TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fosil Dinosaurus Berusia 230 Juta Tahun Ditemukan di Brasil

Hujan lebat membantu penemuan fosil

ilustrasi fosil ular raksasa (unsplash.com/Yena Kwon)

Intinya Sih...

  • Tim UFSM menemukan fosil dinosaurus karnivora berusia 233 juta tahun di São João do Polêsine, Brasil.
  • Fosil hampir lengkap dari kelompok Herrerasauridae ditemukan setelah hujan deras mempercepat erosi dan mengungkap fosil-fosil di antara batuan.
  • Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang evolusi dan adaptasi dinosaurus dari periode Trias, awal Era Mesozoikum.

Sebuah penemuan luar biasa dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Federal Santa Maria (UFSM) di pedalaman São João do Polêsine, Rio Grande do Sul, Brasil.

Fosil dinosaurus yang ditemukan diperkirakan berusia 233 juta tahun, memberikan wawasan baru tentang kehidupan di masa Trias, awal dari Era Mesozoikum.

Dipimpin oleh ahli paleontologi Rodrigo Temp Müller, tim ini berhasil mengidentifikasi fosil yang hampir lengkap. Ini membuka wawasan baru dalam studi tentang evolusi dan adaptasi dinosaurus.

1. Penemuan dan identifikasi fosil

ilustrasi fosil dinosaurus (commons.wikimedia.org/Ryan Somma)

Tim UFSM melakukan penggalian di situs fosil selama empat hari dan menemukan fosil dinosaurus karnivora dari kelompok Herrerasauridae. Kelompok hewan ini hidup di wilayah Brasil dan Argentina.

Fosil tersebut berukuran sekitar 2,5 meter dan dianggap sebagai fosil paling lengkap yang pernah ditemukan oleh tim penelitian ini.

Penemuan ini terjadi setelah hujan deras mempercepat erosi di daerah tersebut yang memunculkan fosil-fosil di antara batuan. Fosil yang ditemukan akan dianalisis lebih lanjut untuk menentukan apakah mereka milik spesies yang sudah dikenal atau spesies baru.

2. Dampak hujan deras dan erosi

Penemuan fosil ini tidak lepas dari pengaruh cuaca. Hujan deras yang melanda Rio Grande do Sul mempercepat proses erosi alami, sehingga memunculkan fosil-fosil yang tersembunyi di dalam batuan.

Menurut Müller, cuaca ekstrem ini mempercepat terjadinya erosi dan membantu tim dalam menemukan fosil yang berharga ini. Tim CAPPA, yang merupakan bagian dari UFSM, kini melakukan pemantauan di situs-situs lain. Ini bertujuan untuk mencegah kerusakan pada fosil-fosil baru yang terpapar akibat hujan.

Baca Juga: Di Mana Ujung Tata Surya? Ini Teori Menurut NASA

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya