5 Fakta Menarik Viper Bertanduk, Ular Paling Berbahaya di Eropa

Wajahnya sangat mengintimidasi

Viper bertanduk (Vipera ammodytes) biasa ditemui di Eropa Selatan dan Eropa Timur. Peta persebarannya meliputi Italia, Hungaria, Rumania, Azerbaijan, Rusia, Serbia, Yunani, hingga Turki. Ukuran mereka relatif besar. Panjang maksimalnya bisa mencapai 85—95 cm. Mereka hidup di kawasan berbatu dan berpasir yang juga jadi asal penamaan ilmiahnya.

Ular ini punya sisik yang ukurannya relatif kecil dengan corak warna campuran antara hitam, cokelat, hingga abu-abu tua. Pada bagian ujung moncongnya terdapat sebuah "tanduk" yang terbuat dari sisik-sisiknya dan bisa mencapai panjang 5 mm. Mereka merupakan jenis ular yang mendapat reputasi sebagai ular paling berbahaya di Eropa. Kira-kira kenapa, ya? Yuk, cari tahu fakta-faktanya di bawah ini!

1. Sanggup memakan apa saja

5 Fakta Menarik Viper Bertanduk, Ular Paling Berbahaya di EropaDengan ukurannya yang besar, viper bertanduk bisa memangsa hewan apa pun selama bisa masuk ke mulutnya. (commons.wikimedia.org/BS Thurner Hof)

Kalau bicara soal makanan, viper bertanduk bisa dibilang tak pilih-pilih makanan. Selama sang mangsa dinilai bisa masuk ke mulutnya, mereka tak segan untuk menyerangnya. Artinya, ular ini sanggup untuk mengonsumsi berbagai jenis pengerat, kadal, amfibi, burung, hingga mamalia kecil lain yang ada di sekitarnya.

Akan tetapi, ada hal unik dari pilihan makanan viper bertanduk. Menurut Animalia, ular ini juga bisa memburu jenis ular lain yang ada di sekitarnya. Malahan, dalam beberapa kasus, viper bertanduk juga bisa melakukan kanibalisme terhadap jenisnya sendiri yang berukuran lebih kecil.

2. Rutin melakukan hibernasi

5 Fakta Menarik Viper Bertanduk, Ular Paling Berbahaya di Eropapotret viper bertanduk yang sedang bergerak di rerumputan (commons.wikimedia.org/Bjoertvedt)

Viper bertanduk merupakan hewan diurnal yang artinya mereka lebih banyak beraktivitas ketika siang hari. Walaupun demikian, ketika musim panas datang, mereka juga aktif hingga malam hari. Uniknya, mengutip Parks Dinarides, saat memasuki musim dingin viper bertanduk ternyata akan melakukan hibernasi seperti yang dilakukan banyak mamalia, lho.

Tidur musim dingin dari reptil ini bisa berlangsung selama 2—6 bulan lamanya. Mereka baru akan bangun dan kembali beraktivitas saat musim semi datang. Uniknya, biasanya viper bertanduk jantan lebih dulu keluar dari tempat persembunyiannya setelah melakukan hibernasi. Sementara, para betina baru menyusul sekitar 10 hari setelahnya.

 

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Burung Murai Batu, Pengicau yang Indah

3. Ular paling beracun di Eropa

5 Fakta Menarik Viper Bertanduk, Ular Paling Berbahaya di Eropapostur agresif dari viper bertanduk sebelum melakukan serangan pada pengusiknya (commons.wikimedia.org/Maurizio.amendolia)

Racun yang dimiliki oleh viper bertanduk jadi yang paling berbahaya di Eropa. Toxinology melansir bahwa jenis racun yang dimiliki ular ini adalah presynaptic neurotoxin. Racun tersebut akan menyebabkan nyeri otot, mual, pusing, susah bernapas, bengkak dan memar, sampai kelumpuhan pada daerah yang tergigit. Dalam kasus fatal dengan pengobatan pertama tidak dilakukan dengan baik, racun dari viper bertanduk bisa menyebabkan kematian bagi manusia.

Beruntungnya, kini sudah banyak antibisa yang digunakan untuk melawan racun dari viper bertanduk. Menariknya, efektivitas racun ular ini berbeda-beda tergantung siapa yang dia gigit. Bagi mamalia, burung, dan manusia, racun mereka sangat berbahaya hingga bisa menyebabkan kematian. Sementara, bagi kadal, amfibi, hingga jenis ular lain tidak menunjukkan gejala yang parah ketika digigit oleh viper bertanduk.

4. Sistem reproduksi viper bertanduk

5 Fakta Menarik Viper Bertanduk, Ular Paling Berbahaya di Eropapotret sepasang viper bertanduk (commons.wikimedia.org/Holger Krisp)

Musim kawin bagi viper bertanduk dimulai sesaat setelah masa hibernasi mereka selesai atau sekitar April—Mei. Uniknya, sebelum kawin, viper bertanduk jantan dan betina akan melakukan semacam tarian ritual. Mereka merupakan hewan ovovivipar yang artinya betina akan melalui dua proses reproduksi, yakni bertelur dan melahirkan.

Dilansir Animalia, viper bertanduk betina biasanya akan melahirkan 1—20 ekor ular muda sekitar Agustus hingga Oktober. Ketika sudah keluar, anak viper bertanduk biasanya berukuran 14—24 cm. Sejak usia muda, anak viper bertanduk sudah memiliki racun berbahayanya itu, lho.

 

5. Populasinya terancam karena ekstraksi racun

5 Fakta Menarik Viper Bertanduk, Ular Paling Berbahaya di EropaMeski tergolong hewan terestrial, ternyata viper bertanduk sanggup untuk memanjat pohon. (commons.wikimedia.org/Elena Terkel)

Walaupun berbahaya, racun dari viper bertanduk punya semacam antibisa yang mampu melawan racun dari ular-ular beracun lain di Eropa. Oleh karena itu, saat ini viper bertanduk banyak ditangkap demi memperoleh antibisa yang ada pada racunnya. Sayangnya, penangkapan ular ini di alam demi kepentingan itu justru berdampak negatif terhadap populasinya.

IUCN tak merinci secara pasti jumlah individu viper bertanduk di alam liar. Akan tetapi, mereka diklasifikasikan sebagai hewan yang terancam dengan tren populasi yang terus menurun tiap tahunnya. Ternyata masalah lain yang ular ini alami selain penangkapan untuk antibisa adalah persekusi yang dilakukan manusia. Kebanyakan manusia yang menjumpai ular ini akan langsung membunuhnya di tempat dan pada akhirnya berimbas pada pengurangan populasi di alam liar.

Padahal, sejatinya viper bertanduk tidak bertindak agresif pada manusia jika tidak diprovokasi. Dalam banyak pertemuan, ular ini lebih banyak memilih untuk kabur ataupun menggeram ketika berinteraksi dengan manusia. Oleh sebab itu, imbauan untuk tak mengusik dan menghindari ular ini ketika berjumpa di alam selalu digaungkan agar tidak ada kasus mematikan, baik bagi viper bertanduk maupun manusia.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Chuckwalla, Tubuhnya Bisa Menjadi Balon!

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Animal Lovers and Smartphone Enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya