa Australia sukses menekan angka kematian akibat gigitan ular adalah tersedianya antibisa yang memadai. Selain itu, kesigapan tenaga medis di sana juga dapat dengan cepat membantu masyarakat yang tak sengaja tergigit oleh ular berbisa.

Tak cukup sampai di situ, kesadaran masyarakat Australia terhadap ancaman ular-ular yang hidup dekat di pemukimannya pun patut diacungi jempol. Mereka sudah paham tindakan apa saja yang perlu dilakukan jika bertemu dengan ular di tempat terbuka ataupun ular yang terjebak di dalam rumahnya. Ditambah lagi, petugas yang berwenang untuk menangani ular masuk rumah pun dapat bereaksi dengan cepat dan tepat dalam mengatasi tiap aduan dari masyarakat yang bertemu dengan ular.

Akhirnya, terjawab juga, kan, alasan mengapa di Australia memiliki begitu banyak spesies ular yang hidup di dalamnya? Dari fakta-fakta ini, kita bisa belajar kalau ternyata hewan melata yang kita kira hanya bisa bergerak dengan lamban ini sanggup berpindah dari satu dataran ke dataran lainnya pada ratusan juta tahun yang lalu. Selain itu, kita juga seharusnya belajar dari Australia soal penanganan terhadap ular berbisa dan masalah yang bisa ditimbulkan akibat gigitannya.

Menyediakan antibisa yang memadai, tenaga medis, dan petugas penanganan ular yang sigap dan terlatih, sampai mengedukasi masyarakat ketika tak sengaja bertemu dengan ular sudah seharusnya kita tiru. Sebab, jumlah ular yang bisa ditemukan di Indonesia pun sebenarnya juga terbilang banyak. Bahkan, angka konflik masyarakat Indonesia dengan ular pun cukup tinggi sehingga langkah-langkah pencegahan tersebut jadi penting untuk dilaksanakan.

Baca Juga: Kenapa Tidak Boleh Membunuh Ular Kobra? Ini Alasannya

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Penulis artikel dengan tema sains, alam, dan teknologi | Email: anjar.triananda85@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya