Benarkah Buaya Tak Berevolusi sejak Zaman Dinosaurus?

Dugaan muncul karena penampilan mereka tak banyak berubah

Sudah jadi rahasia umum bahwa nenek moyang dari reptil yang masuk dalam ordo Crocodilia telah hidup begitu lama, bahkan sejak dinosaurus masih menginjakkan kakinya di Bumi. Makhluk yang jadi akar evolusi dari buaya, yakni Archosaurus, hidup pada masa awal periode Trias (sekitar 250 juta tahun yang lalu) dan sebenarnya turut menjadi nenek moyang dari beberapa jenis dinosaurus populer. Akan tetapi, saat ini keluarga reptil purba tersebut hanya tinggal menyisakan buaya serta burung. 

Kemudian, ordo Crocodilia mulai berkembang sekitar 95 juta tahun yang lalu atau sekitar akhir zaman Kapur Akhir, BBC Earth melansir. Dari situlah kemudian buaya, aligator, dan kaiman berkembang dalam berbagai spesies berbeda yang mayoritas berakar dari sosok reptil bernama Deinosuchus. Reptil ini diidentifikasi sebagai predator dengan moncong dan lidah panjang, deretan gigi tajam, serta menyukai daerah sekitar aliran air.

Sejak saat itu, sebenarnya tak banyak hal yang berubah dari buaya, aligator, dan kaiman modern dengan nenek moyang mereka. Bahkan, masih ada beberapa ciri fisik yang terus digunakan ordo Crocodilia modern hingga saat ini. Hal tersebut memunculkan satu pertanyaan penting, yaitu apakah buaya sejatinya tak berevolusi sama sekali?

Tentunya untuk menjawab hal ini, kita perlu tahu terlebih dahulu soal perbedaan antara ordo Crocodilia modern dengan nenek moyangnya. Dari situ, kita jelas dapat mengungkap rahasia sukses dari spesies hewan ini sehingga bisa tetap eksis sampai hari ini. Tak ketinggalan, pembahasan juga akan meliputi fakta-fakta menarik soal keluarga reptil terbesar di dunia ini. Makin penasaran, kan? Yuk, segera gulir layar ke bawah!

1. Perbedaan buaya kuno dengan buaya modern

Benarkah Buaya Tak Berevolusi sejak Zaman Dinosaurus?buaya muara (Crocodylus porosus), sosok reptil terbesar di dunia saat ini (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Ordo Crocodilia modern yang kita kenal berukuran besar dan begitu ganas saat memburu mangsa di dalam air sebenarnya berasal dari hewan berukuran lebih kecil dan karakter beragam. Mengutip Dr. Stephan Spiekman dalam Natural History Museum, rata-rata nenek moyang buaya ternyata bertubuh lebih kecil serta moncongnya tak sepanjang buaya modern. Bahkan, tak semua nenek moyang ordo Crocodilia merupakan predator karena beberapa di antaranya diduga merupakan omnivor atau bahkan herbivor, lho!

Selain itu, ternyata tak semua nenek moyang buaya merupakan hewan yang hidup dekat dengan air. Beberapa leluhurnya, seperti Simosuchus, justru dikenal lebih banyak di daratan dan memiliki kaki yang lebih panjang ketimbang buaya modern. Ada pula leluhur buaya yang sebenarnya merupakan hewan berkaki dua yang bertransformasi menjadi hewan semiakuatik. Walaupun terlihat banyak, perbedaan-perbedaan tersebut sebenarnya tak sebanyak persamaan yang dimiliki antara buaya modern dengan nenek moyangnya, lho.

Baca Juga: 5 Hewan Ini Termasuk Keluarga Buaya, Serupa tapi Tak Sama!

2. Persamaan antara buaya modern dengan nenek moyangnya

Benarkah Buaya Tak Berevolusi sejak Zaman Dinosaurus?rekonstruksi tulang dari Amphicotylus milesi, sosok nenek moyang buaya yang masuk dalam famili Goniopholididae (commons.wikimedia.org/Yoshida Junki, Hori Atsushi, Kobayashi Yoshitsugu, Ryan Michael J., Takakuwa Yuji, dan Hasegawa Yoshikazu)

Tak hanya deinosuchus yang sudah disebutkan pada awal pembahasan, Sarcosuchus dan Goniopholididae jadi dua hewan yang penampilannya sangat mirip dengan buaya modern. Dari spesies-spesies inilah buaya mewarisi sejumlah hal yang serupa. Misalnya saja, nenek moyangnya sudah memiliki tulang sekunder yang memisahkan rongga hidung dengan mulut, kaki yang berselaput, dan keberadaan katup palatal yang memungkinkan buaya untuk tetap bernafas sekalipun sebagian besar tubuhnya masih berada di dalam air.

Ciri lain yang juga dimiliki oleh nenek moyang dan buaya modern adalah deretan gigi tajam dan kulit layaknya zirah yang sangat tebal. National History Museum juga menyebut kalau gaya hidup serba lambat dari buaya modern diwarisi dari nenek moyangnya. Jadi bisa dibilang bahwa buaya modern memang tak begitu banyak berubah jika dibandingkan nenek moyangnya yang berusia puluhan atau ratusan juta tahun lalu. 

3. Jadi, apakah buaya modern berhenti berevolusi sejak zaman dulu?

Benarkah Buaya Tak Berevolusi sejak Zaman Dinosaurus?potret seekor buaya yang sedang berjalan di daratan (commons.wikimedia.org/Christian Yakubu)

Ordo Crocodilia modern nyatanya memang banyak "mengambil referensi" dari nenek moyangnya sehingga bentuk dan karakter mereka tetap sama meski terpaut jarak puluhan hingga ratusan juta tahun. Lantas, apakah hal tersebut membuat buaya berhenti berevolusi? Jawabannya, jelas tidak.

Dilansir Science Focus, selama makhluk hidup masih terus ada dan berkembang biak, sejatinya proses evolusi akan tetap mereka alami sampai kapanpun. Hal ini pastinya juga berlaku bagi buaya, sekalipun mereka tak banyak berubah selama jutaan tahun. Khusus bagi reptil yang satu ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mengapa evolusi mereka berjalan secara lamban.

Jurnal Nature Communications Biology terbitan tim peneliti Universitas Bristolyang dipimpin Dr. Max T. Stockdale mengemukakan alasan mengapa buaya tetap menyimpan sebagian besar penampilan nenek moyangnya meski terpaut jutaan tahun, yaitu terkait dengan keseimbangan. Maksudnya, selama jutaan tahun itu, buaya cenderung tak memerlukan perubahan signifikan karena pilihan habitat mereka—yang berupa daerah beriklim hangat—dapat menyokong reptil ini dengan baik. Perubahan radikal biasanya hanya akan dialami hewan saat mereka sangat memerlukan kemampuan adaptasi terhadap kondisi baru di lingkungannya.

Saat berkembang menjadi bentuk yang sekarang, anatomi tubuh buaya sudah didesain sedemikian rupa sehingga dapat bertahan hidup secara efektif dan efisien pada lingkungannya. Oleh karena tak adanya perubahan ekstrem pada habitat buaya selama jutaan tahun, maka proses evolusi supercepat jelas tak diperlukan reptil ini. Ditambah lagi, gaya hidup serba lambat dari buaya juga berpengaruh terhadap hal ini.

Buaya juga bisa berpuasa dalam jangka waktu lama sekalipun sulit mencari makan. Selain itu, sensitivitas tubuh keluarga reptil ini pada perubahan suhu terbilang cukup baik, dilansir Smithsonian Magazine. Dengan demikian, hanya perubahan iklim dan lingkungan secara ekstrem ataupun kepunahan massal yang dapat memaksa buaya untuk berevolusi dalam tempo yang cepat.

Jadi, bukannya buaya tak mau atau tak bisa berevolusi sama sekali selama jutaan tahun, tetapi memang nyatanya reptil ini tak membutuhkannya dalam waktu dekat. Pengalaman dan proses evolusi yang dialami nenek moyang buaya jelas punya peran signifikan dalam kesuksesan buaya modern untuk hidup dengan meminimalkan perubahan hingga hari ini. Layaknya sebuah ungkapan, "jangan mengubah sesuatu yang tidak rusak", ordo Crocodilia sejatinya memang tak perlu melakukan perubahan yang radikal untuk menjadi predator puncak di habitatnya masing-masing.

Baca Juga: Benarkah Buaya Hewan yang Setia? Ini Fakta Reproduksinya!

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Penulis artikel dengan tema sains, alam, dan teknologi | Email: anjar.triananda85@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya