TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Kunang-kunang Sulit Ditemukan, Salah Satunya Karena Manusia 

Saat ini, makin sulit melihat kunang-kunang di malam hari

ilustrasi hutan yang masih banyak kunang-kunang di malam hari (unsplash.com/Tony Phan)

Kalau kamu perhatikan, mungkin saat ini sudah jarang melihat kunang-kunang berkeliaran di malam hari. Dulu, makhluk kecil yang bercahaya ini kerap terlihat berkerlipan di taman atau di halaman saat malam mulai turun. Namun,i sekarang, mereka seperti menghilang. 

Banyak orang penasaran, kenapa kunang-kunang semakin sulit ditemukan? Nah, mari kita bahas beberapa alasan kunang-kunang sulit ditemukan dalam artikel ini. 

1. Hilangnya habitat alami

ilustrasi area padat permukiman (pixabay.com/byrev)

Alasan terbesar yang membuat kunang-kunang sulit ditemukan adalah hilangnya habitat alami mereka. Seiring dengan perkembangan kota dan makin padatnya pembangunan perumahan, area terbuka seperti ladang, hutan, dan rawa mulai berkurang. Kunang-kunang suka tinggal di tempat yang lembap, terlebih di sekitar tanaman dan air. Namun,i ketika tanah-tanah ini digusur untuk membangun gedung-gedung atau perumahan, mereka jadi kehilangan rumahnya.

Kunang-kunang kehilangan tempat tinggal yang aman untuk berkembang biak, bertelur, dan mencari makan. Habitat yang rusak membuat mereka jadi sulit bertahan hidup, apalagi dengan perubahan habitat alami mereka secara drastis.

2. Polusi cahaya

ilustrasi polusi cahaya (pixabay.com/SAM7682)

Malam hari merupakan waktu di mana kunang-kunang paling aktif, terutama dalam hal kawin. Mereka memakai cahaya tubuh untuk menarik pasangan. Berdasarkan penelitian tahun 2023, dengan semakin banyaknya lampu-lampu jalan, bangunan, dan rumah yang terus menyala sepanjang malam, komunikasi antar kunang-kunang terganggu. Hewan ini berkomunikasi dengan berkedip-kedip menggunakan cahayanya. Ini menjadi cara mereka menarik perhatian pasangan untuk berkembang biak. 

Namun, ketika lampu-lampu buatan menyinari malam, cahaya kunang-kunang jadi kalah terang. Akibatnya, mereka kesulitan menemukan pasangan. Nah, itulah yang dialami kunang-kunang dengan polusi cahaya. Pada akhirnya, proses reproduksi mereka jadi terganggu dan akhirnya populasi mereka menurun.

Baca Juga: Mengenal 5 Spesies Serangga Parasitoid dan Trik Berkembang Biak Mereka

3. Penggunaan pestisida

ilustrasi menggunakan pestisida (pixabay.com/wuzefe)

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hama di kebun atau ladang. Meski efektif untuk membunuh serangga pengganggu tanaman, pestisida juga bisa berbahaya bagi kunang-kunang, lho. Kunang-kunang mempunyai siklus hidup yang dimulai dari telur, lalu menjadi larva yang hidup di dalam tanah atau air. Selama fase larva, mereka memakan serangga kecil atau siput.

Akan tetapi, ketika tanah atau tanaman disemprot dengan pestisida, larva kunang-kunang juga terkena dampaknya. Mereka dapat mati sebelum sempat tumbuh menjadi kunang-kunang dewasa. Selain itu, pestisida juga membunuh sumber makanan larva, seperti cacing dan siput, sehingga mereka kelaparan. Pemakaian pestisida yang berlebihan membuat siklus hidup kunang-kunang terhenti, dan inilah salah satu alasan mengapa populasi mereka terus menurun setiap tahunnya.

4. Limbah di sungai

ilustrasi limbah sungai (pexels.com/Yogendra Singh)

Jika kamu pernah melihat kunang-kunang di sekitar air, itu karena banyak dari spesies kunang-kunang tinggal dekat dengan sungai atau kolam. Namun, limbah kini menjadi masalah besar bagi mereka, terutama di beberapa negara Asia di mana banyak spesies kunang-kunang hidup di daerah perairan. Air yang tercemar oleh limbah pabrik, pupuk kimia, dan sampah berbahaya bagi kunang-kunang. Mereka sangat bergantung pada kondisi air yang bersih dan alami. 

Saat kualitas air menurun, habitat mereka menjadi gak layak huni. Limbah ini secara langsung mempengaruhi kesehatan larva kunang-kunang yang hidup di tepi sungai dan rawa, sehingga mereka gak bisa tumbuh dengan baik dan populasi mereka menurun.

Verified Writer

Lathiva R. Faisol

Senang membaca dan menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya